Senin, 05 Desember 2016

DOA AGAR TAWAKAL PENUH KEPADA ALLAH

07.39.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Doa ini bisa diamalkan menunjukkan tawakal kita penuh pada Allah,

اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ، اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِى، أَنْتَ الْحَىُّ الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ

“Allohumma laka aslamtu wa bika amantu wa ‘alaika tawakkaltu, wa ilaika anabtu, wa bika khoshomtu. Allohumma inni a’udzu bi ‘izzatika laa ilaha illa anta an tudhillani. Antal hayyu alladzi laa yamuut wal jinnu wal insu yamuutun..”

Artinya:
"Ya Allah, aku berserah diri kepada-Mu, aku beriman kepada-Mu, aku bertawakal kepada-Mu, aku bertaubat kepada-Mu, dan aku mengadukan urusanku kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan kemuliaan-Mu, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Engkau, dari segala hal yang bisa menyesatkanku. Engkau Maha hidup dan tidak mati, sedangkan jin dan manusia pasti mati. (HR. Muslim no.2717)

Kandungan Doa

Segala urusan terjadi atas kuasa Allah. Tidak ada kuasa bagi hamba terhadap sesuatu selain melalui kuasa Allah. Bertawakal kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya adalah penyebab datangnya pertolongan Allah. Allah menyesatkan siapa saja sesuai kehendak-Nya dan melindungi siapa saja dari kesesatan. Oleh karena itu, kita dituntut meminta perlindungan kepada Allah agar tidak terjerumus dalam kesesatan.

Kita tidak boleh bertawakal kepada jin dan manusia karena mereka tidak kekal abadi dan pasti akan mati. Berbeda dengan Allah yang kekal abadi dan memiliki sifat kesempurnaan yang tidak mengandung cacat sedikit pun.

Semoga Allah memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua untuk mengamalkan doa ini dan bertawakal penuh kepada Allah..

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang bermanfaat'..

BERIBADAH BUKAN HANYA SESAAT

07.35.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Sering kita perhatikan sebagian orang hanya rajin ibadah saja di bulan Ramadhan, namun di bulan lainnya kita saksikan mereka malah kosong dari amalan. Ibadah seakan² jadi musiman saja. Tempat sujud hanya disentuh di saat bulan suci saja. Mungkena pun barangkali baru dibersihkan ketika memasuki bulan Ramadhan karena baru dipakai ketika itu. Sayang sekali jika ibadah jadi seperti ini.

Seharusnya amal seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal datang menjemput. Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematiannya.”

Lalu Al Hasan membaca firman Allah,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99).

Ibnu ’Abbas, Mujahid dan mayoritas ulama mengatakan bahwa maksud ”al yaqin” dalam ayat tersebut adalah kematian. Kematian disebut al yaqin karena kematian itu sesuatu yang diyakini pasti terjadi.

Az Zujaaj mengatakan bahwa makna ayat ini adalah sembahlah Allah selamanya. Ulama lainnya mengatakan,  “Sembahlah Allah bukan pada waktu tertentu saja”. Jika memang maksudnya adalah demikian tentu orang yang melakukan ibadah sekali saja, maka ia sudah disebut orang yang taat. Namun Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sembahlah Allah sampai datang ajal”. Ini menunjukkan bahwa ibadah itu diperintahkan selamanya sepanjang hayat.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Dari ayat ini menunjukkan bahwa ibadah seperti shalat dan semacamnya wajib dilakukan selamanya selama akalnya masih ada. Ia melakukannya sesuai dengan kondisi yang ia mampu.”

Namun sebagian orang keliru dalam memahami surat Al Hijr ayat 99. Mereka menyatakan bahwa jika seseorang sudah sampai tingkat yakin ma’rifah, maka ia tidaklah mendapatkan beban taklif (tidak dikenai kewajiban ibadah). Ini sungguh pemahaman keliru dan suatu kebodohan. Karena para nabi sendiri dan para sahabat, mereka adalah sebaik-baik orang yang paling mengenal Allah dan paling paham akan hak²-Nya serta mereka tahu bagaimanakah semestinya mengagungkan Allah. Mereka senantiasa menyembah dan beribadah pada Allah terus menerus hingga mereka wafat. Yakin dalam ayat ini maknanya adalah kematian. Sehingga maksudnya adalah sembahlah Allah sampai datang kematian.

Oleh karena itu, kita akan lihat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memerintahkan kita beribadah bukan hanya sesaat, bukan hanya musiman, bukan hanya di bulan Ramadhan. Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ

”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang continue walaupun itu sedikit.”
’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.

Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, ”Yang dimaksud dengan hadits tersebut adalah agar kita bisa pertengahan dalam melakukan amalan dan berusaha melakukan suatu amalan sesuai dengan kemampuan. Karena amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang rutin dilakukan walaupun itu sedikit.”

Beliau pun menjelaskan, ”Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam adalah amalan yang terus menerus dilakukan (continue). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat Abdullah bin Umar.” Yaitu Ibnu ’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat malam.

Al Hasan Al Bashri  mengatakan, ”Wahai kaum muslimin, rutinlah dalam beramal, rutinlah dalam beramal. Ingatlah! Allah tidaklah menjadikan akhir dari seseorang beramal selain kematiannya.”

Beliau rahimahullah juga mengatakan, ”Jika syaithon melihatmu continue dalam melakukan amalan ketaatan, dia pun akan menjauhimu. Namun jika syaithon melihatmu beramal kemudian engkau meninggalkannya setelah itu, malah melakukannya sesekali saja, maka syaithon pun akan semakin tamak untuk menggodamu.”

Asy Syibliy pernah ditanya, ”Bulan manakah yang lebih utama, Rajab ataukah Sya’ban?” Beliau pun menjawab, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Sya’baniyyin.” Maksudnya adalah jadilah hamba Rabbaniy yang rajin ibadah di setiap bulan sepanjang tahun dan bukan hanya di bulan Sya’ban saja. Ane juga dapat mengatakan, ”Jadilah Rabbaniyyin dan janganlah menjadi Romadhoniyyin.” Maksudnya, beribadahlah secara continue (ajeg) sepanjang tahun dan jangan hanya di bulan Ramadhan saja.

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa memudahkan kita semua agar terus dapat beribadah kepada-Nya hingga maut menjemput..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

MENINGGALKAN SHALAT, LEPAS DARI JAMINAN ALLAH

07.33.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Masih membicarakan hal yang sama tentang urgensi shalat. Ada satu hadits yang berisi sembilan wasiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Darda’.

Di dalam wasiat tersebut berisi wasiat untuk menjaga shalat. Disebutkan bahwa meninggalkan shalat dengan sengaja bisa lepas dari jaminan Allah..

Abu Darda’ berkata,

أوصانى رسول الله صلى الله عليه وسلم بتسع:لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ شَيْئًا وَإِنْ قُطِعَتْ أَوْ حُرِقَتْ، وَلاَ تَتْرُكَنَّ الصَّلاَةَ اْلمَكْتُوْبَةَ مُتَعَمِّداً؛ وَمَنْ تَرَكَهَا مُتَعَمِّداً بَرِئَتْ مِنْهُ الذِّمَّةُ ، وَلاَ تَشْرَبَنَّ الْخَمْرَ؛ فَإِنَّهَا مِفْتَاحُ كُلِّ شَرٍّ، وَأَطِعْ وَالِدَيْكَ، وَإِنْ أَمَرَاكَ أَنْ تُخْرِجَ مِنْ دُنْيَاكَ؛ فَاخْرُجْ لَهُمَا، وَلاَ تُنَازِعَنَّ وُلاَةَ اْلأَمْرِ، وَإِنْ رَأَيْتَ أَنَّكَ أَنْتَ ، وَلاَ تُفَرِّرْ مِنَ الزَّحْفِ؛ وَإِنْ هَلَكْتَ وَفَرَّ أَصْحَابَكَ، وَأَنْفِقْ مِنْ طَوْلِكَ عَلىَ أَهْلِكَ، وَلاَ تَرْفَعْ عَصَاكَ عَنْ أَهْلِكَ، وَأَخْفِهِمْ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewasiatkan sembilan perkara kepadaku yaitu: Janganlah engkau mempersekutukan Allah meskipun lehermu akan dipenggal atau dirimu akan dibakar. Jangan sekali-kali meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, (karena) barangsiapa yang melakukannya dengan sengaja, niscaya  jaminan Allah akan terlepas darinya. Jangan meminum minuman keras, karena itu adalah kunci segala kejelekan. Dan taatilah kedua orang tuamu, apabila mereka menyuruhmu untuk menyerahkan seluruh harta yang engkau miliki maka serahkanlah hartamu kepada keduanya. Janganlah menentang pemimpin walaupun engkau tahu bahwa engkaulah yang benar. Jangan lari dari medan pertempuran, meskipun engkau akan terbunuh dan teman²mu melarikan diri. Infakkanlah sebagian harta yang engkau miliki kepada keluargamu. Jangan lalai mengawasi keluargamu (dalam mendidik mereka) dan ajarkanlah kepada mereka untuk bertakwa kepada Allah.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no.18. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Al Irwa’ 2026, disebutkan dalam Ibnu Majah no.4034)

Ada beberapa faedah dari hadits di atas:

1. Perintah untuk menjauhi syirik dan perhatian pada tauhid walau mesti mengorbankan jiwa.

2. Bahaya meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja dan akibat jelek yang diperoleh yaitu lepas dari jaminan Allah. Maksud lepas dari jaminan Allah adalah setiap orang telah mendapatkan jaminan penjagaan agar tidak terjerumus dalam kebinasaan, keharaman atau menyelisihi perintah Allah. Ketika seseorang meninggalkan shalat dengan sengaja, berarti ia lepas dari jaminan yang luar biasa tersebut.

Sama halnya dengan meninggalkan shalat shubuh juga tidak mendapatkan jaminan Allah.

3. Khomr (minuman keras atau setiap yang memabukkan) dihukumi haram dan telah jelas bahayanya. Ketika mabuk, seseorang telah hilang akalnya sehingga dapat mengantarkan ia pada perbuatan syirik, kufur, zina, bersumpah dusta dan melakukan perbuatan jelek lainnya.

الْخَمْرُ أُمُّ الْفَوَاحِشِ وَأَكْبَرُ الْكَبَائِرِ مَنْ شَرِبَهَا وَقَعَ عَلَى أُمِّهِ وَعَمَّتِهِ وَخَالَتِهِ

“Khomr adalah induk dari segala kejelekan dan dosa yang paling besar. Barangsiapa meminum khomr, ia bisa jadi berzina dengan ibunya, saudari ibunya, dan saudari ayahnya” (HR. Ad Daruquthni. Disebutkan oleh Syech Al Albani dalam Ash Shahihah no.1853).

4. Dorongan untuk mentaati orang tua walau mesti disakiti oleh keduanya atau disuruh mengeluarkan harta kita selama tidak disuruh dalam maksiat. Dalam hadits disebutkan tentang seseorang yang mengadukan pada Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ayahnya butuh pada hartanya.

Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,

أَنْتَ وَمَالُكَ لأَبِيكَ

“Engkau dan hartamu milik ayahmu” (HR. Ibnu Majah no.2291 dan Ahmad 2: 204. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

5. Tetap mentaati pemimpin kaum muslimin dan diharamkan memberontak mereka walau mereka berbuat zhalim dan yakin kita itu benar karena mengingat mafsadat yang ditimbulkan setelah itu lebih besar.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ خَلَعَ يَداً مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ حُجَّةَ لَهُ ، وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ في عُنُقِهِ بَيْعَةٌ ، مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa melepaskan tangan dari ketaatan pada penguasa, maka ia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam ia tidak punya argumen apa² untuk membelanya. Barangsiapa yang mati dan di lehernya tidak ada bai’at, maka ia mati seperti keadaan orang jahiliyah” (HR. Muslim no.1851).

6. Dilarang lari dari medan pertempuran ketika sudah berhadapan dengan musuh walaupun dalam keadaan sangat sempit dan teman² pun lari.

7. Perintah untuk menafkahi keluarga dengan adil. Maksud hadits adalah perintah untuk menafkahi keluarga dengan karunia, kecukupan dan kemudahan yang Allah beri.

8. Tidak mengapa memukul anak dalam rangka mendidik mereka.

9. Anak dan keluarga harus terus dinasehati untuk bertakwa pada Allah dan menjauhi maksiat.

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..