Rabu, 17 Agustus 2016

MALAIKAT PENJAGA MANUSIA

01.56.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Firman Allah swt :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Artinya : ”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar ro’du : 11)

Firman Allah lainnya :

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ ﴿١٦﴾
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ ﴿١٧﴾
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ﴿١٨﴾

Artinya : ”Dan Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qoff : 16 – 18)

Imam Bukhori dan Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Didalam diri kalian terdapat malaikat malam dan malaikat siang yang saling bergantian. Mereka bertemu disaat shalat shubuh dan shalat isya lalu malaikat yang bermalam didalam dirimu naik keatas. Mereka pun ditanya Allah swt dan DiaYang Maha Mengetahui tentang mereka,”Bagaimana keadaan hamba-Ku saat kamu tinggalkan?” Mereka menjawab,”Kami tinggalkan mereka dalam keadaan shalat dan kami datangi mereka juga dalam keadaan shalat.”

Didalam menafsirkan ayat 11 suart ar Ro’du, Ibnu Katsir mengatakan bahwa dua malaikat berada di sebelah kanan dan kiri menuliskan amal-amal. Malaikat yang ada di sebelah kanan mencatat amal-amal kebaikan sementara yang berada di sebelah kiri mencatat amal-amal keburukan. Dua malaikat lainnya menjaganya dan melindunginya. Satu malaikat berada di belakangnya sedang satu lagi berada di depannya sehingga jumlah mereka ada empat malaikat di siang hari. Dan empat malaikat lainnya pada malam hari menggantikan malaikat-malaikat yang di siang hari yang terdiri dari dua malaikat penjaga dan dua malaikat pencatat, sebagaimana hadits Abu Hurairoh diatas. (Tafsir al Qur’an al Azhim juz)

Tentunya penjagaan malaikat terhadap manusia dari berbagai keburukan, kecelakaan, musibah adalah atas perintah dan izin Allah swt dan berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya atas diri orang itu. Malaikat penjaga ini tidaklah bisa mencegah segala musibah, keburukan yang telah ditetapkan Allah kepada orang itu sebagaimana disebutkan di bagian akhir ayat itu,”… Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar Ro’du : 11)

JIN YANG MENYERTAI MANUSIA

Didalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda,”Tidaklah seorang dari kalian kecuali ada yang menyertainya dari kalangan jin dan dari kalangan malaikat.” mereka bertanya,”Anda juga?” beliau saw menjawab,”Saya juga akan tetapi Allah swt telah menyelamatkanku dan menjadikannya masuk islam sehingga dia tidak memerintahkanku kecuali kebaikan.”

Al Qodhi mengatakan,”Dan ketahuilah bahwa umat telah bersepakat akan perlindungan Nabi saw dari setan pada jasad, pemikiran dan lisannya.” Didalam hadits ini terdapat isyarat agar waspada terhadap fitnah setan yang menyertainya dari bisikan-bisiskan dan penyesatannya, dan kita menjadi tahu bahwa setan iu bersama kita agar kita berhati-hati darinya dengan sekuat seluruh kemampuan kita.” (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XVII hal 230 – 231)

Syech ’Athiyah Saqar mengatakan bahwa setiap manusia disertai oleh jin dan malaikat. Malaikat yang menyertainya adalah yang memelihara manusia sebagaimana firman Allah swt surat Ar Ro’du ayat 11 diatas dan malaikat yang menolongnya untuk kebaikan atau yang lainnya. Sedangkan jin yang menyertainya itu berusaha menyesatkannya. Sungguh Iblis telah bersumpah dengan kebesaran Allah bahwa dia akan menyesatkan manusia seluruhnya kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas. (Fatawa al Azhar juz VIII hal 63)

Setelah ane jabarin sebelomnye soal setan yang di belenggu di atas, berikut sebagai tambahan penjelasan nye,

Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda,”Apabila datang Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” didalam riwayat Ibnu Khuzaimah didalam shahihnya disebutkan sabdanya saw,”Apabila malam pertama dari bulan Ramadhan maka setan-setan dibelenggu yaitu jin-jin yang durhaka..”

Jin-jin yang durhaka adalah yang secara total berbuat kejahatan. .. dikatakan bahwa hikmah dari diikat dan dibelenggunya setan adalah agar tidak membisik-bisikan kejahatan kepada orang-orang yang berpuasa. Dan tanda-tandanya adalah banyaknya orang-orang yang tenggelam didalam kemaksiatan kembali bertaubat kepada Allah swt.

Adapun apa yang terjadi sebaliknya pada sebagian mereka maka sesungguhnya itu adalah pengaruh-pengaruh dari bujuk rayu setan yang telah tenggelam didalam jiwa-jiwa orang-orang pelaku kejahatan serta menghujam didalamnya…

Al Hafizh didalam ”al Fath” mengatakan bahwa Iyadh mengatakan,”Kemungkinana bahwa lahiriyah dan hakekatnya adalah itu semua tanda bagi malaikat untuk memasuki bulan (Ramadhan) dan mengagungkan kehormatan bulan itu serta mencegah setan-setan untuk menyakiti orang-orang beriman. Dan bisa juga berarti suatu isyarat akan banyaknya pahala dan ampunan dan bahwa setan dipersempit upayanya untuk menyesatkan mereka sehinga mereka bagaikan terbelenggu.”

Dia berkata,”Kemungkinan kedua itu diperkuat dengan sabdanya Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Muslim ’pintu-pintu rahmat dibuka’ dia mengatakan bahwa lafazh ’pintu-pintu surga dibuka’ adalah ungkapan tentang apa yang dibuka Allah bagi hamba-hamba-Nya berupa ketaatan yang menjadi sebab masuknya ke surga. Sedangkan lafazh ’pintu-pintu neraka ditutup’ adalah ungkapan tentang dihindarinya dari berbagai keinginan kuat untuk melakukan maksiat yang dapat menjatuhkannya ke neraka. Sedangkan lafazh ’setan-setan dibelenggu’ adalah ungkapan akan lemahnya setan untuk melakukan penyesatan dan penghiasan terhadap syahwat.”…

Al Qurthubi mengatakan,”Apabila anda ditanya tentang bagaimana pendapatmu tentang berbagai keburukan dan kemaksiatan yang banyak terjadi di bulan Ramadhan dan seadainya setan itu dibelenggu tentunya hal itu tidaklah terjadi?” Maka jawabnya adalah ,”Sesungguhnya bahwa kemaksiatan itu akan mengecil terhadap orang-orang yang berpuasa yang memelihara syarat-syarat puasanya dan memperhatikan adab-adabnya” atau ”Dibelenggunya sebagian setan sebagaimana disebutkan didalam sebagian riwayat yaitu riwayat Tirmidzi dan Nasai bahwa mereka yang dibelenggu adalah para pemimpinnya bukan seluruh setan” atau ” maksudnya adalah ”Meminimalkan kejahatannya di dalam bulan itu”

Itu adalah perkara yang bisa diraba, maka sesungguhnya kejadian itu didalam bulan ramadhan lebih sedikit dari bulan lainnya. Jadi tidak mesti dengan dibelenggunya seluruh setan maka tidak akan terjadi satu kejahatan atau satu kemaksiatan karena disisi lain terdapat banyak sebab lainnya yang bukan dari setan seperti jiwa-jiwa yang kotor, kebiasan-kebiasaan buruk, setan manusia dan lainnya.” (Tuhfatul Ahwadzi juz II hal 219)

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

APAKAH IBU MENYUSUI BOLEH TIDAK PUASA DI BULAN RAMADHAN

01.41.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Melanjutkan pertanyaan dari ukhtie Aan yang menanyakan APAKAH IBU MENYUSUI BOLEH TIDAK PUASA DI BULAN RAMADHAN'? berikut penjelasan nye,

Para ulama telah sepakat, bahwa ketika wanita hamil dan menyusui itu khawatir terhadap dirinya atau terhadap dirinya dan anaknya, maka mereka boleh berbuka. Mereka disamakan dengan orang yang sakit yang khawatir terhadap dirinya. Allah Swt berfirman: “...dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain....” (QS. Al Baqarah: 185)

Sedangkan standar dhoror (bahaya) yang menjadikannya boleh berbuka itu dapat diketahui dengan ghalabatudz zhan (prasangka yang kuat), yaitu berdasarkan pada pengalaman sebelumnya, atau berdasarkan penjelasan dari seorang dokter. Sehingga berdasarkan keduanya bisa ditetapkan sebab kekhawatirannya, yaitu bisa berakibat kurangnya akal, rusak atau sakit. Namun, yang dikehendaki dengan kekhawatiran tersebut bukan hanya sekadar hasil ilusi dan imajinasi saja.

Tapi dalam masalah konsekuensi akibat berbuka, apakah orang tersebut harus mengqadha’ (mengganti) saja atau juga membayar fidyah, maka terdapat ikhtilaf antara para ulama. Sehingga dalam masalah ini ulama berselisih menjadi enam pendapat:

Pertama, Ketika wanita hamil dan menyusui berbuka karena khawatir terhadap anaknya saja, maka wajib baginya mengqadha’ dan membayar fidiyah. Ini pendapat madzhab Syafi’i yang rajih dan mu’tamad dari madzhab mereka, pendapat madzhab Hambali, dan ini juga pendapat Mujahid. Sedang Mujahid meriwayatkan dari Ibnu Umar, Ibn ‘Abbas dan Atha’.

Ibnu Umar pernah ditanya mengenai wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya, beliau menjawab:

“Boleh berbuka dan memberi makan sebagai fidyah, untuk setiap harinya satu mudd hinthah (gandum) yang diberikan kepada satu orang miskin.”

Kedua, wanita hamil yang berbuka hanya wajib mengqadha’ dan tidak wajib membayar fidyah. Sedangkan bagi wanita menyusui wajib mengqadha’ dan membayar fidyah. Ini pendapat madzhab Maliki, al-Laits, dan juga merupakan pendapat Imam Syafi’i dalam kitab al-Buwaithi.

Ketiga, wanita hamil dan menyusui yang berbuka hanya berkewajiban membayar fidyah, tidak wajib mengqadha’. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas, Ibn Umar dan Sa’id bin Jubair, juga al-Qasim bin Muhammad dan sekelompok ulama, demikianlah riwayat dari Ishaq bin Rahawih. Dan telah meriwayatkan Sa’id bin Jubair, Atha’ dan Ikrimah dari Ibn ‘Abbas dengan sejumlah sanad hasan, bahwa wanita hamil dan menyusui boleh berbuka lalu memberi makan dan baginya tidak wajib mengqadha’.

Keempat, wanita hamil dan menyusui yang berbuka tidak wajib mengqadha’ dan tidak pula membayar fidyah. Ini adalah madzhab Ibn Hazm al-Zahiri.

Kelima, memberi pilihan. Jika wanita hamil dan menyusui itu memilih memberi makan, maka baginya cukup dengan memberi makan dan tidak wajib mengqadha’. Sebaliknya, jika mereka memilih mengqadha’, maka baginya cukup dengan mengqadha’ dan tidak wajib memberi makan. Ini adalah pendapat Ishaq bin Rahawih.

Keenam, Wanita hamil dan menyusui yang berbuka hanya wajib mengqadha’ dan tidak wajib membayar fidyah. Ini adalah madzhab Hanafi, pendapat Imam Syafi’i, dan Muzani dari madzhab Syafi’i, Hasan al-Bashiri, Ibrahim Nakha’i, Auza’i, Atha’, Zuhri, Sa’id bin Jubair, Dhohhah, Rabi’ah, Tsauri, Abu Ubaid, Abu Tsaur, Ashhaburra’yi, Ibn Mundzir, al-Laits dan ath-Thabari.

Al-Auza’i berkata, “Menurut kami, hamil dan menyusui adalah salah satu penyakit, maka wanita hamil dan menyusui hanya wajib mengqadha’ dan tidak wajib memberi makan (fidyah).”

Pendapat yang demikian itu telah diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. Beliau berkata mengenai wanita hamil dan menyusui: “Mereka hanya wajib mengqadha’ dan tidak wajib membayar fidyah.”

Menurut Yahya Abdurahman Al Khatib, MA, dalam kitabnya Ahkam al-Mar’ah al-hamil fi Syariat al-Islamiyyah pendapat yang terkuat adalah pendapat yang mewajibkan mengqadha’ saja tanpa fidyah bagi wanita hamil dan menyusui. Ini dalam kondisi ketika wanita hamil dan menyusui mampu mengqadha’. Namun, jika mereka tidak mampu mengqadha’, maka wajib bagi mereka untuk membayar fidyah, setiap harinya memberi makan seorang miskin. Dengan catatan bahwa tidak boleh bagi wanita hamil dan menyusui berbuka kecuali ketika mereka sudah tidak kuat lagi berpuasa karena masyaqoh (kesulitan) yang membahayakan dirinya. Sedangkan setiap orang yang mampu berpuasa dengan tanpa masyaqoh yang membahayakan dirinya, maka berpuasa tetap wajib baginya..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

BENCI DAN DENDAM

01.35.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Menghilangkan Benci Dan Dendam Dengan Petunjuk Quran dan Hadist

Ga tau kenape, ini hati ke pengen ngejabarin soal benci dan dendam'..
Sebenernye ape sich benci dan dendam itu'?

Secara bahasa Benci adalah suatu perasaan tidak suka, ketidak tertarikan seseorang terhadap sesuatu, dan banyak juga disebutkan bahwa benci itu adalah lawan kata dari cinta dan kasih sayang. Sedangkan Dendam dalam bahasa arab hiqid yang berarti permusuhan dalam batin yang menanti-nanti waktu yang tepat untuk  membalaskannya. Secara bahasa dendam adalah rasa marah yang tidak terlampiaskan atau tidak tersalurkan sehingga di dalam hati menjelma menjadi sifat buruk yang selalu berkeinginan membalas perbuatan orang lain. Dengan catatan yang dimaksud dengan benci dan dendam yang akan ane jabarin di sini adalah merujuk kepada hubungan sesama kita, manusia terutama di antara seorang muslim dengan muslim lainnya.

Adalah sangat wajar, sebagai manusia yang menjalankan hidup dan qodratnya sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan adanya orang lain dalam hidupnya. Tentu sebagai manusia yang juga tiada sempurna bisa melakukan suatu kesalahan yang mungkin disengaja atau tidak dengan niatnya. Hal inilah yang sering menimbulkan benci, benci dan benci yang terus disimpan dalam hatinya sampai pada tahap dendam yang selanjutnya mencari cara untuk membalaskan semua perbuatannya karena hanya hal itu yang mungkin akan jadi penawar rasa Benci dalam hatinya. Na'udzubillah..

Akhie Ukhtie, sebagai seorang muslim tentunya kita berpegang dengan dalil dan aturan yang telah ditetapkan untuk kita, kita tentunya menjadikan al-quran sebagai kitab pedoman hidup yang didukung dengan hadist dari Rasulullah. Tahukah kita jika kedua hal ini, Benci dan Dendam merupakan sifat yang tiada terpuji yang pasti tak akan pernah mendapat ridho Allah. Dan paling bahayanya sifat ini dapat menghabiskan semua amalan baik dan menuntun kita ke neraka. Semoga kita tidak termasuk di dalamnya, Aamiin..

Sekarang mari kita merujuk kepada diri kita sendiri. Mungkin pernah ada rasa benci dan dendam dalam hati. Apakah yang kita rasakan? Bukankah benci dan dendam itu menyiksa batin kita? Apakah ada kepuasaan yang hakiki di dalam qalbu kita andai jika melihat orang yang kita benci harus mengalami luka yang sama dengan yang kita rasakan? Atau andai jika dendam yang telah kita balaskan, akankah apa yang membuat kita mendendam itu akan kembali kepada kita? Sehingga silaturrahmi pun akan terputus, padahal dalam hadist Rasulullah bersabda :

“Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk meninggalkan saudaranya lebih dari tiga malam. Keduanya juga saling bertemu, tetapi mereka tidak saling mengacuhkan satu sama lain. Yang paling baik diantara keduanya yang terlebih dahulu memberi salam”.
(HR. Muslim)

Andai saja kita jujur, pasti benci dan dendam membuat hati kita panas terbakar amarah, menghilangkan ketenangan hati kita, membuat kita bersikap tidak karuan, menghilangkan selera kita ketika berjumpa dengan seseorang yang kita benci. Coba pertimbangkan, apakah itu menguntungkan atau bahkan merugikan diri kita? Andai saja kita jujur..

Karenanya, mari kita hindari diri dari sifat ini karena pada hakikatnya merugikan diri kita secara lahir dan batin. Islam sebagai jalan yang lurus untuk semua ummat dapat memberikan solusi yang baik untuk menuntun kita ke jalan yang benar. Ada banyak solusi menghilangkan rasa benci dan dendam di hati kita, berikut di antaranya :

- Banyak-banyaklah berdzikir (mengingat Allah),

insyaallah akan ada ketenangan di hati kita sebagai mana firman Allah :

"Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah (zikrullah) hati menjadi tenang".
[Q-S Ar-Ra'd ayat 28.]

- Bersabarlah

Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah saw bersabda, Orang yang hebat itu bukanlah orang yang kuat pukulannya, sesungguhnya orang yang kuat adalah yang mampu mengekang hawa nafsunya ketika marah. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Mengekang hawa nafsu tentunya memerlukan kesabaran dan keimanan yang kuat.

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
[Surat Ali Imron 3 : 134]

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
[Q.S Al-Baqoroh 2 : 153]

- Jadilah Seorang Pemaaf

Allah berfirman :

"...Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah."
[Q.S.Asy-Syura : 40]

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

[Q.S Ali Imron 3 : 159]

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.

[Q.S Al-Baqoroh 2 : 263]
Dalam hadist :

"Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu."
 (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).

"Ada 3 hal yang apabila dilakukan akan dilindungi Allah dalam pemeliharaan-Nya dan ditaburi rahmat-Nya serta dimasukkan-Nya ke dalam surga-Nya yaitu : apabila diberi ia berterimakasih, apabila berkuasa ia suka pemaaf dan apabila marah ia menahan diri"
[HR. Hakim dan Ibnu Hibban]

- Biasakanlah diri Berperasangka Baik

Dalam al-quran Allah berfirman :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
[Q.S. Al-Baqarah : 216]

”Hai orang-orang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.Sukakah salah seorang diantara kamu, memakan daging saudaranya yang sudah mati ?.Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.Dan bertakwalah kepada Allah Tuhan Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
[QS.Al-Hujuraat :12]

- Ingatlah bahwa Dendan dan Benci itu merugikan diri kita sendiri

Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas).
(HR. Al Hakim)

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
[Q.S Al-Maidah : 91]

- Jangan Sombong dan menganggap diri paling benar

Mari kita koreksi diri, adanya kejadian pasti karena ada penyebabnya.

"Tidak akan masuk syurga siapa saja yang di dalam hatinya ada seberat biji sawi dari kesombongan."
[HR. Muslim]

- Ikhlas dan Tawakkallah

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya,dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,  dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki
[Q.S Al-Falaq 1-5]

Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan,Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan,Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."
[Q.S Al-Mu'minuun 96-98]

-Dan jika benci dan dendam itu tak jua hilang, maka ingatlah kebaikannya saja, mungkin ada kebaikan yang pernah ia lakukan untuk kita, jangan selalu memikirkan keburukannya, kejahatannya dan sifatnya yang kurang terpuji, Insyaallah hati kita akan terobati.

Mari sama-sama kita berdoa,

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu, teguhkanlah hati kami diatas ketaatan kepadamu,arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
Aamiin, ya Robbal 'aalamiinnn...

“Manusia akan tetap berada di dalam kebaikan selama dia tidak mempunyai rasa benci.”
(HR. Thabrani)

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

DOA BUAT NGATASIN KESULITAN HIDUP & RIDHO AKAN KETETAPAN ALLAH

01.24.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Tadi subuh ada yang nanya, ada ga DOA BUAT NGATASIN KESULITAN HIDUP & RIDHO AKAN KETETAPAN ALLAH'?

Akhie Ukhtie, seorang mukmin meyakini bahwa setiap yang terjadi di alam ini adalah atas kehendak dan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Dengan keyakinan tersebut maka dirinya akan merasakan ketenangan didalam hatinya serta ridho atas apa pun yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan atas dirinya baik ia berupa kebahagiaan maupun kesengsaraan, kelapangan maupun kesempitan.

Firman Allah Ta’ala :

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22) لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آَتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (23)

Artinya : “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al Hadid : 22 – 23)

قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

Artinya : “Katakanlah (Muhammad),”Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah lah

orang-orang yang beriman bertakwa.” (QS. At Taubah : 51)

Apa yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-hamba-Nya tidaklah lepas dari dua hal :

Musibah yang disebabkan kemaksiatan seorang hamba.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Artinya : “Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuara : 30)

 Bahwa ujian dari Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengangkat derajatnya dan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi ujian yang tengah kita hadapi setelah mengetahui hal diatas :

Jika ujian atau musibah yang saat ini tengah kita hadapi dikarenakan kemaksiatan atau dosa yang dilakukan kita maka hendaklah segera bertaubat atau beristighfar dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh penyesalan atas apa yang dilakukan itu serta mengganti kemaksiatan tersebut dengan ketaatan.

وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Artinya : “Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat. (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan kebajikan, maka kejahatan mereka diganti dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan : 68 – 70)

وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِمَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا ثُمَّ اهْتَدَى

Artinya : “Dan sungguh, Aku Maha pengampun bagi yang bertaubat, beriman dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha : 82)

Akan tetapi jika musibah yang tengah kita hadapi adalah semata-mata ujian untuk mengangkat derajat dan menghapuskan berbagai kesalahan maka tidaklah yang ada dihadapan kita kecuali ridho dengan ketatapan dan takdir Allah dengan tetap mengharapkan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Adapun doa yang diajarkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam ketika menghadapi musibah, sebagaimana diriwayatkan dari Ummu Salamah Radhiyallahu Anha berkata,”Saya mendengar Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam bersabda,’Tidaklah seorang hamba terkena musibah maka ia mengatakan,’Inna lillahi wa Inna ilaihi roji’un. Allahumma Ajirnii fii mushibatii wakhluf lii khoiron minha. (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami dikembalikan. Yaa Allah berikanlah pahala kepadaku didalam musibahku dan gantilah buatku yang lebih baik darinya) kecuali Allah berikan baginya pahala dari musibahnya dan menggantikan baginya yang lebih baik darinya.” Ummu Salamah berkata,”Tatkala Abu Salamah meninggal lalu aku berdoa dengan yang diperintahkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam maka Allah pun menggantikan buatku yang lebih baik darinya (yaitu) Rasulullah Shalallahu alaihi wa Sallam.” (HR. Muslim)

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

6 ALASAN MENGAPA DENGKI BISA MENGHAMBAT REZEKI

01.14.00 Posted by Admin No comments



Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Salah satu penyakit hati yang berbahaya untuk dipelihara oleh manusia adalah sifat dengki, iri hati atau hasad. Apa yang dimaksud dengan dengki itu? Dengki adalah sifat yang merasa tidak suka akan pemberian, rezeki, nikmat yang Allah berikan pada orang lain. Sifat ini disebut sebagai penyakit karena kalau dibiarkan akan menggerogoti keimanan seseorang, seperti sebuah penyakit yang menggerogoti badan seseorang. Orang yang memiliki penyakit ini akan merasakan kegelisahan yang lambat laun menggerogoti sendi-sendi kehidupannya.

Dengki sudah dimiliki sejak zaman dahulu kala. Bagaimana kisah putra Nabi Adam as, yaitu Qabil dan Habil yang diceritakan dengan rinci dalam Al Quran mengangkat bahaya dengki ini. Bagaimana Qabil membunuh saudaranya Habil karena perasaan iri dan dengki yang menguasainya, karena Habil mendapatkan calon istri yang lebih cantik darinya dan kurbannya diterima Allah sedangkan dirinya tidak, seperti yang diceritakan Allah berikut :
"Dan bacakanlah (wahai Muhammad) kepada mereka kisah mengeni du aorang anak Adam (Habil dan Qabil) yang berlaku dengan sebenarnya, yaitu ketika mereka berdua mempersembahkan satu persembahan kurban. Lalu diterima kurban salah satu diantaranya (Habil) dan tidak diterima (kurban) dari yang lain (Qabil). Berkata (Qabil), "Sesungguhnya aku akan membunuhmu." (Habil) menjawab : Allah hanya menerima kurban orang yang bertakwa" (Al Maidah : 27).

Dengki itu adalah sifat orang Yahudi, Allah menjelaskan bahwa tidak suatu kaum yang begitu bencinya kepada Kaum Muslimin selain orang Yahudi? Mengapa? Karena mereka dengki, iri dan tidak suka karena Allah melimpahkan karunia kepada kaum Muslimin. Mereka tidak ingin Islam tersebar ke seluruh dunia, diterima dengan lapang dan tidak rela jika Islam kembali meraih kejayaan seperti dahulu. Karena itu mereka selalu melancarkan propaganda-propaganda melalui media yang dimilikinya serta berusaha menguasai perekonomian dunia agar bisa mendikte negara-negara besar untuk memerangi kaum muslimin.

Firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 120 " Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahun datang kepadamu maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." Di ayat lain juga Allah menjelaskan bagaimana kedengkian orang Yahudi pada Rasulullah SAW.
" Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya. Sesungguhnya Kami telah memberikan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim dan kami telah memberikan kepada mereka kerajaan yang besar. (Q.S. An Nisa : 54)

Dan mengapa dengki bisa menghambat rezeki?
Sifat dengki itu kalau dipelihara lambat laun akan jadi penyakit rohani yang berbahaya, merusak sendi kehidupan dan menghambat masuknya aliran rezekinya. Hal itu disebabkan orang yang dengki :

  1. Tidak menerima rezeki dan takdirnya dengan ikhlas (kufur rezeki). Orang yang dengki selalu menganggap orang lain rezekinya lebih bagus dari dirinya, menganggap Allah tidak adil dan menganggap orang lain itu tidak pantas menerima sesuatu yang lebih baik. Yang pantas hanya dirinya. Jika akhirnya Allah menakdirkan orang lain rezekinya lebih banyak, hidupnya lebih baik dan bahagia dia tidak akan pernah rela. Kufur rezeki akan membuat rezeki terhambat. Ciri-ciri orang kufur rezeki juga perlu diwaspadai, jangan sampai kita termasuk diantaranya.
  2. Ingin menentukan takdirnya sendiri. Dia tidak menerima dengan ikhlas ketentuan Allah akan rezekinya, kalau perlu dia memprotes Allah. Baginya bukan begitu takdir yang seharusnya dia terima. Dia merasa sudah berusaha dan bekerja keras dua kali lebih baik dibanding orang lain. Kalaupun Allah memilih orang lain untuk menerima rezeki yang lebih darinya dia tidak akan pernah mengerti. Bagaimana bisa rezekinya bagus jika yang sedikit saja tidak bisa disyukurinya? Allah menjanjikan akan menambah rezeki orang yang bersyukur bukan?
  3. Senang jika orang lain mendapat kesusahan. Orang yang dengki bersedih jika orang lain diberi rezeki yang bagus dan bahagia jika orang lain rezekinya susah. Mereka senang dan bahagia di atas penderitaan orang lain. Orang seperti ini adalah orang yang tidak sempurna imannya. Bukti sempurnanya iman seseorang jika orang tersebut mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri. Sabda Rasulullah SAW "tidak sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." Orang yang di dalam hatinya dipenuhi dengki tidak bisa mencintai orang lain seperti dirinya karena menganggap orang lain itu tidak pantas dibandingkan dengan dirinya. Jika orang lain mendapat rezeki ia tidak ikhlas kalau perlu berdoa agar orang tersebut kehilangan rezekinya dan dipindahkan pada dirinya.
  4. Egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Sebelumnya ane pernah ngebahas mengapa kita harus bersyukur pada orang lain yang ada di sekitar kita? Bersyukur dengan kehadiran orang lain akan membuat silaturahmi terjalin dengan indah. Bersyukur atas kehadiran orang lain dalam hidup itu akan menambah rezeki. Bukankah rezeki kita juga bisa didapatkan lewat orang lain bukan? Bagaimana dengan orang yang dengki? Dia tidak bisa bersyukur dengan orang yang ada di sekitarnya karena hatinya hanya dipenuhi kebencian pada mereka. Dia sangat egois dan hanya memikirkan diri dan kepentingannya. Karena baginya kepentingan orang lain itu tidak penting. Semakin susah orang lain semakin senang dirinya karena merasa tidak ada yang mengalahkannya dan tidak boleh ada orang yang lebih dari dirinya.
  5. Kebaikannya dihancurkan oleh sifat dengkinya. Tidak ada orang yang tidak memiliki sisi yang baik dalam dirinya. Orang dengki karena sifat sakit hatinya yang menonjol maka semua kebaikannya menjadi terkubur hancur. Rasulullah SAW sudah mengingatkan jauh hari sebelumnya "Jauhilah kalian hasad (dengki) karena ia akan memakn kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar" (H.R. Abu Daud). Padahal orang baik rezekinya juga baik bukan. Jika orang yang kebaikan habis dimakan oleh sifat buruknya bagaimana rezekinya bisa lancar?
  6. Tidak bisa menunjukkan performance yang baik. Orang dengki akan selalu terfokus pada kelebihan orang lain, kelebihan yang membuatnya merasa iri ketimbang meningkatkan kualitas dirinya agar bisa bekerja lebih baik. Orang tidak ingin mempercayakan suatu pekerjaan ataupun proyek padanya karena tidak yakin dengan kemampuannya. Bagaimana rezeki bisa datang jika kita tidak menunjukkan kepantasan untuk diberi rezeki?

Itulah 6 alasan mengapa orang yang suka dengki rezekinya terhambat. Jauhilah sifat dengki itu sebelum menghancurkan kita pelan-pelan. Tidak perlu iri dengan rezeki orang lain? Banyak sedikitnya rezeki bukan kita yang menentukan, juga tidak menentukan diri kita. Yang penting bukan berapa banyak rezeki yang kita terima tapi seberapa berkah rezeki itu? Buat apa banyak kalau tidak berkah! Semoga kita dijauhkan dari sifat dengki dan hasad..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"