Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Dari Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
تُـعْـرَضُ
الْـفِـتَـنُ عَلَـى الْـقُـلُـوْبِ كَالْـحَصِيْـرِ عُـوْدًا عُوْدًا ،
فَـأَيُّ قَـلْبٍ أُشْرِبَـهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْـتَـةٌ سَوْدَاءُ ،
وَأَيُّ قَـلْبٍ أَنْـكَـرَهَا نُـكِتَ فِـيْـهِ نُـكْتَـةٌ بَيْضَاءُ ،
حَتَّىٰ تَصِيْـرَ عَلَـىٰ قَـلْبَيْـنِ : عَلَـىٰ أَبْـيَـضَ مِثْـلِ
الصَّفَا ، فَـلَا تَـضُرُّهُ فِـتْـنَـةٌ مَـا دَامَتِ السَّمٰـوَاتُ
وَالْأَرْضُ ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُـرْبَادًّا ، كَالْكُوْزِ
مُـجَخِّـيًا : لَا يَعْرِفُ مَعْرُوْفًـا وَلَا يُـنْـكِرُ مُنْكَـرًا ،
إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ.
Fitnah-fitnah
menempel dalam lubuk hati manusia sedikit demi sedikit bagaikan tenunan
sehelai tikar. Hati yang menerimanya, niscaya timbul bercak (noktah)
hitam, sedangkan hati yang mengingkarinya (menolak fitnah tersebut),
niscaya akan tetap putih (cemerlang). Sehingga hati menjadi dua : yaitu
hati yang putih seperti batu yang halus lagi licin, tidak ada fitnah
yang membahayakannya selama langit dan bumi masih ada. Adapun hati yang
terkena bercak (noktah) hitam, maka (sedikit demi sedikit) akan menjadi
hitam legam bagaikan belanga yang tertelungkup (terbalik), tidak lagi
mengenal yang ma’ruf (kebaikan) dan tidak mengingkari kemungkaran,
kecuali ia mengikuti apa yang dicintai oleh hawa nafsunya.” (Imam Muslim
dalam Shahiih-nya no. 144, Imam Ahmad dalam Musnad-nya V/405, Imam
al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 4218).
Menurut
bahasa, kata fitnah bentuk tunggal dari kata fitan berarti musibah,
cobaan dan ujian. Makna kata ini berasal dari perkataan: فَتَنْتُ
الْفِضَّةَ وَالذَّهَبَ, artinya aku uji perak dan emas dengan api agar
dapat dibedakan antara yang buruk dan yang baik.
Menurut
istilah (terminologi), kata fitnah disebutkan berulang dalam al-Qur’an
pada 72 ayat, dan seluruh maknanya berkisar pada ketiga makna di atas.
Setiap
hari hati manusia didera oleh fitnah. Fitnah terbagi dua macam, yaitu
fitnah syahwat dan fitnah syubhat (dan ini adalah fitnah yang paling
besar). Keduanya bisa ada dalam diri seseorang, atau hanya salah satunya
saja. Fitnah syahwat adalah fitnah keduniaan, seperti harta, kedudukan,
pujian, sanjungan, wanita, dan yang lainnya. Fitnah syubhat adalah
fitnah pada pemahaman, keyakinan, aliran, juga pemikiran yang
menyimpang.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan
tentang fitnah syubhat dan syahwat, “Fitnah syubhat ada karena lemahnya
pengetahuan dan sedikitnya ilmu, apalagi jika dibarengi dengan jeleknya
niat serta terturutinya hawa nafsu, maka itu adalah fitnah dan musibah
yang besar. Maka katakanlah semaumu tentang orang sesat dan niatnya
jelek, yang menjadi hakimnya adalah hawa nafsunya bukan petunjuk,
dibarengi dengan lemahnya pengetahuan, tidak banyak tahu tentang ajaran
yang dibawa Rasulullah, maka dia termasuk salah satu dari yang
disebutkan Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya :
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ
“Mereka hanya mengikuti dugaan, dan apa yang diingini oleh keinginannya ” [an-Najm/53:23]
Allah
Azza wa Jalla telah mengabarkan bahwa mengikuti hawa nafsu akan
menyesatkan seseorang dari jalan Allah Azza wa Jalla , Allah Azza wa
Jalla berfirman :
يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ
خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا
تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنَّ الَّذِينَ
يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا
يَوْمَ الْحِسَابِ
(Allah berfirman), ‘Wahai Dawud!
Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan
Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat
azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.’”
[Shad/38:26]
Dan ujung dari fitnah ini adalah kekufuran
dan kemunafikan. Dialah fitnahnya orang munafiqin, fitnahnya ahlul
bid’ah sesuai dengan tingkatan kebid’ahan mereka. Mereka berbuat bid’ah
dikarenakan fitnah syubhat yang menyebabkan al-haq menjadi tersamar bagi
mereka dengan kebathilan, petunjuk tersamarkan dengan kesesatan.
Dan
seseorang tidak akan selamat dari fitnah ini kecuali dengan mengikuti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berhukum dengannya dalam
masalah agama yang kecil maupun yang besar, yang zhahir maupun bathin,
dalam masalah keyakinan dan perbuatan, hak-haknya dan syariatnya. Maka
dia menerima hakikat iman, syariat Islam, dan apa-apa yang Allah
tetapkan berupa sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, serta nama-nama-Nya,
dan apa-apa yang Allah nafikan dari-Nya. Sebagaimana dia menerima dari
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kewajiban shalat,
waktu-waktunya, dan jumlah raka’atnya, kadar nishab zakat dan
orang-orang yang berhak menerimanya, kewajiban berwudhu dan mandi junub,
serta puasa Ramadhan. Jadi dia tidak boleh menjadikan Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Rasul dalam satu urusan agama dan
tidak dalam urusan agama yang lain, tetapi dia (harus) menjadikan
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Rasul dalam segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh ummat dalam ilmu dan amal, dia tidak
mengambil (syari’at) kecuali darinya. Jadi petunjuk itu tidak keluar
dari perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
dan semua yang tidak sesuai dengannya (dengan syari’at yang beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa) adalah kesesatan.
Jenis fitnah yang kedua yaitu fitnah syahwat. Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan fitnah tersebut dalam firman-Nya :
كَالَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكُمْ كَانُوا أَشَدَّ مِنْكُمْ قُوَّةً وَأَكْثَرَ أَمْوَالًا
وَأَوْلَادًا فَاسْتَمْتَعُوا بِخَلَاقِهِمْ فَاسْتَمْتَعْتُمْ
بِخَلَاقِكُمْ كَمَا اسْتَمْتَعَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ بِخَلَاقِهِمْ
وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
(Keadaan
kamu kaum munafik dan musyrikin) seperti orang-orang sebelum kamu,
mereka lebih kuat daripada kamu, dan lebih banyak harta dan
anak-anaknya. Maka mereka telah menikmati bagiannya, dan kamu telah
menikmati bagianmu sebagaimana orang-orang yang sebelummu menikmati
bagiannya, dan kamu mempercakapkan (hal-hal yang bathil) sebagaimana
mereka mempercakapkannya. Mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di
akhirat. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” [at-Taubah/9:69]
Maksudnya,
bersenang-senanglah dengan bagian kalian di dunia dan syahwatnya.
al-Khalaq yaitu bagian yang telah ditentukan. Kemudian Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, “وَخُضْتُمْ كَالَّذِي خَاضُوا (dan kamu
mempercakapkan (hal-hal yang bathil) sebagaimana mereka
mempercakapkannya…” Percakapan yang bathil ini adalah syubhat.
Allah
Azza wa Jalla mengisyaratkan dalam ayat tersebut apa-apa yang bisa
menimbulkan kerusakan hati dan agama, yaitu bersenang-senang dengan
dunia (berupa harta dan anak-anak) dan percakapan-percakapan yang
bathil. Karena kerusakan agama itu bisa terjadi dengan sebab keyakinan
bathil dan membicarakannya, atau dengan perbuatan yang tidak sesuai
dengan ilmu yang benar. Yang pertama adalah bid’ah dan sejenisnya, dan
yang kedua adalah kefasikan amalan. Kerusakan pertama merupakan
kerusakan dari segi syubhat, dan yang kedua dari segi syahwat.
Karena
inilah Ulama salaf berkata, “Berhati-hatilah dari dua jenis manusia :
Pengekor hawa nafsu yang terfitnah oleh hawa nafsunya dan pecinta dunia
yang telah dibutakan oleh dunia.”
Mereka juga berkata,
“Berhati-hatilah dari fitnah orang alim yang fajir (menyimpang), dan
orang yang suka beribadah tetapi bodoh, karena fitnah mereka berdua
adalah fitnah bagi orang-orang yang terfitnah.”
Asal
atau akar dari semua fitnah itu adalah perbuatan mendahulukan akal
daripada syari’at, dan hawa nafsu daripada akal. Yang pertama merupakan
akar fitnah syubhat, dan yang kedua adalah akar fitnah syahwat.
Fitnah
syubhat itu harus ditangkal dengan keyakinan, dan fitnah syahwat
ditangkal dengan kesabaran. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala
menjadikan kepemimpinan agama bergantung kepada dua perkara ini (sabar
dan yakin). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan
Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini
ayat-ayat Kami.” [as-Sajdah/32:24]
Ayat tersebut
menunjukkan bahwa dengan sabar dan yakin, kepemimpinan dalam agama akan
dapat diraih. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatukan keduanya juga dalam
firman-Nya:
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [al-‘Ashr/103:3]
Maka
saling menasehati dalam kebenaran akan dapat melawan syubhat, dan
saling menasehati dalam kesabaran akan menghentikan syahwat. Allah
menyatukan keduanya dalam firman-Nya :
وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ
“Dan
ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya‘qub yang mempunyai
kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi).” [Shâd/38:45]
Al-Aidii
adalah kekuatan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
taat kepada-Nya, al-Abshar adalah ilmu dalam agama Allah. Perkataan para
Ulama salaf pun berkisar pada pengertian tersebut.
Maka
dengan kesempurnaan akal dan kesabaran, fitnah syahwat dapat dilawan,
dan dengan kesempurnaan ilmu dan keyakinan, fitnah syubhat dapat
dilawan. Wallahul musta’an.”
Penyakit syahwat juga dijelaskan dengan ayat dan hadits. Allah Azza wa Jalla berfirman :
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ
وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ
الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik.” [Ali ‘Imran/3:14]
Kemudian
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan bahwa sesungguhnya yang dimaksud
dalam ayat ini adalah kebaikan itu bukan dengan syahwat, akan tetapi
kebaikan itu yaitu apa-apa yang disediakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
bagi siapa saja dari para hamba-Nya yang bertakwa dan selamat dari
tujuan syahwat ini dan bersembunyi dari syahwat dengan apa-apa yang
sudah dihalalkan oleh Allah, serta sabar atas apa yang diharamkan oleh
Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
قُلْ
أَؤُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرٍ مِنْ ذَٰلِكُمْ ۚ لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ
رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا
وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ بَصِيرٌ
بِالْعِبَادِ
Katakanlah: Inginkah aku kabarkan kepadamu
apa yang lebih baik dari yang demikian itu. Untuk orang-orang yang
bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir
di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka
dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. [Ali ‘Imrân/3:15]
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata, “Siapa saja di antara mereka yang bersabar
terhadap fitnah, niscaya akan selamat dari fitnah yang lebih besar.
Sebaliknya, siapa saja yang terbenam dalam fitnah, niscaya akan jatuh ke
dalam fitnah yang lebih buruk lagi. Jika orang yang tengah hanyut dalam
fitnah segera bertaubat dengan benar niscaya dia akan selamat. Namun,
jika ia tetap tenggelam di dalamnya berati orang itu berada di atas
jalan orang yang binasa. Karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الِرّجَالِ مِنَ الِنّسَاءِ.
“Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada (fitnah) wanita.
Penyakit syahwat juga dijelaskan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
يَا
نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ
اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي
قَلْبِهِ مَرَضٌ
Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak
seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga
orang yang di dalam hatinya ada penyakit menginginkan sesuatu…”
[al-Ahzab/33: 32]
Hati yang sakit akan terganggu oleh
syahwat sekecil apa pun dan tidak akan mampu menangkal syubhat yang
mendatanginya. Sementara hati yang sehat dan kuat, meski sering
didatangi syahwat atau syubhat, namun ia berhasil menghalaunya dengan
pertolongan Allah Azza wa Jalla dan dengan kekuatan iman dan
kesehatannya.
Sedangkan penyakit syubhat adalah sebagaimana dinyatakan di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya oleh Allah…” [Al-Baqarah/2: 10]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِـكُـلِّ أُمَّـةٍ فِتْنَـةً وَفِتْنَـةُ أُمَّـتِـي الْـمَـالُ.
Setiap ummat itu ada fitnahnya, dan fitnahnya ummatku adalah harta.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda :
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الِرّجَالِ مِنَ الِنّسَاءِ
Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan setelahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada (fitnah) wanita.
Fitnah ini akan masuk ke dalam hati manusia yang merupakan sebab hati menjadi sakit. Dan fitnah ini banyak sekali macamnya.
Di antara Jenis Fitnah Syahwat:
•
Melihat kepada perkara-perkara yang haram dilihat, sering memandang
perempuan yang bukan mahram, membaca majalah porno, melihat
gambar-gambar yang terbuka auratnya, menonton film cabul, menonton TV,
sinetron, dan lain-lainnya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
… فَزِنَـى الْـعَيْـنَيـْنِ الـنَّظَـرُ …
…
dan zinanya kedua mata adalah dengan memandang…
Menjaga pandangan dan kemaluan termasuk dalam tazkiyatun nufus. Allah Azza wa Jalla berfirman :
قُلْ
لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ۚ
ذَٰلِكَ أَزْكَىٰ لَهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
“Katakanlah
kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka.
Sungguh, Allâh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [an-Nur/24:30]
•
Ikhtilath (campur-baur laki-laki dan perempuan), khalwat (berdua-duaan
laki-laki dan perempuan), pacaran, mabuk asmara (kasmaran), dan
sebagainya. Pacaran hukumnya haram dalam Islam.
•
Bersentuhan antara laki-laki dan perempuan, atau berjabat tangan antara
laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dan sebagainya. Berjabat
tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram hukumnya haram.
• Zina, kumpul kebo, nikah mut’ah, dan sebagainya. Nikah mut’ah sama dengan zina. Zina itu haram dan dosa besar.
Adapun di antara jenis fitnah syubhat adalah sebagaimana firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala:
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah penyakitnya oleh Allah … [al-Baqarah/2:10]
Qatadah, Mujahid, dan lain-lain rahimahumullaah menafsirkan, “Di hatinya ada penyakit, yaitu penyakit syakk (keragu-raguan).”
Fitnah
syubhat adalah fitnah kesesatan, maksiat, bid’ah, kezhaliman,
kebodohan, keyakinan, pemikiran, pemahaman yang sesat, aliran-aliran
yang sesat, dan yang lainnya.
Fitnah syahwat membuat
rusak niat dan tujuan dalam ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Dan fitnah syubhat membuat rusaknya ilmu dan keyakinan.
Tatkala manusia dihadapkan pada fitnah berupa syahwat dan syubhat, maka hati manusia akan terbagi menjadi dua macam:
Pertama:
Hati yang ketika datang fitnah langsung menyerapnya seperti spons yang
menyerap air, lalu muncul titik hitam di tubuhnya. Ia terus menyerap
setiap fitnah yang ditawarkan kepadanya sehingga tubuhnya menghitam dan
miring. Bila sudah hitam dan miring ia akan berhadapan dengan dua
malapetaka yang sangat bahaya:
1. Tidak dapat membedakan mana yang ma’ruf (baik) dan mana yang munkar (buruk).
Terkadang
penyakit ini semakin parah sehingga ia menganggap yang ma’ruf adalah
munkar dan yang munkar adalah ma’ruf. Yang sunnah dianggap bid’ah dan
yang bid’ah dianggap sunnah. Yang benar dianggap salah dan yang salah
dianggap benar.
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata :
هَـلَـكَ مَنْ لَـمْ يَعْرِفْ قَلْبُـهُ الْـمَعْرُوْفَ وَيُنْـكِرْ قَلْبُـهُ الْـمُنْـكَـرَ.
Binasalah orang yang hatinya tidak mengetahui yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran.
2.
Menjadikan hawa nafsu sebagai sumber hukum yang lebih tinggi daripada
apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
selalu tunduk kepada hawa nafsu dan mengikuti kemauannya.
Kedua:
Hati putih yang telah disinari oleh cahaya iman yang terang benderang.
Jika hati semacam ini ditawari fitnah, ia akan mengingkari dan
menolaknya sehingga sinarnya menjadi lebih kuat dan lebih terang.
Nasihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
Janganlah
engkau jadikan hatimu seperti busa dalam menampung segala yang datang
dan syubhat², ia menyerapnya sehingga yang keluar dari busa tadi adalah
syubhat² yang diserapnya tadi. Namun jadikanlah hatimu itu seperti kaca
yang kokoh dan rapat (air tidak dapat merembes ke dalamnya) sehingga
syubhat² tersebut hanya lewat di depannya dan tidak menempel di kaca.
Dia melihat syubhat² tersebut dengan kejernihannya dan menolaknya dengan
sebab kekokohannya. Karena kalau tidak demikian, apabila hatimu
menyerap setiap syubhat yang datang kepadanya, maka hati tersebut akan
menjadi tempat tinggal bagi segala syubhat.
Wajib
diperhatikan oleh setiap muslim dan muslimah bahwa hati manusia
senantiasa berbolak balik. Hati ini tidak mudah dikendalikan. Hati
sangatlah mudah untuk berubah. Bisa jadi, di pagi hari seseorang masih
dalam keadaan beriman, namun sore harinya berubah kafir, atau sore hari
ia beriman tapi di pagi harinya ia berubah kafir. Di pagi hari ia masih
mengikuti Sunnah, namun di sore harinya ia meninggalkan Sunnah. Di pagi
hari ia memulai dengan amal-amal ketaatan namun di sore hari ia
bermaksiat. Pagi hari ia memanfaatkan waktu dengan amal-amal yang
bermanfaat, namun di sore harinya ia mengerjakan hal-hal yang sia-sia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
بَادِرُوْا
بِالْأَعْمَـالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْـمُظْلِمِ ، يُصْبِحُ
الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا ، أَوْ يُمْسِي مُـؤْمِنًـا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا ، يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا.
Bersegeralah
mengerjakan amal-amal shalih sebelum kedatangan fitnah-fitnah itu yang
seperti potongan malam yang gelap; di pagi hari seseorang dalam keadaan
beriman dan di sore hari menjadi kafir, atau di sore hari dalam keadaan
beriman dan di pagi hari menjadi kafir karena ia menjual agamanya dengan
keuntungan duniawi yang sedikit
Inilah hati, yang
selalu berbolak-balik karena ia berada di antara jari dari jari-jemari
Allah Yang Maha Penyayang. Karenanya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mewasiatkan kepada ummatnya untuk memperbanyak permohonan kepada Allâh
agar diberikan ketetapan hati.
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengucapkan :
يَـا مُـقَـلِـّبَ الْـقُـلُـوْبِ ، ثَـبّـِتْ قَـلْبِـيْ عَلَـىٰ دِيْـنِـكَ
Ya Allah, Yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu.
Anas
Radhiyallahu anhu melanjutkan, “Wahai Rasulullah ! Kami telah beriman
kepadamu dan kepada apa (ajaran) yang engkau bawa. Masihkah ada yang
membuatmu khawatir atas kami?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab :
نَـعَمْ ، إِنَّ الْـقُـلُوْبَ بَـيْـنَ أُصْبُـعَـيْـنِ مِنْ أَصَابِعِ اللّٰـهِ يُـقَلِـّبُـهَـا كَـيْـفَ يَـشَاءُ.
Benar
(ada yang aku khawatirkan kepada kalian), sesungguhnya hati-hati itu
berada di antara dua jari dari jari-jemari Allah, dimana Dia
membolak-balikkan hati itu sekehendak-Nya.
Hadits-hadits yang semakna juga diriwayatkan dari Ummu Salamah, ‘Aisyah, Shahabat-Shahabat lainnya Radhiyallahu anhum.
Al-Qur-an
adalah penawar dari penyakit syahwat dan syubhat. Sebab, al-Qur’an
berisi bukti-bukti dan dalil-dalil mutlak yang bisa membedakan antara
haq (benar) dan bathil sehingga penyakit-penyakit syubhat yang merusak
ilmu, keyakinan, dan pemahaman bisa hilang. Karena seseorang bisa
melihat segala sesuatu sesuai dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah dengan
pemahaman yang benar.
Al-Qur’an juga dapat mengobati
penyakit syahwat karena di dalamnya terdapat hikmah dan petuah yang baik
melalui targhib (anjuran), tarhib (peringatan), anjuran untuk bersikap
zuhud terhadap dunia dan mengutamakan akhirat, contoh-contoh dan
kisah-kisah yang mengandung banyak pelajaran dan petuah. Sehingga,
apabila hati yang sehat mengetahui hal itu, ia akan menyukai hal-hal
yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat, dan membenci segala yang
merugikan dirinya.
Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
Dan
Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan bagi orang yang zhalim
(al-Qur’an) itu hanya akan menambah kerugian.” [Al-Isra’/17:82]
Setiap
orang hendaklah mempelajari tanda-tanda (ciri-ciri) hati yang sakit dan
hati yang sehat agar dapat mengetahui kondisi hatinya secara tepat.
Bila hatinya sakit, ia harus berusaha untuk mengobatinya dengan
al-Qur’an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih serta
senantiasa menjaga kesehatannya, mudah-mudahan kita meninggal dunia
dengan hati yang selamat (sehat). Karena hati yang baik, sehat, dan
selamatlah yang akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari
Kiamat.
"Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat"