Assalamu'alaikum..
Pagi Akhi Ukhti, Pada kesempatanan x ini ane akan memberikan tauziah mengenai Kematian'..
Ane akan menjelaskan kematian dalam islam itu sebenernye ape sich dan hal² yang berkaitan dengan kematian itu sendiri..
Kematian
oleh para ulama didefinisikan sebagai “ketiadaan hidup”. Di dalam
al-Quran ditemukan penjelasan tentang hidup dan mati ini. Berikut akan
ane jabarin kupasan tentang kematian dalam penjelasan al-Quran dan
hadits.
Al-Quran menggambarkan naluri manusia yang
enggan menghadapi kematian. Bahkan Iblis melakukan bujuk rayu kepada
Adam dan Hawa melalui “pintu” keiinginan untuk hidup kekal
selama-lamanya.
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَاآدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى
“Kemudian
syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam,
maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak
akan binasa?" ( QS. Thaha [20]: 120)..
Syech Abdul
Qadir Jaelani menggambarkan beberapa alasan yang menyebabkan seseorang
enggan atau takut hadapi kematian. Ada orang yang enggan dan takut mati
karena ia tidak tidak mengetahui apa yang akan dihadapinya setelah
kematian, atau karena menganggap bahwa yang dimiliki di dunia ini lebih
baik dari pada yang akan dihadapi setelah mati, atau karena membayangkan
sulit dan pedihnya kematian, atau disebabkan oleh karena tidak memahami
makna hidup dan mati.
Dengan demikian penjelasan tentang kehidupan dan kematian ini penting dipahami oleh manusia yang masih hidup di alam dunia ini.
1. Hidup dan mati itu masing-masing 2 kali, Firman Allah, (QS. Ghafir [40]: 11,)
قَالُوا
رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ
فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ
“
Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali
dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui
dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari
neraka)?" (QS. Ghafir [40]: 11,)
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Mengapa
kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali,
kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”. (QS. Al-Baqarah [2]:28)
Berdasarkan
keterangan ayat di atas, dapat dipahami bahwa manusia menjalani hidup
dan mati itu masing-masing dua kali. Kematian pertama dialami manusia
sebelum kelahirannya atau sebelum Allah meniupkan ruh kepada jasad
manusia (sebelum empat bulan dalam kandungan). Sedangkan kematian yang
kedua dialami manusia saat ia meninggalkan dunia fana ini. Kehidupan
pertama dimulai di saat ruh ditiupkan Allah sampai datangnya ajal, dan
kehidupan kedua dimulai setelah dia meninggalkan dunia ini memasuki alam
barzakh, atau alam akhirat..
2. Hakikat kematian merupakan proses alami untuk memasuki alam kesempurnaan
Kehidupan setelah mati digambarkan Allah dalam al-Quran jauh lebih baik dari pada kehidupan di dunia. Firman Allah,
...قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا
"Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik
untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun”. (QS. An-Nisa’ [4]:77)
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَى
“ dan sesungguhnya akhirat itu lebih baik bagimu dari pada dunia”. (QS. Al-Dhuha [93]:4)
Ar-Raghib
al-Ishahani menegaskan, “kematian, yang dikenal dengan berpisahnya ruh
dari badan, merupakan sebab yang mengantarkan manusia menuju kenikmatan
abadi. Kematian adalah berpindah dari satu negeri ke negeri lain”.
Al-Quran
menyebut juga kematian dengan istilah wafat yang berarti sempurna
dan imsak yang berarti menahan. Sehingga dengan kematian manusia
memperoleh kesempurnaan seperti menetasnya ayam dari telurnya.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ
حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي
قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Allah
menyempurnakan jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang)
yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang
Telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai
waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir”. (Qs. Az-Zumar
[39]: 42)
3. Hikmah adanya kehidupan dan kematian..
Adanya
hidup dan mati pada dasarnya merupakan ujian kepada manusia. Siapa di
antara manusia yang lebih baik dalam ber’amal dan berprilaku dalam
kehidupan di dunia ini. Allah berfirman dalam (QS. Al-Mulk [67]: 1-3)
تَبَارَكَ
الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ , الَّذِي
خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ
عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ , الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ
طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ
الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ
Maha Suci Allah yang
di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu,yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu
yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang?
4. Kematian hanya Ketiadaan Hidup di Dunia..
Kematian
hanya sebatas berpindahnya alam kehidupan manusia dari alam dunia ke
alam lain dengan cara yang tidak dapat diketahui manusia sepenuhnya.
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
“Dan
janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya. (QS. Al-Baqarah [2]: 154)
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. (QS.
Ali Imran [3]: 169)
Seorang sejarawan Ibn Ishak
meriwayatkan bahwa ketika orang-orang musyrik Quraisy yang tewas dalam
peperangan Badar dikuburkan pada satu perigi oleh Rasulullah bersama
para sahabat, Rasulullah bertanya kepada mereka yang telah dikuburkan
itu, “ Wahai penghuni perigi (sumur kotor dan berbau), wahai Utbah bin
Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Umayyah bin Khallaf, Abu Jahal bin Hisyam,
(seterusnya beliau menyebut nama-nama orang-orang yang ada dalam perigi
tersebut satu persatu). Wahai penghuni perigi! Adakah kamu telah
menemukan apa yang dijanjikan tuhanmu itu benar-benar ada? Aku telah
mendapati apa yang telah dijanjikan Tuhanku.” Para sahabat bertanya, “
Ya Rasul, mengapa engkau berbicara dengan orang yang sudah meninggal?
Rasul menjawab, “kamu sekalian tidak lebih mendengar dari mereka, tetapi
mereka tidak mampu menjawabku.”
Riwayat di atas
menunjukkan bahwa orang yang sudah mati, ruhnya tetap hidup dan bahkan
lebih mampu mendengar daripada orang yang masih hidup di alam dunia ini.
5. Keadaan orang menjelang mati..
Fakhruddin
ar-Razi mengatakan, “ tidur dan mati merupakan dua hal dari jenis yang
sama. Hanya saja kematian adalah putusnya hubungan secara sempurna,
sedang tidur adalah putusnya hubungan tidak sempurna dilihat dari
beberapa segi”. Karena tidur itu merupakan salah satu bentuk nikmat dan
kelezatan yang diberikan kepada manusia, sehingga dengan demikian mati
itupun sesungguhnya lezat dan nikmat. Namun demikian, seperti halnya
tidur, ada faktor-faktor yang tentunya dapat menjadikan tidur menjadi
terganggu atau bahkan ada tidur yang diganggu mimpi yang mengerikan.
Dengan demikian, kematian juga seperti itu. Amal perbuatan di dunia akan
menjadi faktor-faktor menjadikan kematian seseorang terasa sangat
menyakitkan dan mengerikan.
Al-Quran memberikan gambaran tentang kondisi yang dialami oleh orang meninggal. Untuk orang yang mukmin digambarkan Allah,
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ
عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا
بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ(30) فصلت
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" Kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka
dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannahyang telah dijanjikan Allah
kepadamu". (QS. Fushshilat [41]: 30)
Nabi Muhammad Saw., dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad menjelaskan bahwa,
“Seorang mukmin, saat menjelang kematiannya, akan didatangi oleh
malaikat sambil menyampaikan dan memperlihatkan kepadanya apa yang bakal
dialaminya setelah kematian. Ketika itu tidak ada yang lebih
disenanginya kecuali bertemu dengan Tuhan (mati). Berbeda halnya dengan
orang kafir juga diperlihatkan kepadanya apa yang bakal dihadapinya, dan
ketika itu tidak ada sesuatu yang lebih dibencinya daripada bertemu
dengan Tuhan”.
Tentang apa yang akan dialami oleh orang yang kufur kepada Allah ini, al-Quran juga menjelaskan dalam (QS. Al-Anfal [8]: 50,)
وَلَوْ
تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلَائِكَةُ يَضْرِبُونَ
وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ(50) الانفال
“Kalau
kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir
seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah
olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)”.
... وَلَوْ
تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ
بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
تُجْزَوْنَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ
تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ ءَايَاتِهِ
تَسْتَكْبِرُونَ
“... Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu
melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil
berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan
siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.(QS. Al-An’am [6]: 93)
Berdasarkan
paparan di atas, seyogyanyalah hamba yang beriman kepada Allah dan
beramal shaleh tidak merasa takut dan khawatir untuk menghadapi
kematian. Dengan banyak berubudiyah dan mengingat Allah akan membawa
kedamaian dan kebahagiaan kepada jiwa (ruh atau nafs). Kedamaian serta
kebahagiaan hati ini akan berlansung sampai saat-saat kematian dan akan
merasakan kelezatan dan nikmat sebagaimana telah dijelaskan Al-Quran.
كُلُّ
نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ
فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Tiap-tiap
yang berjiwa (nafs) akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka
dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung.
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.”(QS. Ali Imran [3]: 185)
6. Alam barzakh (Qubur)
Alam
Barzakh merupakan pembatas antara alam dunia dan akhirat. Keberadaan
di alam barzakh merupakan kehidupan yang dapat menyaksikan nasibnya
kelak dan dapat juga menyaksikan kehidupan di pentas dunia. Dalam hal
ini Allah berfirman,
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ
الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ . لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا
تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ
بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“(Demikianlah keadaan
orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada pemisah (barzakh) sampai
hari mereka dibangkitkan”.(QS. Al-Mukminun [23]: 99-100)
Dari
segi bahasa, “barzakh” berarti “pemisah”. Para ulama mengartikan alam
barzakh sebagai “periode antara kehidupan dunia dan akhirat”. Keberadaan
pada alam ini memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan
akhirat. Kehidupan alam barzakh bagaikan keberadaan pada suatu ruangan
terbuat kaca. Ke depan dia bisa melihat keadaannya yang akan datang,
sedang ke belakang ia dapat menyaksikan kehidupan yang berlangsung pada
pentas dunia.Dengan mengutip beberapa riwayat menjelaskan hal ini
sebagaimana paparan di bawah ini.
Sebuah riwayat dari Imam Ahmad ibn Hambal, Ath-Thabrani, Ibn Abi ad-Dunya, Ibn Majah dari Abu Sa’id al-Khudri. Rasul bersabda:
ا ن الميت ليعرف من يغسله ويحمله و يكفنه ومن ىدليه في حفرته
( رواه احمد والطبرانى وابن ابى الدنيا عن ابى سعيد الخدرى)
“Sesungguhnya
mayat mengenali siapa saja yang memandikannya, mengangkat dan
mengkafaninya dan orang yang menurunkannya ke liang kubur”.
Riwayat lain dari Imam Bukhari juga menjelaskan,
اذا
مات احدكم عرض مقعده بالغداة والعشى ان كان من اهل الجنة فمن اهل الجنة
وان كان من اهل النار فمن اهل النار فيقال له هذا مقعدك حتى يبعثك الله
“Apabila
salah seorang di antara kamu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya
tempat tinggalnya kelak (di hari kiamat). Kalau dia penghuni surga, maka
diperlihatkan kepadanya tempat ahli surga; dan jika penghuni neraka,
maka diperlihatkan tempat ahli neraka. Lalu disampaikan kepadanya,
inilah tempat tinggalmu sampai Allah membangkitkanmu kelak”.
Imam Muslim juga meriwayatkan bahwa masruq berkata:
سأ
لنا او سأ لت عبد الله ابن مسعود عن هذه الأية "لا تحسبنّ الذين قتلوا فى
سبيل الله امواتا" فقال سألنا عن ذالك رسول الله فقال ارواحهم فى جوف طير
خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاء ت ثم تأوى الى تلك
القنا ديل فا طلع عليهم ربهم اطلاعة فقال هل تستهون شيأ ؟ فقالوا أى شيئ
نستهى ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا ففعل ذلك بهم ثلاث مرات فلما راوا أنهم
لن يتركوا من ان يسألوا قالوا يارب نزيد ان تردّ ارواحنا فى اجسا دنا حتى
نقتل فى سبيلك مرة اخرى فلما رأى ان ليس لهم حاجة تركوا رواه مسلم والترمزى
Kami
bertanya kepada Abdullah bin Mas’ud tentang ayat QS Ali Imran: 169 (di
atas) . Abdullah bin Mas’ud berkata,: “Sesungguhnya kami telah
menanyakan hal itu kepada Rasulullah, dan beliau bersabda:” Arwah mereka
di dalam rongga burung berwarna hijau dengan pelita-pelita yang
tergantung di bawah ‘Arasy, terbang ke sorga dengan mudah kemanapun
mereka kehendaki kemudian kembali lagi kepada pelita-pelita itu. Tuhan
mereka mengunjungi mereka dan berfirman, “Apakah kalian menginginkan
sesuatu? Mereka menjawab, “Apalagi yang kami inginkan sedangkan kami
terbang dengan mudahnya di Sorga, ke manapun kami menghendaki?” Tuhan
melakukan hal yang demikian tiga kali dan ketika mereka sadar bahwa
mereka tidak dibiarkan tanpa meminta sesuatu, mereka berkata: “Wahai
Tuhan, kami ingin agar arwah kami dikembalikan ke jasad kami, sehingga
kami dapat gugur di jalan-Mu untuk kali yang kedua. Setelah Tuhan
melihat bahwa mereka tidak memiliki keinginan lagi di sana (lebih dari
apa yang mereka peroleh selama ini) maka mereka dibiarkan”.
Ali bin Abi Thalib juga pernah berkomentar kepada seorang sahabat yang bernama Yunus bin Zibyan,
سبحان
الله المؤمن اكرم على الله من ان يجعل روحه في حصولة طير احضر يا يونس
المؤمن اذا قبضه الله صير روحه في قالب كفال به فى الدنيا فيأكلون ويشربون
فأذا قدم عليهم القادم عرفوه بتلك صورة التى كان عليها في الدنيا
“Maha
suci Allah, seorang mukmin lebih mulia di sisi Allah untuk ditempatkan
ruhnya di rongga burung hijau wahai Yunus! Seorang mukmin bila
diwafatkan Allah, ruhnya ditempatkan pada suatu wadah sebagaimana
wadahnya pada waktu di dunia. Mereka makan dan minum, sehingga bila ada
yang datang kepadanya, mereka mengenalnya dengan keadaannya semasa di
dunia”
7. Alam akhirat
Kehidupan alam akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala pertama yang mematikan semua yang bernyawa
فَإِذَا
نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ . وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ
وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً . فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ
الْوَاقِعَةُ . وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ
Maka
apabila sangkakala ditiup sekali tiup. Dan diangkatlah bumi dan
gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari
itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu
langit menjadi lemah.(QS. Al-Haqqah [69]: 13-16)
وَنُفِخَ
فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا
مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ
يَنْظُرُونَ
“ Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah
siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri
menunggu (putusannya masing-masing)”. (QS. Al-Zumar [39]: 68)
Ayat
di atas memberikan penjelasan bahwa ketika sangkakala ditiup, maka
semua yang hidup akan mati. Inilah yang disebut dengan kiamat besar.
Terdapat jarak antara tiupan sangkakal pertama dengan yang kedua, namun
hanya Allah yang mengetahui kadar lamanya. Pada waktu itu, Allah
berseru,
يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“
(yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari
keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman):
"Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?" Kepunyaan Allah Yang Maha
Esa lagi Maha Mengalahkan”. (QS. Ghafir [40]: 16)
Setelah sangkakala kedua, maka manusia bangkit dari kuburnya masing-masing dan digiring menuju mahsyar.
وَجَاءَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَعَهَا سَائِقٌ وَشَهِيدٌ.
“Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi”. (QS. Qaf [50]: 21)
Para
ulama menafsirkan pengiring pada ayat di atas dengan malaikat dan
penyaksi pada ayat di atas dengan kesaksian diri mereka sendiri yang
dapat mengelak, atau amal perbuatan mereka masing-masing.
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan..
"Semoga jadi ilmu yang manfaat"