Assalamu'alaikum, Pagi Akhi Ukhti'..
Sebenernya apa sich Hijrah itu? Dan apa yang dimaksud dengan Hijrah?
Akhi
Ukhti, secara etimologi, hijrah adalah lawan dari kata washal
(bersambung). Maksud hijrah di sini adalah berpisahnya seseorang entah
berpisah dengan badan, dengan lisan, dengan hati.
Asal hijrah di
sini bermakna meninggalkan, yaitu meninggalkan berbicara atau
meninggalkan perbuatan. Tidak berbicara pada orang lain, itu bermakna
hajr.
Sedangkan kalau membahas hijrah, ada dua maksud:
1. Hijrah hissi, yaitu berpindah tempat, yaitu berpindah dari negeri
kafir ke negeri Islam atau berpindah dari negeri yang banyak fitnah ke
negeri yang tidak banyak fitnah. Ini adalah hijrah yang disyari’atkan.
2. Hijrah maknawi (dengan hati), yaitu berpindah dari maksiat dan segala apa yang Allah larang menuju ketaatan.
Setiap
manusia mesti berhijrah, yaitu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yang
akan ane ulas dalam tauziah pagi ini adalah berhijrah dari maksiat pada
ketaatan.
Ingatlah, Tujuan Kita Diciptakan
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Allah tidak menciptakan kita sia-sia, pasti ada suatu perintah dan larangan yang mesti kita jalankan dan mesti kita jauhi.
Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka
apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”
(QS. Al Mu’minun: 115).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
mengatakan, “Apakah kalian diciptakan tanpa ada maksud dan hikmah, tidak
untuk beribadah kepada Allah, dan juga tanpa ada balasan dari-Nya?”
(Madarij As Salikin 1: 98)
Jadi beribadah kepada Allah
adalah tujuan diciptakannya jin, manusia dan seluruh makhluk. Makhluk
tidak mungkin diciptakan begitu saja tanpa diperintah dan tanpa
dilarang.
Allah Ta’ala berfirman,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (QS. Al-Qiyamah: 36).
Imam Asy Syafi’i mengatakan,
لاَ يُؤْمَرُ وَلاَ يُنْهَى
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa diperintah dan dilarang?”.
Ulama lainnya mengatakan,
لاَ يُثاَبُ وَلاَ يُعَاقَبُ
“(Apakah mereka diciptakan) tanpa ada balasan dan siksaan?” (Madarij As Salikin 1: 98)
Menjadi Manusia Ideal
Manusia
ideal tentu saja yang merealisasikan tujuan penciptaannya di atas. Ia
menjalankan yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan²-Nya.
Perintah dan larangan ini dalam hal hubungan dengan Allah dan hubungan
dengan sesama. Manusia ideal adalah yang baik terhadap Allah dan
terhadap manusia. Kriteria ini masuk dalam kriteria orang shalih.
Ibnu Hajar berkata, “Shalih sendiri berarti,
الْقَائِم بِمَا يَجِب عَلَيْهِ مِنْ حُقُوق اللَّه وَحُقُوق عِبَاده وَتَتَفَاوَت دَرَجَاته
“Orang
yang menjalankan kewajiban terhadap Allah dan kewajiban terhadap sesama
hamba Allah. Kedudukan shalih pun bertingkat-tingkat” (Fath Al-Bari 2:
314).
Karena Rasul tidak hanya diutus untuk membetulkan
ibadah, namun juga mengajarkan akhlak sesama. Disebutkan dalam hadits,
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
“Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlak.” (HR. Ahmad 2: 381.
Syech Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Mendekati Ideal
Dari hadits ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
إِنّمَا النَّاسُ كَالإِبْلِ المِائَةِ لاَ تَكَادُ تَجِدُ فِيْهَا رَاحِلَةٌ
“Sesungguhnya
manusia seperti unta sebanyak seratus, hampir-hampir tidaklah engkau
dapatkan di antara unta-unta tersebut, seekor pun yang layak untuk
ditunggangi.” (HR. Bukhari no. 6498).
Maksud hadits ini, tak ada memang yang sempurna. Namun tetap memang ada yang mendekati ideal atau kesempurnaan.
Karena
Rasul juga mengatakan bahwa yang terbaik bukanlah orang yang tidak
pernah berbuat dosa. Setiap manusia pernah berbuat salah. Yang paling
baik dari mereka adalah yang mau bertaubat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap
manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat
salah adalah yang mau bertaubat.” (HR. Tirmidzi no.2499; Ibnu Majah
no.4251; Ahmad 3: 198. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
hasan)
Kata Ibnu Rajab dalam Fathul Barinya, yang dimaksud at tawwabun adalah:
أَيْ الرَّجَّاعُونَ إِلَى اللَّهِ بِالتَّوْبَةِ مِنْ الْمَعْصِيَةِ إِلَى الطَّاعَةِ .
“Orang
yang mau kembali pada Allah dari maksiat menuju ketaatan.“ Artinya, mau
berhijrah dari maksiat dahulu menjadi lebih baik saat ini.
Tentu saja hijrah tersebut haruslah tulus lillah, tulus karena Allah …
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Ibnu
Katsir menerangkan mengenai taubat yang tulus sebagaimana diutarakan
oleh para ulama, “Taubat yang tulus yaitu dengan menghindari dosa untuk
saat ini, menyesali dosa yang telah lalu, bertekad tidak mengulangi dosa
itu lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan
hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau
mengembalikannya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 323).
Hudzaifah pernah berkata,
بحسب المرءِ من الكذب أنْ يقول : أستغفر الله ، ثم يعود
“Cukup
seseorang dikatakan berdusta ketika ia mengucapkan, “Aku beristighfar
pada Allah (aku memohon ampun pada Allah) lantas ia mengulangi dosa
tersebut lagi.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 411).
Siapa Saja yang Mau Berhijrah
Siapa saja yang mau berhijrah, Allah akan menerima hijrahnya..
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا
مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai
hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Tentu saja
setelah berhijrah, seseorang harus punya tekad menjadi baik dan bertekad
tidak mengulangi lagi maksiat yang dahulu dilakukan.
ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”
Begitu juga dalam ayat disebutkan,
وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)
Agar Bisa Istiqamah dalam Berhijrah?
Ingatlah kalau bisa istiqamah, itu benar² suatu karunia yang besar.
Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah disampaikan oleh muridnya Ibnul Qayyim dalam Madarij As Salikin,
أَعْظَمُ الكَرَامَةِ لُزُوْمُ الاِسْتِقَامَةِ
“Karomah yang paling besar adalah bisa terus istiqamah.”
Kiat agar bisa terus istiqamah adalah:
• Harus dimulai dengan niatan yang ikhlas.
• Meninggalkan maskiat dahulu yang dilakukan.
• Bertekad untuk jadi lebih baik.
• Mencari lingkungan bergaul yang baik.
• Berusaha terus menambah ilmu lewat majelis ilmu.
•Memperbanyak doa.
Terutama masalah teman, ini teramat penting. Karena tanpa teman yang baik, kita sulit untuk berubah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang
akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah
siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no.4833;
Tirmidzi no.2378; Ahmad 2: 344. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan).
Teman² shalih bisa didapat di majelis ilmu. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَثَلُ
الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ
، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا
تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ
بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang
yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah
bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika
engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli
darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi,
jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,
minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no.2101, dari
Abu Musa)
Yang jelas hijrah tersebut harus ikhlas karena Allah, bukan karena cari ridha manusia.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
وما لا يكون له لا ينفع ولا يدوم
“Segala
sesuatu yang tidak didasari ikhlas karena Allah, pasti tidak bermanfaat
dan tidak akan kekal.” (Dar ut Ta’arudh Al ‘Aql wan Naql 2: 188).
Para ulama juga memiliki istilah lain,
ما كان لله يبقى
“Segala sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, pasti akan langgeng.”
Juga
jangan lupa untuk panjatkan doa pada Allah. Karena tanpa
pertolongan-Nya, kita tak berdaya dengan berbagai godaan. Do’a yang
paling sering nabi panjatkan agar bisa terus istiqamah adalah,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
“Ya
muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu
Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, kenapa do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
يَا أُمَّ سَلَمَةَ
إِنَّهُ لَيْسَ آدَمِىٌّ إِلاَّ وَقَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ
أَصَابِعِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“Wahai
Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara
jari-jemari Allah. Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan
berikan keteguhan dalam iman. Namun siapa saja yang dikehendaki, Allah
pun bisa menyesatkannya.”
Dalam riwayat lain dikatakan,
إِنَّ الْقُلُوبَ بِيَدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا
“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-balikkannya.”
Kapan Mau Hijrah?
Allah Ta’ala menyeru kita,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133)
Dalam ayat di atas
disuruh bersegera bertaubat. Ini berarti disuruh pula untuk segera
meninggalkan maksiat dan raihlah ampunan Allah. Ini maksud yang sama
yang berisi perintah untuk segera berhijrah.
Imam Asy Syaukani dalam Fath Al-Qadir menyatakan,
سارعوا إلى ما يوجب المغفرة من الطاعات
“Bersegeralah meraih ampunan Allah dengan melakukan ketaatan.”
Semoga Allah memberikan kita bisa semangat terus dalam berhijrah, menjadi lebih baik mulai saat ini dan bisa terus istiqamah..
Aamiin Yaa Mujibas Saailiin..
"Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat"