Rabu, 31 Agustus 2016

INILAH TANDA-TANDA TIDAK CINTA KEPADA ALLAH

21.34.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, Malem Akhi Ukhti'..
Mau tahu tanda orang yang tidak cinta pada Allah?
Kita dapat mengetahuinya dengan melihat tanda orang yang benar-benar cinta pada Allah.
Apa sih tandanya?

Ternyata tandanya adalah seberapa besarkah kita mencintai Al-Qur’an

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
Cinta pada Al-Qur’an (kalamullah) adalah tanda cinta pada Allah.
Jika engkau ingin tahu bagaimanakah tanda dirimu dan sekitarmu cinta pada Allah, maka lihatlah bagaimana kecintaan Al-Qur’an pada dirimu.
Ketahuilah, kenikmatan mendengar Al-Qur’an lebih nikmat daripada kenikmatan orang yang mendengar nyanyian (lagu yang benar-benar menyia-nyiakan).

Tentu saja tanda seseorang yang mencinta adalah ia sangat menyukai kalam yang dicintai. Sehingga diibaratkan dalam sebuah sya’ir:
Jika engkau mengaku mencintai-Ku, janganlah engkau tinggalkan kitab-Ku (Al-Qur’an)
Saat engkau merenungkan kitab-Ku, engkau akan rasakan bagaimanakah nikmatnya kalimat-Ku di dalamnya.

‘Utsman bin ‘Affan pernah mengutarakan, “Seandainya hati kita bersih, tentu kita tidak akan pernah puas bersama Al-Qur’an (kalamullah). Sungguh aneh, bagaimana seseorang bisa puas mendengar kalimat indah dari yang ia cintai.”

Demikian disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Jawab Al-Kafi (hlm. 170) dengan kalimat nukilan sebagai berikut :

محبة كلام الله فانه من علامة حب الله وإذا أردت أن تعلم ما عندك وعند غيرك من محبة الله فانظر محبة القرآن من قلبك وإلتذاذك سماعه أعظم من إلتذاذ أصحاب الملاهي والغناء المطرب بسماعهم فإنه من المعلوم أن من أحب حبيبا كان كلامه وحديثه احب شيئا اليه كما قيل
ان كنت تزعم حبي فلم هجرت كتابي … أما تأملت ما فيه من لذيذ خطابي
وقال عثمان ابن عفان رضي الله عنه لو طهرت قلوبنا لما شبعت من كلام الله وكيف يشبع المحب من كلام من هو غاية مطلوبه

Semoga kita menjadi orang yang mencintai Allah dengan membuktikannya lewat mencintai kalam-Nya yaitu Al-Qur’an. Mencintainya berarti rajin membacanya, merenungkannya, menghayatinya, mengimani dan mengamalkan isinya serta rajin menggali ibrah dari kisah-kisah di dalamnya.

Dari sini kita tahu manakah orang yang tidak mencintai Allah..

Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat

KEUTAMAAN DARI SURAT AL BAQARAH

21.27.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, Pagi Akhi Ukhti..
Untuk tauziah pagi ini, ane masih akan mengupas keutamaan² dari beberapa surat² di dalam Al Qur'an..
Untuk ini pagi, Insyaa Allah ane akan ngejelasin keutamaan atau fadhilah dari surat Al Baqarah..

Berikut keutamaan dari surat Al Baqarah yang ane kutip dari beberapa keterangan² di dalem hadist..

Hadits Tirmidzi no.2801

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ عَطَاءٍ مَوْلَى أَبِي أَحْمَدَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْثًا وَهُمْ ذُو عَدَدٍ فَاسْتَقْرَأَهُمْ فَاسْتَقْرَأَ كُلَّ رَجُلٍ مِنْهُمْ مَا مَعَهُ مِنْ الْقُرْآنِ فَأَتَى عَلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ مِنْ أَحْدَثِهِمْ سِنًّا فَقَالَ مَا مَعَكَ يَا فُلَانُ قَالَ مَعِي كَذَا وَكَذَا وَسُورَةُ الْبَقَرَةِ قَالَ أَمَعَكَ سُورَةُ الْبَقَرَةِ فَقَالَ نَعَمْ قَالَ فَاذْهَبْ فَأَنْتَ أَمِيرُهُمْ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَشْرَافِهِمْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا مَنَعَنِي أَنْ أَتَعَلَّمَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ إِلَّا خَشْيَةَ أَلَّا أَقُومَ بِهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَاقْرَءُوهُ فَإِنَّ مَثَلَ الْقُرْآنِ لِمَنْ تَعَلَّمَهُ فَقَرَأَهُ وَقَامَ بِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ مَحْشُوٍّ مِسْكًا يَفُوحُ رِيحُهُ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَمَثَلُ مَنْ تَعَلَّمَهُ فَيَرْقُدُ وَهُوَ فِي جَوْفِهِ كَمَثَلِ جِرَابٍ وُكِئَ عَلَى مِسْكٍ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رَوَاهُ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ عَطَاءٍ مَوْلَى أَبِي أَحْمَدَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرْسَلًا وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ اللَّيْثِ فَذَكَرَهُ

"Apa yg kamu hafal dari Al Qur`an wahai Fulan?
dia menjawab; Saya hafal ini & ini serta surat Al Baqarah, beliau Rasulullah SAW bertanya: Apakah kamu hafal surat Al Baqarah?
dia menjawab; Ya, beliau bersabda kepadanya: Pergilah dan kamu yang jadi imam bagi mereka, Seseorang yang paling terkemuka di antara mereka berkata; Demi Allah wahai Rasulullah, tak ada yg menghalangiku untuk mempelajari surat Al Baqarah selain karena aku takut tak dapat mengamalkannya, Rasulullah bersabda:
Pelajarilah Al Qur`an & bacalah, karena perumpamaan Al Qur`an bagi orang yg mempelajarinya kemudian membacanya seperti kantong yg penuh dgn minyak wangi, dimana wanginya semerbak ke setiap tempat, & perumpamaan orang yg mempelajarinya kemudian tidur (tidak mengamalkannya) padahal Al Qur`an ada di hatinya seperti kantong yg berisi minyak wangi namun terikat. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan, Laits bin Sa'ad telah meriwayatkannya dari Sa'id Al Maqburi dari Atha` budak milik Abu Ahmad, dari Nabi secara mursal, & di dalam hadits tersebut, tak disebutkan dari Abu Hurairah. Telah menceritakan kepada kami Qutaibah dari Laits kemudian dia menyebutkan hadits. [HR. Tirmidzi No.2801].

• Hadits Tirmidzi no.2803

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْجُعْفِيُّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ حَكِيمِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامٌ وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَفِيهَا آيَةٌ هِيَ سَيِّدَةُ آيِ الْقُرْآنِ هِيَ آيَةُ الْكُرْسِيِّ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ حَكِيمِ بْنِ جُبَيْرٍ وَقَدْ تَكَلَّمَ شُعْبَةُ فِي حَكِيمِ بْنِ جُبَيْرٍ وَضَعَّفَهُ

"Setiap sesuatu memiliki puncak, & puncaknya Al Qur`an adalah surat Al Baqarah, di dalamnya terdapat ayat yg merupakan tuannya ayat-ayat dalam Al Qur`an yaitu ayat kursi. Abu Isa berkata; Hadits ini gharib, kami tak mengetahuinya kecuali dari hadits Hakim bin Jubair, sementara Syu'bah mempermasalahkan tentang Hakim bin Jubair & melemahkannya. [HR. Tirmidzi No.2803].

• Al Baqarah Sebagai Penjaga

Sebuah hadist yang diterima dari Abu Hurairah dari Abu Mas’ud Al Anshari ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa membaca dua surat terakhir dari Al Baqarah di malam hari, maka cukuplah baginya untuk melindungi (dari marabahaya).” (HR. Bukhari-Muslim).

Di dalam hadist lain Nabi SAW bersabda:
“Apabila kamu merebahkan diri di pembaringan, maka bacalah Ayat Kursi. Karena dengan begitu malaikat Allah akan selalu menjagamu, dan syetan tidak akan mendekatimu sampai pagi.” (HR Bukhari).

Dua hadist di atas kiranya sudah cukup menjelaskan tentang fungsi Qur’an surat Al Baqarah sebagai penjagaan. Membiasakan diri membaca dua ayat terakhirnya di malam hari dapat melindungi kita dari marabahaya. Sedangkan membaca Ayat Kursi (Qur’an surat Al Baqarah ayat ke 255) membuat kita mendapatkan penjagaan dari malaikat sehingga syetan pun tidak bisa mendekati kita hingga pagi hari.

Sungguh dahsyat keutamaan yang dapat kita peroleh ini. Sebagaimana kita tahu malam hari adalah waktu dimana manusia tidak ada daya dan upaya untuk menjaga dirinya. Manusia lelap tertidur tanpa bisa menghindar jika ada marabahaya atau musibah yang sedang mengintai. Marabahaya yang bisa datang dari lingkungan fisik, maupun marabahaya dari lingkungan dunia ghaib (syetan).

Allah SWT menjamin bahwa kita akan mendapat penjagaan dari bodyguard yang tidak pernah merasa lelah, tidak pernah merasa kantuk, dan tidak pernah pula lalai dari tugasnya yaitu penjagaan dari malaikat Allah. Siapa yang tidak mau dirinya dijaga oleh malaikat Allah SWT? Maka dari itu mari kita amalkan membaca dua ayat terakhir dari Qur’an surat Al Baqarah dan membaca Ayat Kursi sebelum tidur.

• Al Baqarah Untuk Pengusiran

Selain menjaga kita, surat Al Baqarah juga dapat mengusir jin/syetan pengganggu yang berdiam diri di rumah kita. Jika jin/syetan pengganggu sudah lari dari rumah kita maka dengan kata lain, bukan hanya diri kita yang terjaga, namun suami dan anak-anak kita pun dapat terhindar dari gangguannya.
Hal ini sesuai dengan hadist sebagai berikut..

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ وَإِنَّ الْبَيْتَ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ الْبَقَرَةُ لَا يَدْخُلُهُ الشَّيْطَانُ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ

"Janganlah kalian menjadikan rumah² kalian seperti kuburan, sesungguhnya syetan tak memasuki rumah yg dibacakan didalamnya surat Al Baqarah. Abu Isa berkata; Hadits ini hasan shahih.
[HR. Tirmidzi No.2802].

Hadist serupa juga diterima dari jalur Abu Hurairah, dimana Rasulullah SAW bersabda: “Di dalam surat Al Baqarah ada ayat yang dinamakan penghulu ayat Al Qur’an, yakni Ayat Kursi. Tidaklah ayat itu dibaca di dalam rumah yang ada syetannya, kecuali syetan itu akan keluar darinya”. (HR Hakim).

Rumah yang tidak dibaca Al Qur’an di dalamnya laksana kuburan yang penuh dengan kegelapan dan dijadikan tempat berkumpulnya para jin pengganggu. Sekarang ini fakta membuktikan banyak rumah yang mengganti bacaan Al Qur’an dengan alunan musik dan nyanyian yang melalaikan. Tentu saja jin akan semakin senang berada di dalamnya.

Kondisi ini sudah diprediksi oleh Rasulullah SAW sehingga beliau bersabda:
“Semoga aku tidak mendapatkan salah seorang dari kalian yang meletakkan salah satu kaki diatas kaki yang lain, sambil bernyanyi dan meninggalkan surat Al Baqarah tanpa membacanya. Sesungguhnya syetan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah (Al Qur’an)". (HR Nasai).

• Al Baqarah Untuk Penyembuhan

Salah satu peran Al Qur’an adalah sebagai Syifa (penyembuh). Walaupun lebih menitikberatkan sebagai penyembuh penyakit yang ada dalam hati, namun ternyata sakit mental pun dapat disembuhkan oleh Al Qur’an. Hal ini pernah dipraktekkan oleh Rasulullah SAW dengan meruqyah seseorang yang berpenyakit gila dengan membacakan beberapa ayat dari Al Qur’an yang diantaranya ada juga ayat-ayat dari Qur’an surat Al Baqarah.

Salah seorang sahabat, yakni Ubay bin Ka’ab berkata: “Aku pernah bersama Rasulullah, lalu datanglah orang Badui dan berkata: ‘Wahai Nabi Allah, aku mempunyai saudara laki² yang sedang sakit’. Beliau berkata: “Apa sakitnya?” Dia menjawab: ‘Linglung (gila)’. Beliau bersabda: “Bawa dia kemari”. Lalu ia dibawa ke hadapan Rasulullah dan Rasulullah meruqyahnya dengan membaca Al Fatihah, 4 ayat pertama dari surat Al Baqarah, ayat 163-164, ayat Kursi, 3 ayat di akhir surat Al Baqarah, ayat 18 dari surat Ali Imran, ayat 54 dari surat Al ‘Araf, 4 ayat di akhir surat Al Mu’minun, 3 ayat dari surat Al Jin, 10 ayat di awal surat As Shaffat, 3 ayat di akhir surat Al hasyr, surat Al ikhlas, Al Mu’awwidzatain (Al Falaq dan An Nas). Lalu berdirilah laki-laki yang sakit tadi, seakan ia tidak mengalami sakit apa pun”. (HR Ahmad).

Demikianlah keutamaan surat Al baqarah yang dapat kita ambil manfaatnya. Namun demikian bukan berarti kita hanya membaca surat Al Baqarah dengan mengabaikan surat² lainnya. Bacalah keseluruhan Al Qur’an karena ia akan menjadi syafaat kelak di akhirat sana.

Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat

PETUAH ABU QILABAH, "BALASAN KARENA TINGKAHMU SENDIRI"

21.19.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, Siang Akhi Ukhti'..

Ketahuilah bahwa perilaku seseorang terhadap diri kita dalam setiap aspek kehidupan adalah balasan atas perilaku kita sendiri. Jika kita sering berperilaku baik kepada orang lain, maka kita pun akan diperlakukan demikian. Ketika kita sering mempersulit orang lain, maka begitu pula kita akan sering mendapati kesulitan. Jika tingkah kita sering menipu atau suka melalaikan amanat, maka demikianlah orang lain akan bersikap pada kita.
Abu Qilabah, salah seorang ulama’ berpetuah:

البِرُّ لاَ يَبْلَى وَالذَّنْبُ لاَ يُنْسَى وَالدَّيَّانُ لاَ يَمُوتُ، اعْمَلْ مَا شِئْتَ كَمَا تَدِيْنُ تُدَانُ

“Kebajikan itu tak kan pernah usang, dosa tak kan pernah dilupakan, sedangkan Allah Maha Pembalas tak kan pernah mati. Lakukanlah apa yang engkau suka. Sebagaimana engkau berperilaku, maka demikianlah balasan yang akan engkau rasakan.”
Diriwayatkan oleh ‘Abdurrozaq dan Al Baihaqi dalam Az Zuhud dari Abu Qilabah secara mursal. Dikeluarkan oleh Ahmad dalam Az Zuhud dari Abu Qilabah dari Abud Darda secara mauquf, yaitu perkataan sahabat Abud Darda. (Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 11/169, Asy Syamilah).

Saatnya mengintrospeksi diri

Semoga bisa menjadi bahan renungan buat kita semua agar bisa lebih bijaksana dalam melakukan apapun terhadap orang lain'

KEUTAMAAN SURAT AL MULK: MENCEGAH DARI SIKSA KUBUR

21.07.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Dalam beberapa kesempatan kita telah membahas tuntas surat Al Mulk berisi tafsir dan faedah berharga di dalamnya. Saat ini ane akan menghadirkan keutamaan surat Al Mulk. Akan kita saksikan nantinya bahwa surat Al Mulk memiliki fadhilah luar biasa yaitu untuk mencegah siksa kubur dan mudahnya mendapatkan syafa’at setelah kematian. Tentu saja hal ini mesti kita tinjau terlebih dahulu keshahihan hadits²nya.

Hadits Pertama

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ عَبَّاسٍ الْجُشَمِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ  إِنَّ سُورَةً مِنَ الْقُرْآنِ ثَلاَثُونَ آيَةً شَفَعَتْ لِرَجُلٍ حَتَّى غُفِرَ لَهُ وَهِىَ سُورَةُ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Qotadah, dari Abbas Al Jusyamiy, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada suatu surat dari Al Qur’an yang terdiri dari tiga puluh ayat dan dapat memberi syafa’at bagi yang membacanya, sampai dia diampuni, yaitu: “Tabaarakalladzii biyadihil mulku… (surat Al Mulk)” (HR. Tirmidzi no.2891, Abu Daud no.1400, Ibnu Majah no.3786, dan Ahmad 2/299).

Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Abbas Al Jusyamiy tidak diketahui mendengar hadits dari Abu Hurairah. Akan tetapi Ibnu Hibban menyebutkan perowi tersebut dalam Ats Tsiqqot. Hadits tersebut memiliki syahid (penguat) dari hadits yang shahih dari Anas, dikeluarkan oleh Ath Thobroni dalam Al Kabir dengan sanad yang shahih.” (Nailul Author 2/227)

Penilaian Hadits:

• Abu Isa Muhammad bin Isa At Tirmidzi dalam Al Jaami’ Ash Shohih Sunan At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.

• Abul Abbas Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (22/277) mengatakan bahwa hadits tersebut shahih.

• Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Nailul Author (2/227) mengatakan bahwa hadits tersebut memiliki penguat dengan sanad yang shahih.

• Syech Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ (2091) mengatakan bahwa hadits tersebut hasan.

• Syech Musthofa Al Adawi mengatakan bahwa hadits tersebut tidak shahih. Karena yang mentsiqohkan Abbas Al Jusyamiy hanyalah Ibnu Hibban, tidak yang lainnya. Sedangkan Ibnu Hibban sudah terkenal sebagai orang yang mutasahil (bermudah-mudahan dalam mentsiqohkan). Namun ada beberapa atsar yang menguatkan hadits ini. (At Tashil li Ta’wilit Tanzil Juz-u Tabarok hal.64)

Hadits Kedua

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِى الشَّوَارِبِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَمْرِو بْنِ مَالِكٍ النُّكْرِىُّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى الْجَوْزَاءِ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ ضَرَبَ بَعْضُ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- خِبَاءَهُ عَلَى قَبْرٍ وَهُوَ لاَ يَحْسِبُ أَنَّهُ قَبْرٌ فَإِذَا فِيهِ إِنْسَانٌ يَقْرَأُ سُورَةَ تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ حَتَّى خَتَمَهَا فَأَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى ضَرَبْتُ خِبَائِى عَلَى قَبْرٍ وَأَنَا لاَ أَحْسِبُ أَنَّهُ قَبْرٌ فَإِذَا فِيهِ إِنْسَانٌ يَقْرَأُ سُورَةَ تَبَارَكَ الْمُلْكُ حَتَّى خَتَمَهَا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « هِىَ الْمَانِعَةُ هِىَ الْمُنْجِيَةُ تُنْجِيهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ. وَفِى الْبَابِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ.

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Asy Syawarib telah menceritakan kepada kami Yahya bin ‘Amru bin Malik An Nukri dari Ayahnya dari Abul Jauza` dari Ibnu Abbas, ia berkata; “Sebagian sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat kemah di atas pemakaman, ternyata ia tidak mengira jika berada di pemakaman, tiba² ada seseorang membaca surat Tabaarokalladzi bi yadihil mulk (Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan) “, sampai selesai. Kemudian dia datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata; “Wahai Rasulullah sesungguhnya, aku membuat kemahku di atas kuburan dan saya tidak mengira jika tempat tersebut adalah kuburan, kemudian ada seseorang membaca surat Tabarok (surat) Al Mulk sampai selesai, ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia adalah penghalang, dia adalah penyelamat yang menyelamatkannya dari siksa kubur.” Abu Isa (At Tirmidzi) berkata: Dari jalur ini, hadits ini hasan gharib. Dan dalam bab ini, ada hadits dari Abu Hurairah." (HR. Tirmidzi no.2890)

Dalam hadits ini terdapat perowi dho’if yaitu Yahya bin Amru bin Malik. Yahya bin Ma’in, Abu Zur’ah, Abu Daud dan An Nasai menilainya dho’if. (Tahdzibul Kamal 20/182)

Penilaian Hadits:

• Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if sebagaimana dalam Dho’iful Jaami’ (6101).

• Syech Musthofa Al Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini dho’if. (At Tashil li Ta’wilit Tanzil Juz-u Tabarok hal.64)

Hadits Ketiga

حَدَّثَنَا هُرَيْمُ بْنُ مِسْعَرٍ – تِرْمِذِىٌّ – حَدَّثَنَا الْفُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ لَيْثٍ عَنْ أَبِى الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ لاَ يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ (الم تَنْزِيلُ) وَ (تَبَارَكَ الَّذِى بِيَدِهِ الْمُلْكُ ). قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ رَوَاهُ غَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ لَيْثِ بْنِ أَبِى سُلَيْمٍ مِثْلَ هَذَا. وَرَوَاهُ مُغِيرَةُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ أَبِى الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- نَحْوَ هَذَا. وَرَوَى زُهَيْرٌ قَالَ قُلْتُ لأَبِى الزُّبَيْرِ سَمِعْتَ مِنْ جَابِرٍ فَذَكَرَ هَذَا الْحَدِيثَ. فَقَالَ أَبُو الزُّبَيْرِ إِنَّمَا أَخْبَرَنِيهِ صَفْوَانُ أَوِ ابْنُ صَفْوَانَ وَكَأَنَّ زُهَيْرًا أَنْكَرَ أَنْ يَكُونَ هَذَا الْحَدِيثُ عَنْ أَبِى الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ.

"Telah menceritakan kepada kami Huraim bin Mis’ar At Tirmidzi telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Iyadh dari Laits dari Abu Az Zubair dari Jabir bahwa, “Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidur hingga beliau membaca Alif laam miim tanzil (surat As Sajdah) dan Tabarokalladzi bi yadihil mulk (surat Al Mulk).”

Abu Isa (At Tirmidzi) berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa perawi dari Laits bin Abu Sulaim seperti ini, dan diriwayatkan pula oleh Mughirah bin Muslim dari Abu Az Zubair dari Jabir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti ini. Zuhair meriwayatkan, katanya: “Aku bertanya kepada Abu Zubair: “Apakah kamu mendengar dari Jabir?” Ia pun menyebut hadits ini. Abu Az Zubair mengatakan: Hanya Shafwan atau Ibnu Shafwan yang mengabarkannya kepadaku. Sepertinya Zuhair mengingkari hadits ini dari Abu Az Zubair dari Jabir.

Penilaian Hadits:

• Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa hadits ini ghorib dan ada dua ‘illah (cacat), yaitu Abu Az Zubair, (seorang perowi mudallis ) yang meriwayatkan dengan mu’anan dan dho’ifnya Al Laits.(Nataij Al Afkar 3/265)

• Syech Musthofa Al Adawi mengatakan bahwa hadits ini terdapat ‘illah (cacat). Laits bin Abu Sulaim adalah seorang perowi yang dho’if karena seringnya ia keliru. Juga Abu Az Zubair dinilai sebagai seorang perowi mudallis. Sedangkan di sini ia tidak gunakan lafazh mendengar, namun menggunakan lafazh ‘an (=dari), maka sanad hadits tersebut dho’if. (At Tashil li Ta’wilit Tanzil Juz-u Tabarok hal.64)

Hadits Keempat

أخبرنا عبيد الله بن عبد الكريم وقال حدثنا محمد بن عبيد الله أبو ثابت المدني قال حدثنا بن أبي حازم عن سهيل بن أبي صالح عن عرفجة بن عبد الواحد عن عاصم بن أبي النجود عن زر عن عبد الله بن مسعود قال : من قرأ { تبارك الذي بيده الملك } كل ليلة منعه الله بها من عذاب القبر وكنا في عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم نسميها المانعة وإنها في كتاب الله سورة من قرأ بها في كل ليلة فقد أكثر وأطاب

"Telah menceritakan pada kami Ubaidullah bin Abdil Karim, ia berkata, telah menceritakan pada kami Muhammad bin Ubaidillah Abu Tsabit Al Madini, ia berkata, telah menceritakan pada kami Ibnu Abi Hazim, dari Suhail bin Abi Sholih, dari Arfajah bin Abdul Wahid, dari Ashim bin Abin Nujud, dari Zarr, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Barangsiapa membaca “Tabarokalladzi bi yadihil mulk” (surat Al Mulk) setiap malam, maka Allah akan menghalanginya dari siksa kubur. Kami di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan surat tersebut “al Mani’ah” (penghalang dari siksa kubur).  Dia adalah salah satu surat di dalam Kitabullah. Barangsiapa membacanya setiap malam, maka ia telah memperbanyak dan telah berbuat kebaikan.” (HR. An Nasai dalam Al Kabir 6/179 dan Al Hakim. Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih).

Riwayat di atas mauquf, hanya perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Penilaian Hadits:

• Hakim mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih. Sebagaimana dinukilkan oleh Al Mundziri dalam At Targhib wa At Tarhib (2/294).

• Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits tersebut hasan sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib (1589).

Kesimpulan Pembahasan Hadits

Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa riwayat yang paling kuat yang membicarakan keutamaan surat Al Mulk adalah riwayat terakhir dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Riwayat tersebut bukanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun hanya perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Keutamaan surat Al Mulk yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Mas’ud adalah:

• Surat Al Mulk disebut dengan surat Al Mani’ah, yaitu penghalang dari siksa kubur jika rajin membacanya di malam hari.

• Membaca surat Al Mulk di malam hari adalah suatu kebaikan.

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

UMROH MELALUI SHALAT ISYRAQ

20.50.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, Siang Akhi Ukhti..
Untuk tauziah siang ini ane akan ngejelasin mengenai shalat Isyraq, sebenernye ape sich shalat Isyraq itu dan ape keutamaan serta faedah dari shalat tersebut, berikut penjabaran nye..

Akhi Ukhti, sedikit di antara kita yang mengetahui shalat yang satu ini. Shalat ini dikenal dengan shalat isyraq. Shalat isyraq sebenarnya termasuk shalat Dhuha, namun dikerjakan di awal waktu.

ASAL PENAMAAN SHALAT ISYRAQ

Penyebutan shalat ini dengan shalat isyraq berdasarkan penamaan sahabat Ibnu ‘Abbas.
Dari ‘Abdullah bin Al Harits, ia berkata,

أن ابن عباس كان لا يصلي الضحى حتى أدخلناه على أم هانئ فقلت لها : أخبري ابن عباس بما أخبرتينا به ، فقالت أم هانئ : « دخل رسول الله صلى الله عليه وسلم في بيتي فصلى صلاة الضحى ثمان ركعات » فخرج ابن عباس ، وهو يقول : « لقد قرأت ما بين اللوحين فما عرفت صلاة الإشراق إلا الساعة » ( يسبحن بالعشي والإشراق) ، ثم قال ابن عباس : « هذه صلاة الإشراق »

Ibnu ‘Abbas pernah tidak shalat Dhuha sampai² kami menanyakan beliau pada Ummi Hani, aku mengatakan pada Ummi Hani, “Kabarilah mengenai Ibnu ‘Abbas.” Kemudian Ummu Hani mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat Dhuha di rumahku sebanyak 8 raka’at.” Kemudian Ibnu ‘Abbas keluar, lalu ia mengatakan, “Aku telah membaca antara dua sisi mushaf, aku tidaklah mengenal shalat isyraq kecuali sesaat.” (Allah berfirman yang artinya), “Mereka pun bertasbih di petang dan waktu isyraq (waktu pagi).” Ibnu ‘Abbas menyebut shalat ini dengan SHALAT ISYRAQ.

KEUTAMAAN SHALAT ISYRAQ

Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

“Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.”

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.”

TATA CARA PELAKSANAAN SHALAT ISYRAQ

Shalat isyraq dilakukan sebanyak dua raka’at. Gerakan dan bacaannya sama dengan shalat-shalat lainnya.
Berdasarkan hadits-hadits yang telah dikemukakan, shalat isyraq disyariatkan bagi orang yang melaksanakan shalat jama’ah shubuh di masjid lalu ia berdiam untuk berdzikir hingga matahari terbit, lalu ia melaksanakan shalat isyraq dua raka’at.
Ketika berdiam di masjid dianjurkan untuk berdzikir. Dzikir di sini bentuknya umum, bisa dengan membaca Al Qur’an, membaca dzikir, atau lebih khusus lagi membaca dzikir pagi.

Waktu shalat isyraq sebagaimana waktu dimulainya shalat Dhuha yaitu mulai matahari setinggi tombak, sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit. Hal ini sebagaimana keterangan Syech Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Al Lajnah Ad Daimah mengenai pengertian matahari setingi tombak.

FAEDAH BERHARGA LAIN NYA DARI HADIST DI ATAS

• Dalam hadits yang telah ane sebutkan terdapat dorongan untuk melaksanakan shalat jama’ah shubuh di masjid.

• Dianjurkan memanfaatkan waktu pagi untuk ibadah dan bukan diisi dengan malas-malasan seperti kebiasaan sebagian muslim yang malah mengisi waktu selepas shubuh dengan tidur pagi. Sungguh sia-sia waktu jika digunakan seperti itu.

• Dianjurkan berdiam setelah shalat shubuh untuk berdzikir hingga matahari terbit sebagaimana hal ini dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid’.
Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in yaitu Simak bin Harb. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh,

أَكُنْتَ تُجَالِسُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-

“Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”
Jabir menjawab,

نَعَمْ كَثِيرًا كَانَ لاَ يَقُومُ مِنْ مُصَلاَّهُ الَّذِى يُصَلِّى فِيهِ الصُّبْحَ أَوِ الْغَدَاةَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ قَامَ وَكَانُوا يَتَحَدَّثُونَ فَيَأْخُذُونَ فِى أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ فَيَضْحَكُونَ وَيَتَبَسَّمُ.

“Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.”

• Dianjurkan berdzikir setelah shalat shubuh, bisa dengan membaca Al Qur’an atau membaca dzikir pagi.

• Keutamaan mengerjakan shalat isyraq dua raka’at adalah mendapatkan pahala haji dan umroh. Akan tetapi shalat ini tidak bisa menggantikan ibadah haji dan umroh, namun hanya sama dalam pahala dan balasan saja.

"Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat"

Selasa, 30 Agustus 2016

KEUTAMAAN SURAT AD DUKHAN

01.31.00 Posted by Admin 2 comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Surat Ad Dukhan (bahasa Arab:الدخان) adalah surat ke 44 dalam Al-Qur’an. Surat ini tergolong surat ‘makkiyah’ yang terdiri atas 59 ayat. Dinamakan Ad Dukhan kerana kata Ad Dukhan yang terdapat pada ayat 10 yang berarti ‘Kabut, Awan atau Asap’.

Ia mengandung amarah Allah SWT terhadap kaum kafir musyrik yang menentang Nabi Muhammad SAW bahwa mereka akan ditimpakan azab semasa langit membawa asap kemarau yang menyebabkan kesengsaraan yang amat dashyat..

Terdapat beberapa hadist Rasulullah SAW yang menyatakan fadhilah, faedah dan hikmah bagi mereka yang mengamalkan membaca surat Ad Dukhan ini, diantaranya:

1.  Dari Khalil bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Di dalam Al Quran terdapat 7 surat yang dimulai dengan Haa Miim, akan datang di depan setiap pintu neraka jahanam dan memohon kepada Allah SWT dengan mengatakan, “Ya Allah! Janganlah Engkau masukkan ke dalam neraka orang ini yang percaya kepadaku dan membacaku.” (HR. Al Baihaqi).

2.  Dari Zaid Ibnu Haritsah r.a, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda kepada Ibnu Zayyad, “Sesungguhnya aku simpan sesuatu, maka apakah ia?. Maka Nabi SAW simpan baginya surat Ad Dukhan, maka Rasulullah SAW bersabda, dia ialah (Ad Dukhan) dan bersabda lagi, Pergilah. Masyaallah, kemudian dia pergi”.

3.  Dari Abi Ja’far r.a., beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda: 
“Orang yang membaca surat Ad Dukhan dalam shalat² fardhu dan nafilahnya (sunatnya), maka Allah akan membangkitkannya bersama orang² yang mendapatkan penjagaan Allah pada hari Kiamat, menaunginya di bawah Arsy-Nya, menghisabnya dengan mudah dan memberi kitab (catatan amal) nya dari sebelah kanannya.” (HR.Abu Hamzah Tsumali)

BILA DI BACA DI MALAM JUM'AT

1.
سنن الترمذي ٢٨١٤: عَنْ أَبِ هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حم الدُّخَانَ فِي لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ غُفِرَ لَه

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membaca HAA MIIM (surat) Ad Dukhan pada malam jum'at, maka (dosa-dosanya) akan diampuni." (HR.Thirmidzi no.2814)

2.
تفسير القرطبي - (ج 16 / ص 125) : عن أبي أمامة قال : سمعت النبي صلى الله عليه و سلم يقول : ( من قرأ حم الدخان ليلة الجمعة أو يوم الجمعة بنى الله له بيتا في الجنة).

Dari Abu Umamah r.a, bahwa sesungguhnya dia telah mendengar Rasulullah bersabda : "Barang siapa yang membaca surat Haamimm ad Dukhaan pada malam Jum'at atau pada hari Jum'at Allah akan membangunkan untuknya satu rumah di Syurga ". (HR.Thabrani)

3.  Disebutkan dalam tafsir Al Burhan, dari Nabi SAW bersabda,
“Orang yang membacanya (surat ad Dukhan) pada malam Jum'at, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”  Baginda SAW juga bersabda, “Orang yang membaca surah ad Dukhan pada malam Juma'at akan dimintakan ampun (atas dosa-dosanya) menjelang paginya oleh 70.000 Malaikat.

KHASIAT AYAT² DARI SURAT AD DUKHAN

• Mengamalkan membaca keseluruhan surah Ad Dukhan ini, akan selamat dari segala gangguan.

• Khasiat ayat 12, Dijauhkan daripada ditimpa bala.

• Khasiat ayat 59, dapat membantu memenangi berhujah.

• Membaca surat Ad Dukhan setelah Surat Yasin pada malam Jum'at dapat menyelamatkan kita dari huru hara di Padang Mahsyar.

"Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat"

11 AMALAN JAMINAN RUMAH DI SURGA

01.13.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, Siang Akhi Ukhti'..
Untuk tauziah siang ini, ane akan ngejelasin beberapa amalan sederhana yang bila diamalkan akan dibangunkan rumah atau istana oleh Allah di surga kelak..
Amalan-amalan tersebut adalah:

Pertama: Membangun masjid dengan ikhlas karena Allah

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah, no. 738. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Mafhash qathaah dalam hadits artinya lubang yang dipakai burung menaruh telurnya dan menderum di tempat tesebut. Dan qathah adalah sejenis burung.
Hadits tentang keutamaan membangun masjid juga disebutkan dari hadits ‘Utsman bin ‘Affan. Di masa Utsman yaitu tahun 30 Hijriyah hingga khilafah beliau berakhir karena terbunuhnya beliau, dibangunlah masjid Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Utsman katakan pada mereka yang membangun sebagai bentuk pengingkaran bahwa mereka terlalu bermegah-megahan. Lalu Utsman membawakan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari, no. 450; Muslim, no. 533).
Kata Imam Nawawi rahimahullah, maksud akan dibangun baginya semisal itu di surga ada dua tafsiran:

1. Allah akan membangunkan semisal itu dengan bangunan yang disebut bait (rumah). Namun sifatnya dalam hal luasnya dan lainnya, tentu punya keutamaan tersendiri. Bangunan di surga tentu tidak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah terbetik dalam hati akan indahnya.

2. Keutamaan bangunan yang diperoleh di surga dibanding dengan rumah di surga lainnya adalah seperti keutamaan masjid di dunia dibanding dengan rumah-rumah di dunia. (Syarh Shahih Muslim, 5: 14)

Kedua: Membaca surat Al-Ikhlas sepuluh kali

Dari Mu’adz bin Anas Al-Juhaniy radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) حَتَّى يَخْتِمَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ بَنَى اللَّهُ لَهُ قَصْراً فِى الْجَنَّةِ

“Siapa yang membaca qul huwallahu ahad sampai ia merampungkannya (surat Al-Ikhlas) sebanyak sepuluh kali, maka akan dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ahmad, 3: 437. Syech Al-Albani dalam Ash-Shahihah mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguat)

Ketiga: Mengerjakan shalat dhuha empat raka’at dan shalat sebelum Zhuhur empat raka’at

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الضُّحَى أَرْبَعًا، وَقَبْلَ الأُولَى أَرْبَعًا بنيَ لَهُ بِهَا بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Siapa yang shalat Dhuha empat raka’at dan shalat sebelum Zhuhur empat raka’at, maka dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Awsath. Dalam Ash-Shahihah no. 2349 disebutkan oleh Syech Al-Albani bahwa hadits ini hasan)

Keempat: Mengerjakan 12 raka’at shalat rawatib dalam sehari

Dari Ummu Habibah –istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى اثْنَتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِى يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِىَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa mengerjakan shalat sunnah dalam sehari semalam sebanyak 12 raka’at, maka karena sebab amalan tersebut, ia akan dibangun sebuah rumah di surga.” (HR. Muslim, no. 728)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنَ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ

“Barangsiapa merutinkan shalat sunnah dua belas raka’at dalam sehari, maka Allah akan membangunkan bagi dia sebuah rumah di surga. Dua belas raka’at tersebut adalah empat raka’at sebelum  zhuhur, dua raka’at sesudah zhuhur, dua raka’at sesudah maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isya, dan dua raka’at sebelum shubuh.” (HR. Tirmidzi, no. 414; Ibnu Majah, no. 1140; An-Nasa’i, no. 1795. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Kelima: Meninggalkan perdebatan

Keenam: Meninggalkan dusta

Ketujuh: Berakhlak mulia

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya.” (HR. Abu Daud, no. 4800. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Kedelapan: Mengucapkan alhamdulillah dan istirja’ (inna ilaihi wa innaa ilaihi raaji’’un) ketika anak kita wafat

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ وَلَدُ الْعَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِى. فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيَقُولُ قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ. فَيَقُولُونَ نَعَمْ. فَيَقُولُ مَاذَا قَالَ عَبْدِى فَيَقُولُونَ حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ. فَيَقُولُ اللَّهُ ابْنُوا لِعَبْدِى بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ وَسَمُّوهُ بَيْتَ الْحَمْدِ

“Apabila anak seorang hamba meninggal dunia, Allah berfirman kepada malaikat-Nya, “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku?” Mereka berkata, “Benar.” Allah berfirman, “Kalian telah mencabut nyawa buah hatinya?” Mereka menjawab, “Benar.” Allah berfirman, “Apa yang diucapkan oleh hamba-Ku saat itu?” Mereka berkata, “Ia memujimu dan mengucapkan istirja’ (innaa lilaahi wa innaa ilaihi raaji’uun).” Allah berfirman, “Bangunkan untuk hamba-Ku di surga, dan namai ia dengan nama baitul hamdi (rumah pujian).” (HR. Tirmidzi, no. 1021; Ahmad, 4: 415. Syech Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Kesembilan: Membaca doa masuk pasar

Dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari bapaknya Ibnu ‘Umar, dari kakeknya (‘Umar bin Al-Khattab), ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَخَلَ السُّوقَ فَقَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكُ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيتُ وَهُوَ حَىٌّ لاَ يَمُوتُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ

“Siapa yang masuk pasar lalu mengucapkan, “Laa ilaaha illallah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiit wa huwa hayyun laa yamuut biyadihil khoir wahuwa ‘alaa kulli syain qodiir (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah yang memiliki kekuasaan dan segala pujian untuk-Nya.” Allah akan menuliskan untuknya sejuta kebaikan, menghapus darinya sejuta kejelekan, mengangkat untuknya sejuta derajat, dan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga.” (HR. Tirmidzi, no. 3428. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if).

Dalam riwayat lain disebutkan, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَبَاعَ فِيْهَا وَاشْتَرَى ، فَقَالَ : لاَ إِلَه َإِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الملْكُ ، وَلَهُ الحَمْدُ ، يُحْيِي وَيُمِيْتُ ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَبَنَى لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ

“Siapa yang memasuki pasar lalu ia melakukan jual beli di dalamnya, lantas mengucapkan: Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyi wa yumiit wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir; maka Allah akan mencatat baginya sejuta kebaikan, akan menghapus darinya sejuta kejelekan dan akan membangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Al-Hakim dalam Mustadrak, 1: 722)

Meskipun riwayatnya dha’if atau lemah namun karena kita diperintahkan berdzikir ketika orang itu lalai seperti kala di pasar, maka dzikir di atas masih boleh diamalkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

“إذا تضمنت أحاديث الفضائل الضعيفة تقديراً وتحديداً ؛ مثل صلاة في وقت معين ، بقراءة معينة ، أو على صفة معينة ؛ لم يجز ذلك – أي العمل بها – لأن استحباب هذا الوصف المعين لم يثبت بدليل شرعي ، بخلاف ما لو روي فيه : (مَن دخل السوق فقال : لا إله إلا الله كان له كذا وكذا) فإن ذكر الله في السوق مستحب ، لما فيه من ذكر الله بين الغافلين ، فأما تقدير الثواب المروي فيه فلا يضر ثبوته ولا عدم ثبوته

“Jika suatu hadits yang menerangkan fadhilah atau keutamaan suatu amalan dari sisi jumlah atau pembatasan tertentu seperti shalat di waktu tertentu, membaca bacaan tertentu, atau ada tata cara tertentu, tidak boleh diamalkan jika haditsnya berasal dari hadits dha’if. Karena menetapkan tata cara yang khusus dalam ibadah haruslah ditetapkan dengan dalil.
Adapun mengenai doa masuk pasar yaitu haditsnya berbunyi, siapa yang masuk pasar lantas membaca laa ilaha illallah dan seterusnya, maka perlu dipahami bahwa secara umum berdzikir ketika masuk pasar itu disunnahkan. Karena kita diperintahkan berdzikir saat orang-orang itu lalai. Besarnya pahala yang disebutkan dalam hadits tersebut (hingga disebutkan sejuta) tidaklah menimbulkan problema ketika bacaan tersebut diamalkan, baik nantinya hadits tersebut dihukumi shahih ataukah tidak. ” (Majmu’ Al-Fatawa, 18: 67)

Dalil umum yang memerintahkan kita banyak dzikir termasuk di pasar adalah hadits berikut.
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أَحَدُهُمَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». وَقَالَ الآخَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, manusia bagaimanakah yang baik?” “Yang panjang umurnya dan baik amalannya,” jawab beliau. Salah satunya lagi bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syech Syu’aib Al-Arnauth).
Hadits ini menunjukkan bahwa dzikir itu dilakukan setiap saat, bukan hanya di masjid, sampai di sekitar orang-orang yang lalai dari dzikir, kita pun diperintahkan untuk tetap berdzikir.
Abu ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika hati seseorang terus berdzikir pada Allah maka ia seperti berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar lalu ia menggerakkan kedua bibirnya untuk berdzikir, maka itu lebih baik.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 524)

Kesepuluh: Menutup celah dalam shaf shalat

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً

“Barang siapa yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karena hal tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.” (HR. Al-Muhamili dalam Al-Amali, 2: 36. Disebutkan dalam Ash-Shahihah, no. 1892)

Kesebelas: Beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ

“Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia tidak membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun akan meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal.” (HR. An-Nasa’i, no. 3135. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

"Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat"

KEUTAMAAN SURAT AL KAHFI

01.01.00 Posted by Admin No comments





Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Surat Al Kahfi atau juga disebut Ashabul Kahfi merupakan surat golongan Makkiyah atau yang diturunkan di Kota Mekkah. Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat Al Quran Al Karim yang mempunyai keagungan dan keutamaan dibanding beberapa surat yang lain. Akan tetapi tidak sedikit dari kaum muslimin yang belum mengetahui keagungan dan keutamaannya, sehingga sebagian mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah membaca dan menghafalnya.

Dr. Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa diantara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah).

Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Imam Syafi’i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum’at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi’i: 1/237).

Terdapat beberapa hadist yang mengungkapkan tentang manfaat dan keutamaan pada surat ini, diantaranya:

Pertama, manusia yang membaca Al Kahfi pada Hari Jumat akan terhindar dari fitnah Dajjal. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa dengan rajin membaca surat ini pada hari jumat maka akan terhindar dari fitnah tersebut.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jumat.” (HR. Abu Bakar bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)

Kedua, membaca Al Kahfi pada hari Jumat  adalah mendapat pengampunan dosa diantara dua Jumat. Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. 
Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syech Al Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

Ketiga, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

“Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (Qs. Al-Hadid: 12)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radliyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

“Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan Al Nasai dan Al Hakim serta dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Targhib wa Al Tarhib, no. 736)

Surat Al Kahfi Pelindung Fitnah Dajjal

Surat Al Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Al Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.”

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat Al Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah Al Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah Al Kahfi wa Aayah Al Kursi: 6/92-93).

Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat Al Kahfi itu tedapat atau berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

“Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku?…” Qs. Al-Kahfi: 102. (Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)

Oleh karena itu, Rasulullah Salallahu ‘alaihi waa Sallam selalu beristi’dzah (meminta perlindunagn kepada Allah) dari empat perkara dalam shalat, yaitu: Fitnah Agama (dalam kisah ashabul kahfi), Fitnah Harta (dalam kisah dua pemilik kebun), dan Fitnah Kekuasaan (dalam kisah raja Zulkarnain).

Karena itu dalam sebuah riwayat di anjurkan membaca surah Al Kahfi bagi orang yang menemui masa-masa dajjal berkuasa.

“Barang siapa diantara kalian yang mendapatinya (dajjal), hendaklah dia membacakan ayat-ayat pembuka surah Al Kahfi kepadanya, karena bacaan itu melindungi kalian dari fitnahnya (dajjal tersebut).” (HR. Abu Daud).

"Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat"

SHOLAT SUNAH RAWATIB

00.55.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Ada anggota group yang Japri menanyakan soal sholat sunah sebelom dan sesudah sholat fardhu'..
Beliau menanyakan apakah ada sholat sunah sesudah sholat ashar'?

Sholat sunah yang mengiringi sholat fardhu baik di lakukan sebelom atau sesudah nye ini di namakan SHOLAT RAWATIB'..
Ukhtie, Sebelom ane menjelaskan lebih jauh, berikut dalil dari keutamaan sholat rawatib..

Ummu Habibah berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa Shalat dalam sehari semalam dua belas rakaat, akan dibangun untuknya rumah di Surga, yaitu empat rakaat sebelum Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shalat Subuh." (HR Tirmidzi, ia mengatakan, hadits ini hasan sahih).

“Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Dua rakaat fajar (qabliyah subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dia berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasalam dua rakaat sebelum Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Jum’at, dua rakaat sesudah Maghrib dan dua rakaat sesudah Isya." (Muttafaq ‘alaih)"

"Dari Abdullah bin Mughaffal radhiallahu anhu , ia berkata: "Bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasalam , ‘Di antara dua adzan itu ada shalat, di antara dua adzan itu ada shalat, di antara dua adzan itu ada shalat. Kemudian pada ucapannya yang ketiga beliau menambahkan: ‘bagi yang mau". (Muttafaq ‘alaih)"

"Dari Ummu Habibah Radhiallaahu anha, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda, ‘Barangsiapa yang menjaga empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat sesudahnya, Allah mengharamkannya dari api Neraka."
(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shahih)"

Sholat sunnah Qabliyah (sebelum shalat Fardhu) dan
Ba’diyah (Sesudah shalat Fardhu) , dilakukan 2 rekaat dg 1 kali salam spt biasa.

1. Dua rakaat sebelum shalat subuh

2. Dua rakaat sebelum shalat Zuhur dan 2 rakaat setelah shalat Zuhur (bisa juga dengan 4 rakaat)

Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda “Barang siapa yang menjaga empat raka’at sebelum Zhuhur dan empat raka’at setelahnya maka Allah mengharamkannya dari neraka.”
(HR at-Tirmidzi, kitab ash-Shalat (no. 428), Ibnu Majah, kitab ash-Shalat (no. 428), Abu Dawud, kitab ash-Shalat, Bab: al-Arba’ Qablal-Zhuhri wa Ba’daha (no. 1269) dan Ibnu Majah, kitab ash-Shalat was-Sunnah fiha, Bab: Mâ Jâ-a fiman Shalla Qablal-Zhuhri `Arba’an wa Ba’daha `Arba’an (no. 1160). Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Shahîh Sunan Ibni Majah (1/191).

3. Dua rakaat sebelum shalat Ashar (bisa juga dengan 4 rakaat)

Dari Ibnu Umar dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semoga Allah merahmati seseorang yang mengerjakan shalat (sunnah) empat raka’at sebelum Ashar.”
(HR. Abu Daud no. 1271 dan At-Tirmizi no. 430)

4. Dua rakaat setelah shalat Maghrib

5. Dua rakaat sebelum shalat Isya dan 2 rakaat setelah shalat Isya.


Di dalam Shalat Rawatib ada terdapat 10 rakaat yang sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), berdasarkan hadits:

Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat (rawatib), yaitu: 2 rakaat sebelum Dzuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah Maghrib di rumah beliau, 2 rakaat sesudah Isya’ di rumah beliau, dan 2 rakaat sebelum Shubuh (HR Imam Bukhari dan Muslim).

Ada sholat sunnah lebih utama di kerjakan di rumah, dalam hal ini adalah yang 2 rakaat sesudah maghrib, 2 rakaat sesudah isya, dan setelah jum'at.

Dalam riwayat Muslim, “Adapun pada shalat maghrib, isya, dan jum’at, maka Nabi saw mengerjakan shalat sunnahnya di rumah.”

Lalu apa hukum shalat sunnah setelah subuh, sebelum jumat, setelah ashar, sebelum maghrib, dan sebelum isya?

Jawab: Adapun dua rakaat sebelum maghrib dan sebelum isya, maka dia tetap disunnahkan dengan dalil umum:

Dari Abdullah bin Mughaffal Al Muzani dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلَاةٌ قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ فِي الثَّالِثَةِ لِمَنْ شَاءَ 


Di antara setiap dua adzan (azan dan iqamah) itu ada shalat (sunnah).” Beliau mengulanginya hingga tiga kali. Dan pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Bagi siapa saja yang mau mengerjakannya.” (HR. Al-Bukhari no. 588 dan Muslim no. 1384)

Namun memang ini masuk pada khilafiyah, sebagian para Muhaddits tak mengelompokkannya sebagai shalat rawatib, karena Rasul saw tak selalu melakukannya, dan banyak para sahabat sepeninggal Rasul saw tak melakukannya, ini menunjukkan bahwa hal itu bukan hal yg selalu dilakukan oleh Rasul saw, (Fathul Baari Almasyhur Juz 3 hal 59)

Adapun setelah subuh dan ashar, maka tidak ada shalat sunnah rawatib saat itu. Bahkan terlarang untuk shalat sunnah mutlak pada waktu itu, karena kedua waktu itu termasuk dari lima waktu terlarang. Dari Ibnu ‘Abbas dia berkata:

شَهِدَ عِنْدِي رِجَالٌ مَرْضِيُّونَ وَأَرْضَاهُمْ عِنْدِي عُمَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَشْرُقَ الشَّمْسُ وَبَعْدَ الْعَصْرِ حَتَّى تَغْرُبَ

“Orang-orang yang di ridhai mempersaksikan kepadaku dan di antara mereka yang paling aku ridhai adalah ‘Umar, (mereka semua mengatakan) bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang shalat setelah Shubuh hingga matahari terbit, dan setelah ‘Ashar sampai matahari terbenam.” (HR. Al-Bukhari no. 547 dan Muslim no. 1367)

Akhie Ukhtie, jangan lupa juga untuk melakukan sholat sunnah tahiyatul Masjid sebelum duduk ketika masuk ke dalam Masjid, mushola, langgar.

Dari Abu Qatadah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, janganlah duduk sehingga shalat dua raka’at.” (HR. Jama’ah Ahli Hadits)

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

DOA AMALAN RASULULLAH SEBELUM TIDUR

00.43.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Berikut amalan yang bisa di lakuin sebelom kite tidur..

Biar tidur kite bisa menjadi penyegar untuk beribadah esok hari nye sekaligus menjadi ladang amal yang mampu menghasilkan pahala berlimpah.

Bahkan dalam suatu riwayat disebutkan amalan sebelum tidur ini sama dengan beribadah umrah maupun haji. Keterangan tersebut didapat dalam riwayat Aisyah dimana ketika itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berwasiat terhadapnya.

“Wahai Aisyah, janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal yakni mengkhatamkan Al Qur’an, memperoleh syafaat dari para Nabi, membuat kaum mukminin dan mukminat senang dan ridho kepadamu serta melakukan haji dan umrah.”

Aisyah bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?”
Rasulullah kemudian menjawab, 
“Sebelum tidur bacalah Qul huwallahu ahad sebanyak tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatamkan Al Qur’an” Maksudnya adalah membaca surat Al Ikhlas secara keseluruhan sebanyak 3 kali.

Selanjutnya Rasul bersabda,
 “Kemudian agar engkau mendapatkan syafaat dariku dan pada Nabi sebelumku, bacalah shalawat: Allahumma shalli ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama shallaita ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama barakta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim fil ‘alamina innaka hamidum majid.”

“Sebelum tidur, hendaklah kamu lakukan haji dan umrah.” Rasulullah memberikan caranya yakni, “Siapa yang membaca Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaah wallahu akbar, maka ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”

Sementara itu amalan sebelum tidur lainnya telah diajarkan oleh para ulama yang bersumber dari Rasulullah langsung. Sehingga kite pun bisa menggabungkan amalan yang berasal dari riwayat Aisyah dengan amalan berikut.

1. Melaksanakan Wudhu Terlebih Dulu

Pada malam hari, disunnahkan bagi seorang muslim untuk membiasakan wudhu sebelum tidur. Hadist yang menerangkannya terdapat dalam riwayat Bukhari dan Muslim.

“Apabila Engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan shalat.” (HR Bukhari Muslim).

2. Membaringkan Tubuh Ke Sebelah Kanan

Salah satu sunnah yang seringkali dilupakan sebelum tidur adalah dengan mengambil posisi tidur yang tepat. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda,

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR Bukhari dan Muslim).
Sementara dalam riwayat yang lain disebutkan,
 “Rasulullah apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Usahakan untuk tidak melakukan posisi tengkurap ketika hendak tidur. Ini karena posisi tersebut sangat dimurkai oleh Allah.

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.” (HR Abu Dawud)

3. Membersihkan Tempat Pembaringan

Sebelum hendak tidur, bersihkanlah bagian permukaan kasur dengan cara mengibas-ngibaskan kain pada permukaan kasur tersebut.

Rasulullah telah bersabda, “Apabila seorang dari kamu akan tidur pada tempat tidurnya, maka hendaklah mengibas-ngibaskan kainnya pada tempat tidurnya itu terlebih dahulu, karena ia tidak tahu apa yang ada di atasnya..” Pada hadist lain disebutkan kibasannya tiga kali.” (HR Bukhari Muslim)

4. Tidur Segera Setelah Isya

Tidur menurut ajaran islam hendaknya tidak dilakukan terlalu larut malam karena selain buruk bagi kesehatan, tidur yang terlalu malam juga akan berefek kepada sulitnya melaksanakan shalat tahajud atau shalat malam.

5. Membaca Dzikir Sebelum Tidur

Salah satu dzikir yang disarankan oleh Rasulullah sebelum tidur dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim adalah seperti berikut:

اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِيْ إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِيْ إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِيَ
إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِيْ إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا
مِنْكَ إِلاَّ إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِيْ أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِيْ أَرْسَلْتَ

Yang artinya adalah: “Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepadaMu, aku menyerahkan urusanku kepadaMu, aku menghadapkan wajahku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu karena senang (mendapatkan rahmatMu) dan takut pada (siksaanmu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari ancamanMu kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.”

Dengan mengamalkannya sebelum tidur, maka jika mati dalam tidurnya, matinya diatas fitrah (mati dalam islam).

Selain itu kite pun dianjurkan untuk membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebanyak 3 kali sambil meniupkan ke telapak tangan. Setelah itu kemudian diusapkan ke seluruh tubuh. Kita juga dianjurkan untuk membaca ayat Kursi, surat Al Kafirun, al Mulk dan dua ayat terakhir surat Al Baqarah.

Amalan yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah diatas bisa kita aplikasikan bersama dengan dzikir lainnya sehingga semakin lengkaplah dzikir yang kita lakukan setiap malam.

6. Melaksanakan Shalat Witir Jika Khawatir Tidak Mampu Shalat Malam

Bagi mereka yang kelelahan dan ragu-ragu akan bisa bangun pada sepertiga malam, maka Rasulullah menganjurkan untuk melaksanakan shalat witir sebelum tidur.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Kekasihku yaitu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mewasiatkan kepadaku tiga wasiat: Berpuasa tiap hari setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha dan mengerjakan witir sebelum tidur.” (HR Bukhari)

7. Membaca Doa Tidur

Yang terakhir sebelum hendak tidur adalah membaca doa tidur sebagaimana yang terdapat dalam riwayat Hudzaifah.

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ قَالَ « بِاسْمِكَ
اللَّهُمَّ أَمُوتُ وَأَحْيَا » . وَإِذَا اسْتَيْقَظَ مِنْ مَنَامِهِ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِى أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا ، وَإِلَيْهِ النُّشُورُ »

“Apabila Nabi hendak tidur, beliau mengucapkan: Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan namaMu aku mati dan aku hidup). Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: Alhamdulillahilladzi ahyaana ba’da maa amaatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepadaNyalah tempat kembali).” (HR Bukhari)

"Semoga jadi ilmu dan amalan yang manfaat"

Senin, 29 Agustus 2016

AMALIYAH MALAM NISHFU SYA'BAN

15.03.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Pada malam paruh kedua dari bulan Sya’ban, banyak dari kalangan umat Islam yang berduyun-duyun ke masjid, mushalla dan surau untuk melaksanakan kegiatan keagamaan yang rutin dijalani setiap malam Nishfu Sya’ban. Salah satu kegiatannya adalah melakukan salat sunah sebanyak dua rakaat atau lebih.
Ada juga dari mereka yang membaca surat Yaasin secara bersama-sama sebanyak 3 kali. Biasanya dari masing-masing pembacaan surat Yasin tersebut diniatkan untuk memperoleh rezeki yang halal, untuk umur panjang yang barokah, serta untuk mendapatkan husnul khatimah. Adapula diantara masyarakat yang melengkapi kegiatan tersebut dengan bersedekah.

Pertanyaan:
a. Adakah tuntunan secara umum dan khusus untuk melakukan ibadah pada malam Nishfu Sya’ban?
b. Apa sebenarnya keistimewaan malam Nishfu Sya’ban dibanding dengan malam-malam yang lain?
c. Apa dasar ulama dalam penetapan pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban beserta macam-macam niatnya?
d. Apa hukum melakukan shalat sunnah pada malam Nishfu Sya’ban? Jawaban 29 a:
Dalam syari’at Islam terdapat tuntunan (dalil-dalil) untuk beribadah pada malam Nishfu Sya’ban.
Dasar Pengambilan Hukum:

عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن ِالنَّبِيِّ e قَالَ: يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ (رواه الطبراني في الكبير والأوسط قَالَ الهيثمى ورجالهما ثقات. ورواه الدارقطنى وابنا ماجه وحبان فى صحيحه عن ابى موسى وابن ابى شيبة وعبد الرزاق عن كثير بن مرة والبزار).

“Rasulullah e bersabda, “Sesungguhnya Allah memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban, kemudian Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyachin (orang munafik yang menebar kebencian antar sesama umat Islam)”. (HR Thabrani fi Al Kabir no 16639, Daruquthni fi Al Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al Baihaqi fi Syu’ab al Iman no 6352, dan Al Bazzar fi Al Musnad 2389. Peneliti hadis Al Haitsami menilai para perawi hadis ini sebagai orang-orang yang terpercaya. Majma’ Al Zawaid 3/395)

عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ e ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ أَنْ يَحِيْفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ
 شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ ِلأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ

“Aisyah berkata “Pada suatu malam, saya kehilangan Rasulullah. Setelah saya keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’ seraya menengadahkan kepalanya ke langit, beliau berkata “Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikanmu?”. Aisyah berkata “Saya tidak memiliki ketakutan itu, saya mengira engkau mengunjungi sebagian di antara istri-istri engkau”. Nabi berkata “Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada malam Nishfu Sya’ban dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb”. (HR Turmudzi no 670, dan Ibnu Majah no 1379)

تحفة الأحوذي شرح سنن الترمذي ج 2 ص 277
فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ .

“Hadits-hadits di atas secara keseluruhan merupakan sebuah hujjah yang membantah anggapan sebagian ulama yang berpendapat bahwa tidak ada satupun dalil kuat yang menjelaskan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban”. (Tuchfah al-Achwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi, II/277)
Jawaban 29 b:

Di antara keistimewaan malam Nishfu Sya’ban adalah sebagai berikut:
1. Menurut Imam Syafi’i, malam Nishfu Sya’ban adalah salah satu malam yang mustajabah.
2. Menurut ‘Atha bin Yasar, malam Nishfu Sya’ban adalah malam yang paling utama setelah Lailatul Qadar.
3. Menurut sahabat ‘Ikrimah, yang dimaksud dengan ayat
 إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ () فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ {الدخان :3-4}
surat al Dukhan ayat 3-4, malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban, akan tetapi pendapat ini ditentang oleh jumhur ulama, dan yang dimaksud dengan ليلة مباركة adalah Lailatul Qadar.
4. Menurut ulama yang lain, malam Nishfu Sya’ban adalah malam laporan amal tahunan kepada Allah SWT.
Dasar Pengambilan Hukum:
فيض القدير ج 6 ص 50
قَالَ الشَّافِعِى بَلَغَنَا أنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ أوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَىِ اْلعِيْدِ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ.
“Imam Syafii berkata: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu awal malam bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, dua malam hari raya dan malam Jumat”. (Faidl al-Qadír, VI/50)
نزهة المجالس ج 1 ص 158
قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِى يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ. قَالَ النَّوَوِى عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مِنَ التَّابِعِيْنَ .
“Yasar bin Atho’ berkata : Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam yang mustajabah”. (Nuzhah al-Maj á lis, I/158)
تفسير القرطبى ج 16 ص 85
وَقَالَ عِكْرِيْمَةُ هِىَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُبْرَمُ فِيْهَا أَمْرُ السَّنَةِ وَيُنْسَخُ اْلأَحْيَاءُ مِنَ اْلأَمْوَاتِ وَيُكْتَبُ الْحَاجُّ فَلاَ يُزَادُ فِيْهِمْ أَحَدٌ وَلاَ يُنْقَصُ مِنْهُمْ أَحَدٌ وَرَوَى عُثْمَانُ بْنُ الْمُغِيْرَةِ قَالَ قَالَ النَّبِىَ e تُقْطَعُ اْلأَجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إلَى شَعْبَانَ حَتَّى أَنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُوْلَدُ لَهُ وَقَدْ خُرِجَ اسْمُهُ فِى الْمَوْتَى. وَقَالَ اْلقَاضِى أبُوْ بَكْرِ بْنِ الْعَرَبي وَجُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءُ عَلَى أنَّهَا لَيْلَةُ اْلقَدْرِ.
“Ikrimah berpendapat bahwa yang dimaksud Lailah Al Mubarakah itu adalah malam nishfu sya’ban. Di malam itu Allah menentukan semua urusan dalam peristiwa setahun, menghapus nama-nama orang dari daftar calon orang meninggal dan mencatat nama-nama orang yang akan melaksanakan haji tanpa ditambah atau dikurangi. Utsman bin Mughirah meriwayatkan hadis, Rasulullah e bersabda, “Ajal ditentukan dari satu Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, hingga seseorang menikah, dikaruniai anak dan namanya dikeluarkan dari orang-orang yang akan meninggal” (HR Ibnu Abi Dunya dan Al Dailami). Qadli Abu Bakar bin Al Araby berkata : Para Ulama’ mengatakan bahwa malam tersebut adalah Lailatul Qadar”. (Tafsir al-Qurtúbi, XVI/85)
حاشية الجمل ج 8 ص 323
(قَوْلُهُ: تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ) أَيْ تُعْرَضُ عَلَى اللهِ تَعَالَى وَكَذَا تُعْرَضُ فِي لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَفِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَاْلأَوَّلُ عَرْضٌ إجْمَالِيٌّ بِاعْتِبَارِ اْلأُسْبُوْعِ، وَالثَّانِي بِاعْتِبَارِ السَّنَةِ
“Amal-amal tersebut diperlihatkan kepada Allah, begitu pula pada malam Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar. Yang pertama (Senin-Kamis) merupakan laporan amal mingguan. Yang kedua dan ketiga (Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar) merupakan laporan amal tahunan”. (Chásyiyah al-Jamal, VIII/323)
Jawaban 29 c:
Pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban beserta macam-macam niatnya merupakan hasil ijtihad para ulama.
Dasar Pengambilan Hukum:
أسنى المطالب فى أحاديث مختلفة المراتب ص 234
وَأَمَّا قِرَاءَةُ سُوْرَةِ يس لَيْلَتَهَا بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَالدُعَاءِ الْمَشْهُوْرِ فَمِنْ تَرْتِيْبِ بَعْضِ أهْلِ الصَّلاَحِ مِنْ عِنْدِ نَفْسِهِ قِيْلَ هُوَ الْبُوْنِى وَلَا بَأْسَ بِمِثْلِ ذَلِكَ.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Asná al-Mathálib, 234)
فتح الملك المجيد للشيخ أحمد الديربى ص 19
(وَمِنْ خَوَاصِ سُوْرَةِ يس) كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ أنْ تَقْرَأَهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ اْلعُمْرِ وَالثَّانِيَةُ بِنيَّةِ دَفْعِ الْبَلاَءِ وَالثَّالِثَةُ بِنِيَّةِ اْلإسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ.
“Diantara keistimewaan surat Yasin, sebagaimana menurut sebagian para Ulama, adalah dibaca pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak 3 kali. Yang pertama dengan niat meminta panjang umur, kedua niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang lain”. (Fatchu al-Malik al-Majíd, 19)
تلخيص فتاوى ابن زياد ص 301
(مَسْئَلَةٌ) حَدِيْثُ يس لِمَا قُرِئَتْ لَهُ لاَ أَصْلَ لَهُ وَلَمْ أَرَ مَنْ عَبَّرَ بِأَنَّهُ مَوْضُوْعٌ فَيَحْتَمِلُ أنَهُ لاَ أصْلَ لَهُ فِى الصِّحَّةِ وَالَّذِىْ أعْتَقِدُهُ جَوَازُ رِوَايَتِهِ بِصِيْغَةِ التَّمْرِيْضِ نَحْوُ بَلَغَنَا كَمَا يَفْعَلُهُ أصْحَابُ الشَّيْخِ اِسْمَعيِلَ اْلَجْبَرِتى اهـ.
“Hadits yang berbunyi “Surat Yasin dapat dibaca sesuai dengan niat tujuannya” merupakan hadis yang tidak ada dasarnya, tetapi saya tidak menemui ulama yang mengatakannya sebagai hadis palsu. Bisa jadi yang dimaksud adalah hadis tersebut tidak shohih. Saya meyakini bahwa boleh meriwayatkan hadis tersebut dengan redaksi riwayat yang tidak tegas, seperti telah sampai pada kami sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Syeikh Ismail Al Jabraty dari Yaman.” (Talkhísh Fatáwá Ibnu Ziyád, 301)
Jawaban 29 d:
Hukum melakukan shalat sunnah mutlak pada malam Nishfu Sya’ban adalah mustahab (disunnahkan) karena Rasulullah e pernah melaksanakan shalat tersebut. Sementara jika shalat tersebut diniati nishfu sya’ban maka hukumnya haram, karena tidak ada tuntunan ibadah salat nishfu sya’ban. Bentuk salat sunah yang boleh dikerjakan pada malam Nishfu Sya’ban adalah salat sunah mutlak, salat Hajat, salat Tasbih, dan shalat apapun yang telah dilakukan oleh Rasulullah e.
Catatan:
Kedudukan hukum mustahab adalah satu tingkat di bawah hukum sunnah.
Dasar Pengambilan Hukum:
ذكريات ومناسبات لسيد محمد بن علوى الملكى ص 155-156
عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَارِثِ اَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ e مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُودَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ فَرَجَعَ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ وَفَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ: يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ e قَدْ خَاسَ بِكِ؟ قُلْتُ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنْ قُبِضْتَ طُوْلَ سُجُوْدِكَ، قَالَ: أَتَدْرِي أَيَّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ كَمَا هُمْ، رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ. وَقَالَ هَذَا مُرْسَلٌ جَيِّدٌ وَيُحْتَمَلُ أَنْ يَكُوْنَ الْعَلاَءُ أَخَذَهُ مِنْ مَكْحُوْلٍ
“Dari 'Ala' bin Charits bahwa Aisyah berkata: “Rasulullah bangun di tengan malam kemudian beliau salat, kemudian sujud sangat lama, sampai saya menyangka bahwa beliau wafat. Setelah itu saya bangun dan saya gerakkan kaki Nabi dan ternyata masih bergerak. Kemudian Rasul bangkit dari sujudnya setelah selesai melakukan shalatnya, Nabi berkata “Wahai Aisyah, apakah kamu mengira Aku berkhianat padamu?”, saya berkata “Demi Allah, tidak, wahai Rasul, saya mengira engkau telah tiada karena sujud terlalu lama.” Rasul bersabda “Tahukauh kamu malam apa sekang ini?” Saya menjawab “Allah dan Rasulnya yang tahu”. Rasulullah bersabda “ini adalah malam Nishfu Sya’ban, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memperhatikan hamba-hamba-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, Allah akan mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang meminta dikasihani, dan Allah tidak akan memprioritaskan orang-orang yang pendendam”. (HR Al Baihaqi fi Syuab Al Iman no 3675, menurutnya hadits ini Mursal yang baik)
Catatan:
1. Letak ke-mursal-an hadits tersebut karena Al ‘Ala’ bin Al Charits adalah seorang Tabiin yang tidak pernah berjumpa dengan Aisyah, prediksi Al Baihaqi menyebutkan Al ‘Ala’ memperoleh hadits tersebut dari gurunya, Makchul. Imam Achmad menilai Al ‘Ala’ sebagai orang yang sahih haditsnya. Abu Chatim berkata: Tidak ada murid Makchul yang lebih terpercaya dari pada Al ‘Ala’. Ibnu Hajar menyebut Al ‘Ala’ sebagai orang yang jujur dan berilmu fikih, tetapi ia dituduh pengikut Qadariyah. (Mausu’ah Ruwat Al Hadits)
2. Para Imam Madzhab, seperti Imam Syafii dan Imam Ahmad bin Hanbal mengkategorikan hadis Mursal sebagai hadis yang dapat diterima (Hadis Maqbul) bila memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya Sahabat atau Tabiin yang digugurkan dari sanad merupakan seorang yang dikenal kredibilitasnya, tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih shahih, dan lain sebagainya, sebagaimana yang tercantum dalam kitab-kitab Ulumul Hadits.
مجموع فتاوى ابن تيمية ج 2 ص 469
وَسُئِلَ عَنْ صَلاَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ؟ (الْجَوَابُ) فَأَجَابَ: إذَا صَلَّى اْلإِنْسَانُ لَيْلَةَ النِّصْفِ وَحْدَهُ أَوْ فِيْ جَمَاعَةٍ خَاصَّةٍ كَمَا كَانَ يَفْعَلُ طَوَائِفُ مِنْ السَّلَفِ فَهُوَ أَحْسَنُ. وَأَمَّا اْلاِجْتِمَاعُ فِي الْمَسَاجِدِ عَلَى صَلاَةٍ مُقَدَّرَةٍ. كَاْلاِجْتِمَاعِ عَلَى مِائَةِ رَكْعَةٍ بِقِرَاءَةِ أَلْفٍ: {قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ} دَائِمًا. فَهَذَا بِدْعَةٌ لَمْ يَسْتَحِبَّهَا أَحَدٌ مِنَ اْلأَئِمَّةِ. وَاللهُ أَعْلَمُ.
“Ibnu Taimiyah ditanyai soal shalat pada malam nishfu Sya’ban. Ia menjawab: Apabila seseorang shalat sunah muthlak pada malam nishfu Sya’ban sendirian atau berjamaah, sebagaimana dilakukan oleh segolongan ulama salaf, maka hukumnya adalah baik. Adapun kumpul-kumpul di masjid dengan shalat yang ditentukan, seperti salat seratus raka’at dengan membaca surat al Ikhlash sebanyak seribu kali, maka ini adalah perbuata bid’ah yang sama sekali tidak dianjurkan oleh para ulama”. (Majmú' Fatáwá Ibnu Taymiyyah, II/469)
فيض القدير ج 2 ص 302
(تَنْبِيْهٌ) قَالَ المَجْدُ ابْنُ تَيْمِيَّةَ لَيْلَةُ نِصْفِ شَعْبَانَ رُوِىَ فِى فَضْلِهَا مِنَ اْلأَخْبَارِ وَاْلأثَارِ مَا يَقْتَضِى أنَّهَا مُفَضَّلَةٌ وَمِنَ السَّلَفِ مَنْ خَصَّهَا بِالصَّلاَةِ فِيْهَا
“Ibnu Taimiyah berkata : Dari beberapa hadis dan pandapat para sahabat menunjukkan bahwa malam Nishfu Sya’ban memiliki keutamaan tersendiri. Sebagian ulama Salaf melaksanakan salat sunah secara khusus di malam tersebut”. (Faidl al-Qadír, II/302)
اعانة الطالبين ج 1 ص 271
قَالَ العَلاَّمَةُ الْكُرْدِى وَاخْتَلَفَ اْلعُلَمَاءُ فِيْهَا فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ لَهَا طُرُقٌ إذَا اجْتُمِعَتْ وَصَلَ الْحَدِيْثُ إلَى حَدٍّ يُعْمَلُ بِهِ فِى فَضَائِلِ اْلأَعْمَالِ وَمِنْهُمْ مَنْ حَكَمَ عَلَى حَدِيْثِهَا بِالْوَضْعِ وَمِنْهُمُ النَّوَوِى وَتَبِعَ الشَّارِحُ فِى كُتُبِهِ.
“Syeikh Al Kurdy berkata : Para Ulama berbeda pendapat mengenai hadis-hadis yang berhubungan dengan salat sunah malam Nishfu Sya’ban, diantara para ulama ada yang mengatakan bahwa hadis tersebut (meskipun Dloif) memiliki banyak jalur riwayat, yang secara keseluruhan (akumulasi) hadis tersebut boleh dilaksanakan dalam hal Fadlailul A’mal (naik peringkat menjadi hadis hasan lighairihi). Diantara ulama yang lain menghukuminya sebagai hadis palsu, seperti Imam Nawawi dan Syekh Zainuddin Al Malibary”. (I'ánah al-Thálibín, I/271)

(ملخصا من كنز النجاح والسرور)
Disadur dari kitab Kanzun Najaah was suruur (( ليلة النصف من شعبان))
Malam tanggal 15 Sya'ban (malam ahad) يسن احيائها ولو بصلاة العشاء والفجر في جماعة ويسن صيام نهارها
Disunnahkan menghidupkan malam itu (minimal) dengan berjama'ah isya&shubuhd. ويسن صيام نهارها
sunna puasa di hari itu وينبغي عمل الآتي ذكره إما بعد العصر كعمل أهل تريم أو بعد المغرب.
Dianjurkan mengamalan hal2 berikut, bisa setelah asar atau stlh maghrib. Sbgmn tradisi ulama' Tarim أولا قراءة سورة يس ثلاث مرات
الأولى:بنية طول العمر مع التوفيق للطاعه
* Membacaan surat Yasiin sebanyak 3x
Yang pertama dengan niat panjang umur penuh taufiq utk taat.

الثانية:بنية العصمة من الآفات والعاهات ونية سِعَة الرزق
Kedua,niat agar terhindar dari berbagai petaka & musibah-musibah & niat dilapangkan rizqi الثالثة:بنية الإستغناء عن الناس و لغنى القلب وحُسن الخاتمة
Ketiga, niat agar mendapat kecukupan dari manusia(kaya dhohir), kaya hati & niat agar wafat khusnul khotimah. وكلما تقرأ السورة مرة تقرأ بعدها هذا الدعاء مرة
Di setiap selesai baca surat Yasiin sekali, baca pula do'a dibawah ini. (بسم الله الرحمن الرحيم، وَصلّى اللهُ عَلَى سيدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلهِ وصحبِه وسلّم، اللَّهُمَّ يَا ذَا المنّ ولاَ يُمَنُّ عليهِ، يَا ذا الجلال ِالإكرامِ، يَا ذا الطّوْلِ والإنعَامِ، لاَ إلهَ إلا أنتَ ظهرَ الـَّلاجينَ، وجَارَ المُستَجِيرِينَ، ومأْمنَ الخَائفينَ. اللَّهُمَّ إن كنتَ كَتَبتنِي عندَكَ في أُمِّ الكتَابِ شقيِّاً أوْ محرُوماً أوْ مطرُوداً أوْ مقتَّراً عليَّ في الرّزْقِ فَاْمحُ اللَّهُمَّ بفضلكَ شقاوَتي وحرماني وَطرْدِي وإقْتَارَ رِزْقِي، وأثبتني عندَك في أُمِّ الكتَابِ سعيداً مرْزوقاً موفقاً للخيرَاتِ؛ فإنّكَ قلتَ وقوْلُكَ الحق في كتابك المنزلِ، على لسَانِِ نبيّكَ المرْسلِ:  يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ ، إلهي بالتَّجلي الأعظم، في ليلةِ النصف منْ شعبانَ المكرَّمِ ، التي يفرَقُ فيها كلُّ أمرٍ حكيم ويُبرَمْ، أسألك أنْ تكشفَ عنَّا منَ البَلاءِ مَا نعلمُ وما لا نعلم ، ومَا أنتَ بهِ أعلمُ ، إنكَ أنتَ الأعزُّ الأكرَمُ ، وصلّى اللهُ تعالَى على سيدِنا محمدٍ وعَلَى آلهِ وصحبهِ وَسلَّم) ثم تدعو بهذا الدعاء (عشر مرات) يحصل المراد إن شاء الله تعالى، وهو:
Lalu baca doa brikut sebanyak 10x, niscaya dengan izin Allah akan mendapatkan segala keinginan (asalkan bukan ma'siat) (إلهي جُودُكَ دَلّني عليكَ، وإحسانُك قََرَّبني إليكَ، أَشكو إِليك مَا لاَ يخفَى عليكَ، وأَسأَلكَ مَا لاَ يعسرُ عليكَ؛ إذْ عِلْمكَ بحالي يكفي عن سؤَالي، يا مفرِّج كرْب المكرُوبينَ، فرِّجْ عنِّي مَا أَنا فيهِ، لاَ إلهَ إلاَ أنتَ سبحانكَ إنِّي كنتُ منَ الظَّالمينَ، فاستجبنا له وَنجّيناهُ منَ الغِّم وَكذلكَ نُنْجِي المؤْمنينَ. اللَّهُمَّ يا ذَا المنِّ وَلا يُمَنُّ عليهِ، يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكرَامِ، يَا ذَا الطَّولِ وَالإِنعَامِ، لاَ إلهَ إلاّ أنتَ ظَهَرَ اللاجِينَ، وَجَارَ المُستَجِيرِينَ، وَمَأْمنَ الخائفينَ، وَكنزَ الطّّالبينَ. اللَّهُمَّ إن كنت كتبتني عندَكَ في أُمِّ الكتابِ شقياَ أوْ محرُوماً أوْ مطرُوداً، أوْ مقتَّراً عليَّ في الرِّزْقِ؛ فاْمحُ اللَّهُمَّ بِفَضلكَ شقاوَتِي وحِرْمَاني وَطَرْدِي وَإقتارَ رِزقي، وَأثبتني عندَكَ في أُمِّ الكتابِ سعيداً مرْزُوقاً موفقاً للخيرَاتِ، فإِنكَ قلتَ وَقوْلكَ الحقُّ في كتابِكَ المنزلِ، عَلَى لسانِ نبيِّكَ المرْسلِ:  يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ . أَسألكَ اللَّهُمَّ بحقِّ التَّجلّي الأعظم، في ليلة النصْفِ منْ شهر شعبانَ المكرَّم، التي يُفْرَق فيها كلُّ أمرٍ وَيُبرَمَ، أن تكشفَ عّنا منَ البلاءِ ما نعلم وما لا نعلم، ومَا أنتَ بهِ أعلمُ، إنكَ أنتَ الأعزُّ الأكرمُ، وَصلى اللهُ تعالَى عَلَى سيدِنَا محمدٍ وَعَلَى آله وَصحبهِ وسلمَ) ثم دعاء سيدي عبد القادر الجيلاني، قدّس الله سره،وهو:
Kemudian do'a yg biasa dibaca Syeikh Abd. Qodir Al-Jaelani ra : (اللَّهُمَّ إذ أطْلَعْتَ ليلةَ النصف منْ شعبان علَى خلقكَ، فَعُدْ علينَا بمنِّكَ وَعتقكَ، وقدِّر لنا منْ فضلكَ واسعَ رزْقكَ، واجعلنَا ممنْ يقومُ لكَ فيهَا ببعضِ حقّكَ. اللَّهُمَّ مَنْ قضيتَ فيهَا بوَفَاتِه فَاقضِ معَ ذَلكَ له رَحمتَكَ، ومنْ قدَّرْتَ طولَ حياتهِ فاْجعلْ له معَ ذَلكَ نعمتكَ، وبلِّغنا مَالاَ تبلُغ الآمالُ إليهِ، يا خيرَ منْ وَقفتِ الأقدَامُ بينَ يدَيهِ يَا ربَّ العَالمينَ، برَحمتكَ يَا أرْحم الرَّاحمِينَ، وَصلّى اللهُ تعالَى عَلَى سيدِنا محمدٍ خيرِ خلقهِ وَعَلَى آَلهِ وَصحبهِ أَجْمَعِينَ) ثم دعاء جامع شامل جمعه الحبيب حسن بن عبدالله الحداد رحمه الله
Kemudian berdo'a dg doa komplit yg diramu Al-Habib Hasan bin al Imam Abdullah Al-Haddad ra (بسمِ اللهِ الرَّحمن الرَّحيم، اللَّهُمَّ يا ذا المَنّ ولا يُمَنُّ عليكَ، يا ذَا الجَلال والإِكرَام، يا ذَا الطَّولِ والإنعام، لا إلهَ إلاّ أنتَ ظَهَرَ اللاجينَ، وجَارَ المستجيرينَ، ومأمنَ الخائفين. اللَّهُمَّ إنْ كنتَ كتبتنِي عندَكَ في أُمِّ الكتابِ شقيّاً أوْ محروماً أوْ مقتَّراً عَلَيَّ في الرِّزْقِ فامح منْ أُمِّ الكتابِ شقاوتي وحرْماني وتقتير رِزْقي، وأثبتني عندَكَ سعيداً مرْزُوقاً موفقاً للخيرَاتِ، فإنكَ قلتَ وقوْلكَ الحقُّ في كِتابكَ المنزَل، عَلَى نبيكَ المرْسلِ  يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ ، إلهي بالتجلِّي الأعظم، في ليلةِ النصفِ من شَعْبَانَ المُكَرَّمِ؛ الَّتي يُفَرقُ فِيهَا كل أمرٍ حَكيمٍ ويُبرَمُ، اكشفْ عني مِنَ البلاءِ مَا أعلمُ ومَا لاَ أعلمُ، واغفرْ لي مَا أنتَ بِهِ أعلمُ. اللَّهُمَّ اجعلني منْ أعظم عبَادكَ حظّاً ونصيباً في كلِّ شَيْءٍ قسمْتَهُ في هذِهِ الليلةِ منْ نورٍ تَهدي بِه، أوْ رَحمةٍ تنشرُها، أو رِزْقٍ تبسطُه، أوْ فضلٍ تقَسمه عَلَى عبَادكَ المؤمنينَ، يَا اللهُ، يا اللهُ، لاَ إلهَ إلاّ أنتَ. اللَّهُمَّ هَبْ لي قلباً تَقيَّاً نَقِيّاً، منَ الشرْكِ برِياً، لاَ كَافراً ولا شقيّاً، وقلباً سليماً خَاشعاً ضَارعاً. اللَّهُمَّ أملأ قلبِي بنورِكَ وأنوَارِ مشاهدَتكَ، وجمالكَ وكمالكَ ومحبتكَ، وعصمتكَ وقدْرتكَ وعلمِك، يَا أرْحمَ الراحمينَ، وصلى الله تعَالَى عَلى سيدِنا محمدٍ وعلَى آلهِ وصحبهِ وسلمَ)، هذَا أقلّهُ
Di atas adalah minimalnya.

وأكملُهُ:
Sedang yang lebih sempurnanya adalah sbt : (إلهي) تعرَّض إليك في هذِهِ الليلةِ المتعرِّضون، وقصدَك وأمَّلَ معرُوفكَ وفضلكَ الطالبون، ورَغِبَ إلىَ جُودِكَ وكَرَمكَ الرَّاغبونَ، ولكَ في هذِهِ الليلةِ نفحاتٌ، وعطَايا وجوائز ومَواهبُ وهباتٌ، تَمُنُّ بها على منْ تشاءُ منْ عبَادِكَ، وتخصُّ بها منْ أحببتَه من خلقكَ، وتمنع وتحرِمُ منْ لمْ تسبقْ لهُ العنَايةُ منكَ؛ فأسألك يا اللهُ بأَحبِّ الأسماءِ إليكَ، وأكرم الأنبياءِ عليكَ، أن تجعلني ممنْ سبقتْ لهُ منكَ العنايةُ، واجعلني منْ أوفرِ عبادِكَ، وأجزَل خلقكَ حَّظاً ونصيباً وقِسْماً وهِبَةً وعطيةً، في كلِّ خير تقسمهُ في هذِهِ الليلةِ أوْ فيما بعدَهَا، من نور تهدِي به؛ أوْ رحمةٍ تنشرهَا، أو رزْقٍ تبسُطه، أو ضُرٍّ تكشِفُه، أوْ ذَنبٍ تغفرُهُ، أوْ شدَّةٍ تدفعها، أو فتنةٍ تصرفها، أوْ بلاءٍ ترْفعهُ، أو معافاةٍ تَمُنُّ بها، أو عدُوٍّ تكفيهِ، فاكفني كلَّ شرٍّ، ووفقني اللَّهُمَّ لمكَارم الأخلاقِ، وارْزُقني العافيةََ والبركةَ والسَّعةَ في الأرزاقِ، وسلِّمني من الرِّجزِ والشرك والنفاق، (اللَّهُمَّ) إنَّ لك نَسَماتِ لطفٍ إذَا هبَّت على مرِيضِ غفلةٍ شَفَتْه؛ وإنِّ لكَ نفحاتِ عطفٍ إذَا توجَّهَتْ إلى أسيرِ هوىً أطلقتهُ، وإنَّ لكَ عناياتٍ إذَا لاحَظَتْ غريقاً في بحرِ ضلالَةٍ أنقذَتهُ، وإنَّ لَكَ سعاداتٍ إذا أخذَتْ بيدِ شقيٍّ أسعدَتهُ، وإن لكَ لطائفُ كَرَمٍ إذا ضاقتِ الحيلةُ لمذْنبٍ وسِعَته، وإنَّ لكَ فضائل ونعم إذا تحوّلت إلى فاسدٍ أصلَحَته، وإن لك نظراتِ رحمةٍٍ إذا نظرتَ بها إلى غافلٍ أيقظته، فَهَبْ لي اللَّهُمَّ منْ لطفك الخفي نسمةً تشفي مَرَضَ غفلتي، واْنفحني منْ عطفكَ الوفيّ نفحةً طيبةً تُطلق بها أسري منْ وَثاقِ شهوَتي، واْلحظني واحفظني بعين عنايتك ملاحظةً تُنقِذُني بها وتنجني بها منْ بحرِ الضَلالةِ، وآتِني منْ لدُنْكَ رَحمةً في الدُّنْيَا والآخرَةِ، تبدّلُني بهَا سعَادَةً منْ شقَاوةٍ، واْسمعْ دُعائي، وعجّلْ إجَابتي، واْقضِ حَاجتي وعَافني، وهَبْ لي منْ كرَمكَ وجُودِكَ الواسِع مَا ترْزُقني بِهِ الإِنَابَةَ إليك مَع صدْقِ اللّجَاءِ وقبولِ الدُّعَاءِ، وأهِّلني لقرْعِ بَابكَ للدُّعَاءِ يَا جَوادُ؛ حتى يتصلَ قلبي بمَا عندَكَ، وتُبَلّغني بها إلى قَصْدك يا خيرَ مقصود، وأكْرَمَ معْبود. ابْتهالِي وتضرُّعي في طَلبِ معُونتكَ(2)، وأتَّخِذُكَ يَا إلهي مفزَعاً وملجأً، أَرْفعُ إليكَ حَاجتِي ومطالبي وشكوَاي، وأُبدِي إليكَ ضُرِّي، وأُفوّضُ إليكَ أمرِي ومناجَاتي، واْعتمدُ عليكَ في جميعِ أُمورِي وحَالاَتي. (اللَّهُمَّ) إني وهذِهِ الليلَة خلقٌ منْ خلقكَ فَلا تُبلِني فيها ولاَ بَعدَها بسوءٍ ولاَ مكرُوه، ولاَ تقِّدر عَلَيَّ فيهَا معصيةًً ولاَ زَلةً، ولا تُثْْبِتْ عَلَيَّ فيهَا ذَنباً، ولا تُبْلِني فيهَا إلاّ بالتي هيَ أحسنُ، ولاَ تُزَيِّنْ لي جرَاءَةً على محَارِمكَ، ولا ركوناً إلى معصيتكَ، ولا ميلاً إلى مخَالفتكَ، ولا تَرْكاً لطاعتكَ، ولا اْستخفَافاً بحقكَ، ولا شكّاً في رزْقكَ؛ فأَسألكَ (اللَّهُمَّ) نظرَةً منْ نظرَاتكَ ورَحمةً من رَحَماتكَ، وعطيةً منْ عطِيَّاتكَ اللطيفةِ، وارْزُقني منْ فضلكَ، واكفني شرَّ خلقكَ، وأحفظْ عليَّ دِينَ الإسلامِ، وانظرْ إلينا بعينكَ التي لا تنامُ، وآتنا في الدُّنيَا حسنةً وفي الآخرةِ حسنةً وقنا عذَابَ النار (ثلاثاً)، (إلهي) بالتَّجلِّي الأعظم، في ليلةِ النصفِ من شعبانَ الشهرِ الأكرَم، التي يُفـْْرَقُ فيهَا كل أمرٍ حكيمٍ ويُبرَمُ، اكشفْ عنا منَ البلاءِ ما نَعلم ومَا لاَ نعلمُ، واغفرْ لنا مَا أنت بهِ أعلمُ (ثلاثاً)، (اللَّهُمَّ).0 إني أَسألك من خير ما تعلم، وأعوذ بك من شرّ ما تعلم، وأستغفرُكَ منْ كلِّ مَا تعلمُ؛ إنكَ أَنتَ عَّلامُ الغيوبِ، (اللَّهُمَّ) إني أسأَلكَ منْ خيرِ مَا تعلم وما لا أعلمُ، وأستغفرُكَ لِمَا أعلمُ ومَا لا أعلم، (اللَّهُمَّ) إنَّ العلمَ عندَكَ وهوَ عنا محجوبٌ، ولاَ نعلمُ أمراً نختارُهُ لأنفسِنا، وقدْ فوَّضنا إليكَ أُمورَنا، ورَفعنا إليكَ حَاجاتنا، ورَجوناكَ لفاقاتنا وفقرِنا، فأرْشدْنا يَا اللهُ، وثَبِّتنا ووفقنا إلىَ أحبّ الأُمورِ إليكَ، وأحمَدِها لدَيكَ، فإنَّك تحكم بما تشاء وتفعلُ مَا ترِيدُ، وأنتَ علَى كلِّ شَيْءٍ قديرٌ، ولا حَوْلَ ولاَ قوَّةَ إلاّ باللهِ العليِّ العظيم، سبحانَ رَبكَ رَبِّ العزَّةِ عما يصفون، وسَلامٌ عَلَى المرْسلين، والحمدُ للهِ رَب العَالمين، وصلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سيدِنَا محمدٍ وعَلَى آلهِ وصحبهِ وسلمَ وعليك بالإكثار من قول
* Perbanyak pula berdoa sbt
(اللَّهُمَّ إنك عفوٌّ كريمٌ تحبُّ العفوَ فاعفُ عنِّي، اللَّهُمَّ إني أسألك العفوَ والعافِيةَ والمعَافَاةَ الدَّائمةََ في الدِّينِ وَالدُّنيَا والآخرةِ)
ومن أوْلى ما يُدعى به أيضاً ما رواه جمعٌ بسندٍ لا بأس به عن أبي بَرْزة قال:
Dan doa2 yg utama juga utk dibaca sbgmn disusun oleh ulama' dengan sanad dari Abi Barzah, قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
Bersabda Rosul Saw
((لما هَبَط آدم إلى الأرض طاف بالبيت أسبوعاً وصلى خلف المقام ركعتين،
Ketika Allah menurunkan Nabi Adam ke bumi,beliau berthowaf di Ka'bah selama 1 minggu , beliau sholat 2 roka'at di tempat yaitu belakang maqom (sekarang)
ثم قال:
Lalu berdoa ;
اللَّهُمَّ إنكَ تعلمُ سرِّي وعلاَنِيتي فَاقْبَلْ معذِرَتي، وتعلم حَاجتي فَأعطني سُؤْلي، وتعلمُ مَا في نفسي فَاغفرْ لي ذَنبي، اللَّهُمَّ إني أسألك إيمَاناً يبَاشِرُ قلبِي، ويقيناَ صَادِقاًََ حَتَّى أَعلمَ أَنهُ لا يصيبني إلاّ ما كتبتَ لي، وَرَضِّني بقضَائِكَ. فأوْحَى الله إليهِ: يَا آدَمُ، إنكَ دَعْوتني بدُعاَءٍ فَاستجبتُ لكَ فيهِ، ولن يدْعوَني بِه أَحدٌ منْ ذُرّيتكَ منْ بعدِكَ إلاّ استجبتُ لهُ ، وغفْرتُ لهُ ذَنْبَهُ، وَفرَّجتُ همَّهُ وغمّه، واْتـَّجرْت لهُ منْ وَرَاءِ كلِّ تاجرٍ، وأَََتتـْْهُ الدُنيَا رَاغِمَة وإنْ كَانَ لا يريدُهَا) (فائدة)
Satu faedah
ذكر بعض الصالحين:
Disebutkan oleh sebagian sholihin
أن من قرأ
Sungguhnya siapapun yang membaca...
لَّا إلَهَ إِلَّآ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِن الظَّالِمِين ليلة النصف من شعبان بعدد حروف
pada malam nisyfu Sya'ban sesuai jumlah huruf-hurufnya yaitu sebanyak 2375x فإن تلاوة هذه الآية في هذه الليلة بالعدد المذكور تكون أماناً في ذلك العام من البلايا والأوهام
Yang notabenenya pembacaan ayat tersebut dimalam nisyfu Sya'ban sesuai dengan jumlah yang telah disebutkan,niscaya akan menjadi keamanan pada tahun tersebut dari segala bala' musibah & kesumpekan-kesumpekan والأولى للإنسان أن يصلي في هذه الليلة صلاة التسابيح التي علَّمها النبي صلى الله عليه وسلم لعمّه العباس رضي الله تعالى عنه ، ولغيره من أقاربه صلى الله تعالى عليه وسلم، وصفتها مذكورة في كتب الفقه فاطلبها، وبالله التوفيق
alangkah baik di mlm tsb melaksanakan sholat tasbih yang diajarkan Nabi Saw kepada paman beliau Sayyiduna Abbas ra & kerabat lainnya..