Selasa, 27 September 2016

AYYAM MA'LUMAAT

01.52.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Ada salah seorang ikhwan di ini group yang nanya soal Ayyam Ma'lumaat, Sebenernya apa sich Ayyam Ma'lumaat itu'?

Di dalam ayat Al Qur’an, ada disebut tentang ayyam ma’lumaat..

Tentang ayat,

لِّيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.” (QS. Al-Hajj: 28)

Di situ disebut “menyebut nama Allah di hari yang ditentukan (ayyam ma’lumaat)”,
kebanyakan ulama menyebutkan yang dimaksud adalah 10 hari pertama Dzulhijjah.

Yang dimaksud ‘ayyam ma’lumaat’ (hari-hari yang tertentu) terdapat beberapa pendapat di antara para ulama seperti pendapat Imam Asy Syafi’i. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah.

Ada pula yang mengatakan bahwa  yang dimaksud adalah sembilan hari pertama Dzulhijjah seperti pendapat Abu Musa Al Asy’ari.

Dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya.  

Dari ‘Aufi dari Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hari-hari tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah).

Dari Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud adalah lima hari, dimulai dari yaumut tarwiyah (8 Dzulhijjah).

Ada pula yang memaksudkan tiga hari dimulai dari hari Arofah (9 Dzulhijjah) seperti pendapat Imam Malik bin Anas.

Adapun yang dimaksud dzikir di sini adalah tasmiyah (membaca bismillah) ketika melakukan penyembelihan qurban. Karena dalam ayat disebutkan “supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak”.

Adapun Al Qodhi Abu Ya’la menyatakan bahwa yang dimaksud dzkir di sini adalah dzikir ketika penyembelihan hadyu yang wajib seperti damm wajib untuk manasik tamattu’ dan qiron. Begitu pula bisa dimaksudkan adalah dzikir ketika melempar jumroh dan takbir pada hari tasyriq karena ayat tersebut sifatnya umum.

Abu ‘Utsman An Nahdi mengatakan, mereka dahulu sangat mengagungkan 13 hari dari bulan Muharram, 10 hari pertama dari awal Dzulhijjah, dan 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

''Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat''

NIKMAT BERUBAH MENJADI MUSIBAH

01.36.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Setiap nikmat yang Allah beri patut disyukuri, meskipun nikmat tersebut kecil. Syukur nikmat adalah dengan terus mendekatkan diri pada Allah dengan nikmat tersebut, juga menjauhi setiap maksiat.

Jika malah dengan nikmat semakin membuat jauh dari Allah, itu bukanlah jadi nikmat melainkan musibah.
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Katsir berkata, sebagai penduduk Hijaz berkata, Abu Hazim mengatakan,

كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُ مِنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَهِيَ بَلِيَّةٌ.

“Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.”

Al Hasan Al Bashri berkata,

إِنَّ اللهَ لَيُمَتِّعُ بِالنِّعْمَةِ مَا شَاءَ فَإِذَا لَمْ يُشْكَرْ عَلَيْهَا قَلَبَهَا عَذَابًا

“Sesungguhnya Allah memberikan nikmat pada siapa saja yang Dia kehendaki. Jika seseorang tidak bersyukur, nikmat tersebut malah berubah menjadi siksa.”

Hakekat syukur nikmat adalah menjauhi maksiat.
Makhlad bin Al Husain mengatakan,

الشُكْرُ تَرْكُ المعَاصِي

“Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.”

Intinya, seseorang dinamakan bersyukur ketika ia memenuhi 3 rukun syukur:

1. Mengakui nikmat tersebut secara batin (dalam hati)

2. Membicarakan nikmat tersebut secara zhohir (dalam lisan)

3. Menggunakan nikmat tersebut pada tempat² yang di ridhai Allah (dengan anggota badan).

Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَأَنَّ الشُّكْرَ يَكُونُ بِالْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ

“Syukur haruslah dijalani dengan mengakui nikmat dalam hati, dalam lisan dan menggunakan nikmat tersebut dalam anggota badan.”

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang pandai bersyukur atas berbagai nikmat..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

''Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat''

RAHASIA DIBALIK MUSIBAH

01.24.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Tidaklah Allah Ta'alaa menciptakan peristiwa, atau kejadian sesuatu yang sia².
Manusia dianjurkan untuk merenung dan mengambil pelajaran dari berbagai macam peristiwa yang terjadi. Islam sangat mendorong umatnya untuk menggunakan potensi yang Allah SWT berikan kepadanya, penglihatan, pendengaran, hati, panca indra yang lain agar difungsikan untuk merenung hikmah dibalik peristiwa..

قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (11)

11. Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (QS. Al An’am:11)

Ayat yang senada seperti di atas sangatlah banyak dalam Al Qur’an.
Tetapi kesimpulannya adalah satu, menggunakan pemberian Allah untuk merenung dan mengambil pelajaran yang sangat berharga dari berbagai peristiwa bencana yang terjadi silih berganti ini.

Ada beberapa rahasia dibalik musibah dan bencana yang selama ini terjadi bahwa:

Pertama, Allah Penentu Kehidupan, Dzat yang Maha Perkasa.

Bahwa dibalik kehidupan ini ada yang punya, ada yang mengatur. Dialah Allah Rabbul Izzah, Tuhan yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan.
Di Genggaman-Nya lah semua kehidupan ini dikendalikan.

Allah hanya butuh berkata “Kun Fayakun, terjadi! maka terjadilah”. Allah memiliki nama², di antaranya, Al Khaliq (Pencipta), Al Muhaimin (Yang Mengatur), Al Muhyi (Yang Menghidupkan), Al Mumit (Yang Mematikan), Adh Dhaar (Yang Memberi Madharat), An Nafi’ (Yang memberi Manfaat), dst..

Manusia tidak bisa mengatur-atur. Manusia tidak mungkin bilang “hai merapi, berhenti meletus… dst”, sebagaimana yang kita dengar dari pusat ahli vulkanologi dan mitigasi bencana.

Allah punya kehendak-Nya sendiri, bahkan Kehendak itu sudah ditulis semenjak zaman azali.
Allah Ta'alaa berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (22)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al Hadid/57:22)

Perhatikan potongan akhir ayat akhir di atas.. “Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah”

حدثنا عاصم ، قال : سمعت الحسن ، يقول في مرضه الذي مات فيه : « إن الله عز وجل قدر أجلا ، وقدر مصيبة ، وقدر معافاة ، وقدر طاعة ، وقدر معصية ، فمن كذب بالقدر فقد كذب بالقرآن ، ومن كذب بالقرآن ، فقد كذب بالحق »

Al Hasan ketika menjelang mautnya berkata: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mentaqdirkan ajal, dan mentaqdirkan musibah, mentaqdirkan kesehatan, mentaqdirkan ketaatan, mentaqdirkan kemaksiatan. Maka barangsiapa yang mengingkari taqdir, ia berarti mengingkari Al Qur’an.
Barangsiapa mengingkari AlQur’an, sungguh ia berarti mengingkari kebenaran.”

Kedua, Musibah Akibat Perbuatan Manusia

Musibah yang menimpa umat manusia adalah karena perbuatan mereka sendiri yang melanggar peraturan Allah, merusak ekosistem kehidupan, banyak melakukan kemaksiatan dan dosa, tidak menjalankan perintah dan syariat-Nya.

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فِي الأرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (31)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.” (QS.Asy Syuro :30-31)

Bukan karena ada unsur mistik, karena ini, karena itu, seperti karena bulan tertentu, karena hari tertentu dll. yang justru merusak aqidah umat. Bencana karena ulah manusia, dan itu atas kuasa Allah SWT.

Ketiga, Pahala Tergantung Besarnya Musibah

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ، أَنَّهُ قَالَ : إِنَّ أَعْظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاءِ ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاهُمْ ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا ، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Allah mengujinya. Maka barangsiapa ridha dengan ujian Allah, baginya ridha (dari Allah), sebaliknya, siapa yang murka, maka baginya murka (dari Allah).” (HR. At Tirmidzi)

Karena itu, tidak perlu putus asa, jangan sampai menggadaikan aqidah dengan sesuatu selain Allah Ta'alaa.

Keempat, Musibah Dalam Rangka Tamhis (Seleksi)

Kehidupan ini bukan statis, tapi berputar. Ada yang baik ada yang buruk, ada yang berhasil ada yang juga gagal. Itu semua adalah dalam rangka untuk menseleksi secara alamiah kualitas manusia, dan sebagai batu ujian, apakah ia lulus dengan predikat baik, lulus dengan catatan, atau malah gagal dalam menjalani ujian tersebut.

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ (11)

“Dan Sesungguhnya Allah benar² mengetahui orang² yang beriman, dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang² yang munafik.” (QS. Al Ankabut :11)

Ketika menjelaskan ayat ini, seorang Mujahid berkomentar: “Manusia itu ada yang iman hanya di lisannya saja, maka ketika dia mendapatkan ujian, berupa kehilangan harta atau jiwa, sebagian manusia dilanda fitnah (goncang yang hebat)“ (Tafsir Al Baghawi Juz 6, Bab 11 Hal.235)

Kelima, Istirja’ atau Mengembalikan Semua kepada Allah

Pertam kali menghadapi musibah, hendaknya iman yang berbicara, bukan hawa nafsu yang protes. Karena seseorang ditentukan oleh sikap pertama kalinya terhadap kejadian. Rasulullah SAW mengingatkan “Sesungguhnya sabar itu ketika merespon kejadian pertama kali.” Selanjutnya berdoa kepada Allah Ta'alaa agar diberikan pahala atas musibah itu dan memperoleh ganti yang jauh lebih baik.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أصاب أحدكم مصيبة فليقل إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم عندك احتسب مصيبتي فأجرني عليها وأبدلني بها خيرا منها

Rasulullah SAW bersabda: “Jika salah satu di antara kalian mendapatkan musibah, maka ucapkanlah; “Sesungguhnya kami milik Allah dan kami kembali kepada-Nya, “Allahumma ‘indaka ahtasibu mushibatii, fa ajirnii ‘alaihaa waabdilnii bihaa khairan minhaa.. Ya Allah kepada-Mu saya ikhlaskan musibah yang menimpaku, maka berilah pahala kepadaku atas musibah ini, dan berilah saya ganti yang jauh lebih baik darinya.” (Imam Muslim)

Keenam, Musibah Menghapus Kesalahan dan Mengangkat Derajat

Inilah indahnya kehidupan bagi orang yang beriman. Ujian, bencana dan bala akan menggugurkan dosa² dan sekaligus mengangkat derajatnya. Tidak sia², tegantung ia meresponnya.

Dari Aisyah ra, Ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

عن عائشة قالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول « مَا مِنْ مُؤْمِنٍ تَشُوكُهُ شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً » رواه مسلم

“Tiada seorang mukmin yang tertusuk suatu duri atau bahkan yang jauh lebih sakit, kecuali Allah pasti akan menghapus kesalahan dan mengangkat derajat.” (Imam Muslim)

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « عجبًا لأمرِ الْمُؤْمِن ، إِنَّ أمرهُ كُلَّهُ خيرٌ ، ولَيْسَ ذلِكَ لأحَد إلاَّ للمُؤْمنِ ، إن أصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَر ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وإنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ ، فكَانَ خَيرًا لَهُ »

Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur. Jika sedangkan memperoleh keburukan, ia bersabar, kedua-duanya baik baginya, itu tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin.” (Sahih Ibnu Hibban)

Ketujuh, Musibah sebagai Peringatan

Kejadian bencana bisa dimaknai 3 hal:

Pertama Sebagai siksa, jika itu menimpa orang² yang tidak beriman.

Kedua Sebagai peringatan, jika menimpa orang² yang beriman tapi melakukan banyak dosa.

Ketiga, Sebagai sarana mengangkat derajat, yaitu bagi orang yang beriman, hamba-hamba Allah SWT.

Allah Ta'alaa berfirman:

قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآَيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُونَ (46) öقُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ (47) وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ فَمَنْ آَمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (48)ÇÍÑÈ وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا يَمَسُّهُمُ الْعَذَابُ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (49)

46. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang Kuasa mengembalikannya kepadamu?” perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda² kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).

47. Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, Maka Adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zalim?”

48. dan tidaklah Kami mengutus Para Rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan Mengadakan perbaikan, Maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.

49. dan orang² yang mendustakan ayat² Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al An’am: 46-49)

Kedelapan, Musibah Menyempurnakan Iman

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لَيْسَ بِمُؤْمِنٍ مُسْتَكْمِلِ الإِيمَانِ مَنْ لَمْ يَعُدَّ الْبَلاءَ نِعْمَةً، وَالرَّخاءَ مُصِيبَةً، قَالُوا: كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:لأَنَّ الْبَلاءَ لا يَتْبَعُهُ إِلا الرَّخَاءُ، وَكَذَلِكَ الرَّخَاءُ لا تَتْبَعُهُ إِلا الْمُصِيبَة وليس بمؤمن مستكمل الإيمان من لم يسكن في صلاته” قالوا: ولم يا رسول الله؟ قال: “لأن المصلي يناجي ربه فإذا كان في غير صلاة إنما يناجي ابن آدم”.

رواه الطبراني.

Rasulullah SAW bersabda: “Tiada dianggap mukmin yang sempurna imannya orang yang tidak menganggap suatu bala’ sebagai sebuah kenikmatan, dan suatu kemudahan sebagai musibah. Para sahabat bertanya: Bagaimana itu ya Rasulullah? Rasul menjawab; “Karena tidak menyertai balak itu kecuali adanya kemudahan. Demikian juga dengan kemudian itu akan disertai dengan musibah.” (HR. Ath-Tabrani)

Allah SWT berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6) فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (7) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (8)

5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan

6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al Insyirah: 5-8).

Dibalik bencana ada hikmah, ada pelajaran, ada kebaikan.
Mari kita renungkan, kita temukan rahasia di balik bencana yang selama ini terjadi..

Wallahu Waliyyut Taufiq..

''Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat''

INILAH HIKMAH DI BALIK COBAAN YANG BELUM PERNAH KITA TAU

01.00.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Ketahuilah…, Sesungguhnya Allah Taala akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai musibah, dengan berbagai hal yang tidak mereka sukai, juga Allah akan menguji mereka dengan musuh mereka dari orang² kafir dan orang² munafiq.
Ini semua membutuhkan kesabaran, tidak putus asa dari rahmat Allah dan tetap konsisten dalam beragama.

Hendaknya setiap orang tidak tergoyahkan dengan berbagai cobaan yang ada, tidak pasrah begitu saja terhadap cobaan tersebut, bahkan setiap hamba hendaklah tetap komitmen dalam agamanya.

Hendaknya setiap hamba bersabar terhadap rasa capek yang mereka emban ketika berjalan dalam agama ini.

Sikap seperti di atas sangat berbeda dengan orang² yang ketika mendapat ujian merasa tidak sabar, marah, dan putus asa dari rahmat Allah. Sikap seperti ini malah akan membuat mereka mendapat musibah demi musibah.
Renungkanlah…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang ridho (terhadap ujian tersebut) maka baginya ridho Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya murka-Nya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini Hasan Ghorib)

Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً

“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »

“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai dengan agamanya.
Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)

Semoga kita yang sedang mendapat ujian atau musibah merenungkan hadits-hadits di atas..

Sungguh ada sesuatu yang tidak kita ketahui di balik musibah tersebut.
Maka bersabarlah dan berusahalah ridho dengan taqdir ilahi.

Sesungguhnya para Nabi dan orang sholeh dahulu juga telah mendapatkan musibah sebagaimana yang kita peroleh.
Lalu kenapa kita harus bersedih, mengeluh dan marah? Bahkan orang sholeh dahulu (sesuai dengan tingkatan keimanan mereka), mereka malah memperoleh ujian lebih berat.

Cobalah kita perhatikan perkataan ulama berikut..
Al Manawi mengatakan, “Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan, maka sungguh akalnya telah hilang dan hatinya telah buta (tertutupi). Betapa banyak orang sholih (ulama besar) yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan.
Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir.
Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. Dan masih banyak kisah lainnya.” (Faidhul Qodhir Syarh Al Jami’ Ash Shogir 1/518, Asy Syamilah)

Semoga kita termasuk orang² yang bersabar ketika menghadapi musibah, baik dengan hati lisan atau pun anggota badan..

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba²-Mu yang selalu ridho dengan taqdir-Mu..

Untuk sodara² kita yang ada di Garut dengan banjir bandang nya dan di Sumedang dengan tanah longsornya, Semoga Allah Ta'alaa senantiasa memberikan semua kesabaran dalam menghadapi ujian yang baru Allah kasih..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

''Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat''

DOA BERLINDUNG DARI ISTRI YANG CEREWET

00.46.00 Posted by Admin 1 comment

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Adakah doa untuk berlindung dari istri yang berkelakuan jelek? Namun ini bukan hanya berlaku untuk istri, bisa pula untuk suami. Intinya, do’a ini bagus untuk diamalkan.
Ini do’anya:

اللَّهُمَّ إنِّي أّعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ المَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَليَّ رَبّاً، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابَاً، وَمِنْ خَلِيْلٍ مَاكِرٍ عَيْنُهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي؛ إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا

Allahumma inni a’udzu bika min jaaris suu’, wa min zawji tusyayyibunii qoblal masyiib, wa min waladin yakuunuu ‘alayya robban, wa min maalin yakuunu ‘alayya ‘adzaban, wa min khaliilin maakirin ‘ainuhu tarooni wa qolbuhu yar’aani, in ra-aa hasanatan dafanahaa wa idza ra-aa sayyi-atan adza’ahaa..

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat, dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya, dari anak (keturunan) yang berkuasa kepadaku, dari harta yang menjadi siksa bagiku, dan dari kawan dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, namun kalau melihat kebaikanku, ia timbun dan kalau melihat kejelekanku, ia sebarkan.” (HR. Thabrani dalam Ad-Du’a’ 3: 1425, no.1339, juga dalam Az-Zuhud no.1038. Syech Al Albani menyebutkan dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah 7: 377 no.3137. Hadits ini hanya maqthu’, perkataan tabi’in dan tidak marfu’ sampai Nabi.”)

Doa ini penuh berkah karena berisi meminta perlindungan pada lima hal yang merupakan sifat-sifat yang tercela..

Pertama: Berlindung dari gangguan tetangga

Kedua: Berlindung dari pasangan (suami dari istri atau istri dari suami) yang berkelakuan jelek yang membuat seseorang cepat beruban (tua) sebelum waktunya.

Yang dimaksud di sini adalah dari suami atau istri yang jelek. Jika dilihat fisik maupun kelakuannya tidak enak. Kata-katanya selalu menyakiti pasangannya. Jika pasangan tersebut ditinggal pergi selalu tidak merasa aman pada jiwa dan harta. Itulah yang menyebabkan seseorang beruban sebelum waktunya dikarenakan pasangannya. Karena keadaan pasangan yang jelek seperti ini terus menderita dan penuh kesedihan.

Ketiga: Berlindung dari anak yang berkuasa pada orang tua

Maksudnya di sini adalah anak tersebut bertingkah laku seperti bos karena saking kurang ajar dan durhakanya pada orang tuanya sendiri. Anak tersebut bertingkah seperti seorang majikan pada budaknya.

Keempat: Berlindung dari harta yang menjadi siksa

Maksudnya adalah harta itu bisa menyebabkan seseorang disiksa dan bisa membuat seseorang itu merugi dikarenakan terus mencari harta tanpa memperhatikan halal atau haramnya. Padahal harta haram akan menghilangkan keberkahan. Di samping itu, di akhirat juga harta haram akan berakibat jelek.

Jadi dalam do’a ini ada permintaan untuk mendapatkan pasangan yang shalih, anak yang shalih, serta harta yang halal yang diperoleh dari pekerjaan halal dan bisa digunakan berinfak di jalan kebaikan.

Begitu pula penting kiranya mendapatkan teman yang shalih untuk mendukung agama, dunia dan akhirat kita. Itulah yang terkandung dalam do’a bagian kelima.

Kelima: Berlindung dari kawan dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi. Kalau melihat kebaikanku, ia timbun dan kalau melihat kejelekanku, ia sebarkan.

Maksudnya di sini adalah berlindung dari teman yang secara lahiriyah menunjukkan rasa cinta. Padahal di batinnya berbeda. Pandangannya ternyata hanyalah tipu daya. Hatinya ternyata punya keinginan yang bukan².

Kalau ada kebaikan yang diketahui malah ia sembunyikan, tidak mau menyebarkan. Malah kalau kejelekan yang diketahui, ia sebar-sebarkan. Ini bukanlah teman yang baik. Ini adalah musuh yang terselubung.

Keadaannya seperti keadaan orang munafik yang Allah sebut,

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا

“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya.” (QS. Ali Imran: 120)

Kalau kita renungkan do’a di atas dengan baik, kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di dunia, seseorang tentu bahagia dengan istri dan anak yang shalih shalihah, tetangga yang baik dan teman yang mendukung agama kita, serta harta yang penuh berkah.
Semoga hal ini kita dapati.

Terus do’a berlindung dari istri yang cerewetnya mana? Coba baca ulang do’a di atas dan renungkan dengan hati yang dalam.
Yang jelas do’a di atas teramat manfaat. Jangan lupa hafalkan dan amalkan.

Wallahu Waliyyut Taufiq..

''Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat''