Assalamu'alaikum, Siang Akhi Ukhti'..
Ini hari, ane banyak banget Allah kasih liat orang² yang gila pujian dan para "penjilat" yang punya maksud laen dengan pujian² yang di lontarkan nye. Makanye untuk tauziah siang ini, akan akan kupas mengenai hal pujian juga deh yak..
Akhi Ukhti, Bagaimana biar kita ketika dipuji oleh orang tidak merasa di atas angin atau biar tidak sombong?
Salah satu caranya, coba kita renungkan dan simak perkataan ulama berikut ini..
Ada yang menanyakan pada Yahya bin Mu’adz, “Kapan seorang hamba disebut berbuat ikhlas?” “Jika keadaanya mirip dengan anak yang menyusui. Cobalah lihat anak tersebut dia tidak lagi peduli jika ada yang memuji atau mencelanya”, jawab Yahya.
Ada yang berkata pada Dzun Nuun Al Mishri rahimahullah, “Kapan seorang hamba bisa mengetahui dirinya itu ikhlas?” “Jika ia telah mencurahkan segala usahanya untuk melakukan ketaatan dan ia tidak gila pujian manusia”, jawab Dzun Nuun.
Coba pula lihat perkataan Ibnu ‘Atho’ dalam hikam-nya. Beliau berkata, “Ketahuilah bahwa manusia biasa memujimu karena itulah yang mereka lihat secara lahir darimu. Seharusnya engkau menjadikan dirimu itu cambuk dari pujian tersebut. Karena ingatlah orang yang paling bodoh adalah yang dirinya itu yakin akan pujian manusia padahal ia yakin akan kekurangan dirinya.”
Lihatlah bagaimana Ibnu Mas’ud, sahabat yang mulia, namun masih menganggap dirinya itu penuh ‘aib. Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Jika kalian mengetahui ‘aibku, tentu tidak ada dua orang dari kalian yang akan mengikutiku”.
Beberapa kiat agar tidak merasa di atas angin ketika dipuji oleh orang lain, bisa ane ringkaskan dari perkataan ulama di atas sebagai berikut..
• Harus yakin nikmat itu dari Allah, bukan dari usaha manusia
• Banyak lihat kekurangan diri daripada kelebihan
• Tidak terlalu memperhatikan pujian atau celaan
• Ada pujian atau tidak, keadaannya sama saja
• Tidak mengharap pujian berikutnya, tetap lah selau hanya berharap ridho Allah semata
Amalkan cara Abu Bakar Ash-Shiddiq..
Ketika dipuji, Abu Bakar berdo’a,
Ų§ŁŁَّŁُŁ َّ Ų£َŁْŲŖَ Ų£َŲ¹ْŁَŁ ُ Ł ِŁِّŁ ŲØِŁَŁْŲ³ِŁ ŁَŲ£َŁَŲ§ Ų£َŲ¹ْŁَŁ ُ ŲØِŁَŁْŲ³ِŁ Ł ِŁْŁُŁ ْ Ų§ŁŁَّŁُŁ َّ Ų§Ų¬ْŲ¹َŁْŁِŁ Ų®َŁْŲ±ًŲ§ Ł ِŁ َّŲ§ ŁَŲøُŁُّŁْŁَ ŁَŲ§ŲŗْŁِŲ±ْ ŁِŁ Ł َŲ§ ŁŲ§َ ŁَŲ¹ْŁَŁ ُŁْŁَ ŁَŁŲ§َ ŲŖُŲ¤َŲ§Ų®ِŲ°ْŁِŁ ŲØِŁ َŲ§ ŁَŁُŁْŁُŁْŁَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka] (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman 4: 228 no.4876. Jaami’ Al Ahadits, Jalaluddin As-Suyuthi 25: 145 Asy Syamilah)
Sebagaimana disebutkan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Al-Auza’i mengatakan bahwa ketika seseorang dipuji oleh orang lain di hadapan wajahnya, maka hendaklah ia mengucapkan do’a di atas.
Disebutkan pula oleh sebagian salaf bahwa jika seseorang dipuji di hadapannya, maka hendaklah ia bertaubat darinya dengan mengucapkan do’a yang serupa. Hal ini disebutkan pula oleh Al Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman.
Disebutkan pula dalam Adab Al Mufrod karya Imam Al Bukhari mengenai hadits di atas ketika beliau sebutkan dalam Bab “Apa yang disebutkan oleh seseorang ketika ia disanjung.”
Begitu pula disebutkan dalam kitab Hilyah Al Awliya’ karya Abu Na’im Al Asbahaniy bahwa ketika seseorang dipuji di hadapannya, hendaklah ia mengingkari, marah dan tidak menyukainya, ditambah membaca do’a di atas.
"Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat"
0 komentar:
Posting Komentar