Selasa, 11 April 2017

MEMBALAS KEBAIKAN ORANG LAIN

00.41.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Semoga dengan merenungkan hadits² berikut ini yang dibawakan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod, kita bisa menjadi orang yang selalu membalas budi orang lain terutama pada orang tua dan orang yang telah memberikan kita banyak ilmu dalam masalah akhirat. Janganlah sampai kita melupakan hal ini..

Siapa yang Memperoleh Kebaikan Orang Lain Hendaklah Membalasnya

Hadits Pertama

Dari Jabir bin Abdillah Al Ansahary, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرْوُفٌ فَلْيُجْزِئْهُ، فَإِنْ لَمْ يُجْزِئْهُ فَلْيُثْنِ عَلَيْهِ؛ فَإِنَّهُ إِذَا أَثْنَى عَلَيْهِ فَقَدْ شَكَرَهُ، وَإِنْ كَتَمَهُ فَقَدْ كَفَرَهُ، وَمَنْ تَحَلَّى بَمَا لَمْ يُعْطَ، فَكَأَنَّمَا لَبِسَ ثَوْبَيْ زُوْرٍ

“Siapa yang memperoleh kebaikan dari orang lain, hendaknya dia membalasnya. Jika tidak menemukan sesuatu untuk membalasnya, hendaklah dia memuji orang tersebut, karena jika dia memujinya maka dia telah mensyukurinya. Jika dia menyembunyikannya, berarti dia telah mengingkari kebaikannya. Seorang yang berhias terhadap suatu (kebaikan) yang tidak dia kerjakan atau miliki, seakan-akan ia memakai dua helai pakaian kepalsuan.”

[Shahih Takhrijut Targhib (2/55), Ash Shahihah (617): Tirmidzi: 25 -Kitab Al Birr wash Shilah, 87 -Bab Maa Jaa-a fii Man Tasyabba’a bimaa Lam Yu’thihi].

Hadits Kedua

Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

من استعاذ بالله فأعيذُوهُ ومن سأل بالله فأعطوه، ومن أتى إليكم معروفاً فكافئوه، فإن لم تجدوا، فادعوا له، حتى يعلم أن قد كافأتموه

“Siapa yang memohon perlindungan dengan mengatasnamakan Allah , maka lindungilah dia. Dan siapa yang meminta dengan mengatasnamakan Allah, maka berilah ia. Dan siapa yang berbuat baik kepadamu, balaslah kebaikannya. Jika tidak mampu, maka doakanlah dia sampai dia tahu bahwa kalian telah memberinya yang setimpal.”

[Shahih Ash Shahihah (254): Abu Dawud: 9 -Kitab Az Zakah, 38 -Bab ‘Athiyatu Man Sa-ala billah].

Siapa yang Tidak Mampu Membalas Kebaikan Orang Lain Hendaklah Dia Mendo’akan Kebaikan Bagi Orang Tersebut

Dari Anas, ia berkata, “Kaum Muhajirin berkata, “Wahai rasulullah! Apakah kaum Anshar telah memborong seluruh pahala (atas kebaikan yang mereka berikan kepada kami)?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak. Selama kalian mendo’akan kebaikan kepada mereka dan kalian memuji atas kebaikan yang mereka berikan.”

[Shahih At Ta’liq Ar Raghib: (2/56): Abu Dawud: 40 -Kitab Al Adab, 11 -Bab Fii Syukril Ma’ruf. Tirmidzi: 35-Kitab Al Qiyamah, 44 -Bab Haddatsana Al Husain ibnul Hasan].

Seorang yang Tidak Mensyukuri (Berterima Kasih pada) Manusia Belum Merealisasikan Syukur pada Allah

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ

”Seorang belum merealisasikan rasa syukur kepada Allah selama ia tidak mampu bersyukur (berterimakasih) atas kebaikan orang lain terhadap dirinya.”

[Shahih Ash Shahihah (416)]

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

FAEDAH SURAT AL MULK: TANDA KEKUASAAN ALLAH PADA BURUNG

00.29.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Pada tausiah pagi ini, kita akan melanjutkan kembali pembahasan tafsir surat Al Mulk mulai dari ayat 16. Semoga bermanfaat..

Allah Ta’ala berfirman,

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba² bumi itu bergoncang? Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku?” (QS. Al Mulk: 16-17)

Di antara faedah ayat di atas:

Siksaan Akibat Mendustakan Peringatan Allah

Ayat di atas menunjukkan akibat yang diperoleh di dunia sebelum di akhirat bagi siapa saja yang mendustkan peringatan Allah. Allah boleh jadi akan menjungkir balikkan bumi bersama mereka atau mendatangkan badai yang berbatu, atau pun siksaan pedih lainnya. Oleh karena itu, hendaknya setiap orang itu waspada dari mendurhakai dan mendustakan peringatan Allah Ta’ala.

Keyakinan Ahlus Sunnah, Allah Di Atas Langit

Dua ayat di atas menunjukkan dengan tegas bahwa Allah di atas langit.

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

"Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit?"

أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

"Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang (berada) di atas langit?"

Menurut Ahlus Sunnah, kalimat (فِي السَّمَاءِ) ada dua makna:

• Fi di sini bermakna ‘ala, artinya di atas. Sehingga makna fis sama’ adalah di atas langit.

• Sama’ di sini bermakna ketinggian (al ‘uluw). Sehingga makna fis sama’ adalah di ketinggian.

Dua makna di atas tidaklah bertentangan. Sehingga dari sini jangan dipahami bahwa makna “fis samaa’ (di langit)” adalah di dalam langit sebagaimana sangkaan sebagian orang. Makna “fis samaa’ ” adalah sebagaimana yang ditunjukkan di atas, yaitu di atas langit atau di ketinggian.

Bandingkanlah saat ini dengan aqidah sebagian orang yang menyatakan bahwa Allah ada di mana-mana, atau ada di setiap hati manusia. Aqidah semacam ini jika tidak lepas dari aqidah kufur dan menyesatkan. Padahal, perlu diketahui bahwa aqidah Allah di atas langit adalah aqidah keempat imam madzhab. Di antaranya kita dapat melihat pada pernyataan Imam Asy Syafi’i rahimahullah.

Syaikhul Islam berkata bahwa telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la Al Kholil bin Abdullah Al Hafizh, beliau berkata bahwa telah memberitahukan kepada kami Abul Qosim bin Alqomah Al Abhariy, beliau berkata bahwa Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Roziyah telah memberitahukan pada kami, dari Abu Syu’aib dan Abu Tsaur, dari Abu Abdillah Muhammad bin Idris Asy Syafi’i (yang terkenal dengan Imam Syafi’i), beliau berkata,  “Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya : “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Lalu Imam Asy Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya, namun walaupun begitu Allah pun dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” Kemudian beliau rahimahullah menyebutkan beberapa keyakinan (i’tiqod) lainnya.

Bahkan sebagian ulama besar Syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al Qur’an ada 1000 dalil atau lebih yang menunjukkan Allah itu berada di ketinggian di atas seluruh makhluk-Nya. Dan sebagian mereka lagi mengatakan ada 300 dalil yang menunjukkan hal ini.”

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

“Dan sesungguhnya orang² yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul²-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku.” (QS. Al Mulk: 18)

Di antara faedah ayat di atas:

Setiap Pembawa Peringatan Ada Yang Akan Mendustakan

Ayat ini menunjukkan bahwa orang² terdahulu sering mendustakan para rasul. Padahal akhlaq para rasul sungguh mulia. Namun meskipun begitu mereka masih tetap didustakan. Akibatnya, Allah pun menjadi murka.

Begitu pula dengan penyampai dakwah pasti juga akan mengalami hal semacam itu, mereka pun pasti akan mendapatkan banyak pro-kontra. Apalagi ditambah dengan akhlaq yang buruk yang jauh dari tuntunan para rasul, justru seperti ini akan semakin ditentang dan ditentang.

Allah Ta’ala berfirman,

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung² yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (QS. Al Mulk: 19)

Di antara faedah ayat di atas:

Tanda Kekuasaan Allah pada Burung²

Ayat ini menunjukkan tanda kekuasaan Allah yang dapat membuat seekor burung mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di udara. Ayat ini serupa dengan firman Allah Ta’ala,

أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Tidakkah mereka memperhatikan burung² yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar² terdapat tanda² (kebesaran Tuhan) bagi orang² yang beriman.” (QS. An Nahl: 79) 

Tanda² ini agar setiap hamba dapat mengambil pelajaran darinya.

Allah Maha Melihat

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha Melihat segala perbuatan makhluk. Allah Ta’ala juga Maha Melihat manakah maslahat yang terbaik bagi makhluk.

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

KUNCINYA, ORANG TUA PUN HARUS SHOLEH

00.15.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Mungkin satu hal yang sering dilupakan oleh kita. Diisyaratkan oleh orang² sholeh terdahulu (salafush sholeh) bahwa sebenarnya amalan orang tua juga bisa berpengaruh pada kesholehan anaknya. Orang tua yang sholeh akan memberi kemanfaatan kepada anaknya di dunia bahkan tentu saja di akhirat. Sebaliknya, orang tua yang gemar berbuat maksiat akan memberi pengaruh jelek dalam mendidik anak.

Oleh karena itu, hendaklah orang tua yang menginginkan kesholehan pada anaknya untuk giat melakukan amal sholeh yang di dalamnya terdapat keikhlasan dan senantiasa mengikuti contoh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kisah Dua Anak Yatim

Alangkah baiknya kita memperhatikan kisah Musa dan Khidz ini dengan seksama. Semoga kita bisa menggali pelajaran berharga di dalamnya..

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu.” (QS. Al Kahfi : 82)

Suatu saat Nabi Musa dan Khidr ‘alaihimas salam melewati suatu perkampungan. Lalu mereka meminta kepada penduduk di kampung tersebut makanan dan meminta untuk dijamu layaknya tamu. Namu penduduk kampung tersebut enggan menjamu mereka. Lalu mereka berdua menjumpai dinding yang miring (roboh) di kampung tersebut. Khidr ingin memperbaikinya. Kemudian Musa berkata pada Khidr,

لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا

“Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” (QS. Al Kahfi: 77).

Namun apa kata Khidr? Khidr berkata,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh.” (QS. Al Kahfi : 82)

Lihatlah..!! Allah Ta’alaa telah menjaga harta dan simpanan anak yatim ini, karena apa? Allah berfirman (yang artinya), “sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh.” Ayahnya memberikan simpanan kepada anaknya ini, tentu saja bukan dari yang haram. Ayahnya telah mengumpulkan harta untuk anaknya dari yang halal, sehingga karena kesholehannya ini Allah juga senantiasa menjaga anak keturunannya. Bukankah begitu?!

Hendaknya Orang Tua Senantiasa Memperhatikan yang Halal dan Haram

Oleh karena itu, hiasilah diri dengan amal sholeh bukan dengan berbuat maksiat. Carilah nafkah dari yang halal bukan dari yang haram. Perbaguslah makanan, minuman, dan pakaianmu hingga kita menengadahkan tangan untuk berdo’a pada Allah dengan tangan yang suci, hati yang bersih, maka niscaya jika kita melakukan amal sholeh semacam ini, Allah akan senantiasa mengabulkan permintaan kita ketika kita berdo’a untuk kesholehan anak kita. Tentu dengan demikian Allah akan memperbaiki dan membuat sholeh dan memberkahi mereka.

Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang² yang bertaqwa.”
(QS. Al Ma’idah : 27)

Cobalah kita renungkan, bagaimana mungkin do’a kita bisa diijabahi sedangkan hasil usaha, makan dan minum yang kita peroleh berasal dari perbuatan menipu orang lain, korupsi, dan perbuatan maksiat lainnya atau mungkin dengan berbuat syirik?! Tidakkah kita merenungkan, bagaimana do’a kita bisa diijabahi sedangkan pakaian kita saja berasal dari yang haram?!

Sebaik-Baik Teladan adalah Salafush Sholeh Terdahulu

Perhatikanlah perkataan salafush sholeh berikut ini.. Semoga Allah senantiasa memberi petunjuk kepada kita untuk senantiasa beramal sholeh..

Sebagian mereka berkata, “YA BUNAYYA LA’AZIDUNNA FI SHOLATI MIN AJLIKA.. [Wahai anakku, sungguh aku menambah shalatku karena untukmu].”

Sebagian ulama mengatakan, “Maksudnya adalah aku memperbanyak shalat dan memperbanyak do’a kepadamu wahai anakku dalam setiap shalatku.”

Jika orang tua senantiasa merutinkan mentadaburi kitabullah, membaca surat Al Baqarah, dan Surat Al Falaq, An Naas (Al Maw’idzatain), atau amalan lainnya, niscaya malaikat akan turun di rumah mereka tersebut karena sebab dihidupkannya bacaan kitab suci Al Qur’an, bahkan setan pun akan kabur dari rumah yang senantiasa dirutinkan amalan semacam ini. Tidak diragukan lagi bahwasanya turunnya malaikat akan menghadirkan ketenangan dan mendatangkan rahmat. Hal ini sudah barang tentu akan memberi pengaruh yang baik pada anak dan mereka niscaya akan mendapat keselamatan. Adapun hal ini sampai dilalaikan oleh orang tua, maka akan berakibat sebaliknya. Setan malah akan senang menghampiri rumah tersebut karena rumah semacam ini tidak dihidupkan dengan dzikir pada Allah. Malah rumah ini dihiasi dengan berbagai gambar makhluk bernyawa, music dan hal² yang terlarang lainnya.

Marilah kita selaku orang tua mengintrospeksi diri. Hiasilah hari² kita dengan gemar mentadaburi kitabullah. Hiasilah rumah kita dengan lantunan ayat suci Al Qur’an. Hiasilah hari² kita dengan puasa sunnah, shalat sunnah, shalat malam dan amalan taat lainnya. Jauhilah berbagai macam maksiat dan perbuatan² terlarang yang memasuki rumah kita.

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa memberkahi pendengaran, penglihatan, istri dan anak-anak kita..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..