Kamis, 24 November 2016

ARTI LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BILLAH

01.13.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Kalimat “laa hawla wa laa quwwata illa billah” adalah kalimat yang berisi penyerahan diri dalam segala urusan kepada Allah Ta’ala. Hamba tidaklah bisa berbuat apa² dan tidak bisa menolak sesuatu, juga tidak bisa memiliki sesuatu selain kehendak Allah.

Ada ulama yang menafsirkan kalimat tersebut, “Tidak ada kuasa bagi hamba untuk menolak kejelekan dan tidak ada kekuatan untuk meraih kebaikan selain dengan kuasa Allah.”
Ulama lain menafsirkan, “Tidak ada usaha, kekuatan dan upaya selain dengan kehendak Allah.”

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.”

Imam Nawawi menyebutkan berbagai tafsiran di atas dalam Syarh Shahih Muslim dan beliau katakan, “Semua tafsiran tersebut hampir sama maknanya.” (Syarh Shahih Muslim 17: 26-27)

Dalam penjelasan Safinah An Najah, Imam Nawawi Al Bantani rahimahullah menyebutkan arti kalimat tersebut,

لاَ يَحُوْلُ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَةِ اللهِ إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ

“Tidak ada yang menghalangi dari maksiat pada Allah melainkan dengan pertolongan Allah. Tidak ada pula kekuatan untuk melakukan ketaatan pada Allah selain dengan pertolongan Allah.” (Kasyifah As Saja Syarh Safinah An Najaa hlm.33)

Kalimat ini adalah kalimat yang ringkas, namun syarat makna dan memiliki keutamaan yang luar biasa. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdullah bin Qois,

يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ . فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

“Wahai ‘Abdullah bin Qois, katakanlah 'laa hawla wa laa quwwata illa billah’, karena ia merupakan simpanan pahala berharga di surga.” (HR. Bukhari no.7386)

Ingatlah kalimat ini akan menjadi simpanan di surga.
Abu Ayyub Al-Anshari menceritakan,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مَرَّ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، فَقَالَ : مَنْ مَعَكَ يَا جِبْرِيلُ ؟ قَالَ : هَذَا مُحَمَّدٌ ، فَقَالَ لَهُ إِبْرَاهِيمُ : مُرْ أُمَّتَكَ فَلْيُكْثِرُوا مِنْ غِرَاسِ الْجَنَّةِ ، فَإِنَّ تُرْبَتَهَا طَيِّبَةٌ ، وَأَرْضَهَا وَاسِعَةٌ قَالَ : وَمَا غِرَاسُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ.

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diangkat ke langit pada Malam Isra’ Mi’raj, beliau melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ibrahim lantas bertanya, “Siapa yang bersamamu wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Ia Muhammad.” Ibrahim lantas mengatakan padanya, “Perintahkanlah pada umatmu untuk memperbanyak bacaan yang akan menjadi tanaman di surga, debunya itu bersih dan tanamannya pun luas.” Ibrahim ditanya, “Lalu apa bacaan yang disebut girasul jannah tadi?” Ibrahim menjawab, “Kalimat ‘laa hawla wa laa quwwata illa billah’.” (HR. Ahmad 5: 418. Syech Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if)

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

JANGAN MENJELEK-JELEKAN MAKANAN

01.03.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Janganlah menjelek-jelekkan makanan, kalau tidak suka yah tinggalkan saja. Tak perlu beri komentar tanda seolah-olah menolak rizki Allah.

Imam Nawawi membawakan dalam kitab Riyadhus Sholihin mengenai tidak bolehnya mencela makanan dan disunnahkan memujinya. Beliau bawakan dua hadits dari Abu Hurairah dan Jabir berikut ini..

Tidak Menjelek-jelekkan Makanan

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَا عَابَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – طَعَامًا قَطُّ ، إِنِ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ ، وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ

“Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencela suatu makanan sedikit pun. Seandainya beliau menyukainya, beliau menyantapnya. Jika tidak menyukainya, beliau meninggalkannya (tidak memakannya).” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no.5409 dan Muslim no.2064).

Lihatlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan cara bagaimana menghadapi makanan yang tidak kita sukai, yaitu dengan ditinggalkan. (Bahjatun Nazhirin 2: 51).

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Inilah adab yang baik kepada Allah Ta’ala. Karena jika seseorang menjelek-jelekkan makanan yang tidak disukai, maka seolah-olah dengan ucapan jeleknya itu, ia telah menolak rizki Allah.” (Syarh Al Bukhari 18: 93)

Syech Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan, “Makanan dan minuman yang dinikmati ketika disodori pada kita, hendaklah kita tahu bahwa itu adalah nikmat yang Allah beri. Nikmat tersebut bisa datang karena kemudahan dari Allah. Kita mesti mensyukurinya dan tidak boleh menjelek-jelekkannya. Jika memang kita suka, makanlah. Jika tidak, maka tidak perlu makan dan jangan berkata yang bernada menjelek-jelekkan makanan tersebut.” (Syarh Riyadhus Sholihin 4: 199)

Namun tidak mengapa jika memberi kritikan pada yang masak, misalnya dengan berkata, “Hari ini masakanmu terlalu banyak garam, terlalu pedas atau semacam itu.” Yang disebutkan ini bukan maksud menjelakkan makanan, namun hanyalah masukan biar dapat diperbaiki.

Hendaklah Memuji Makanan

Adapun dalam masalah memuji makanan dapat terbukti dari hadits Jabir bin ‘Abdillah berikut ini..

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada keluarganya tentang lauk. Mereka lantas menjawab bahwa tidak di sisi mereka selain cuka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda,

نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الأُدُمُ الْخَلُّ

“Sebaik-baik lauk adalah cuka, sebaik-baik lauk adalah cuka.” (HR. Muslim no.2052).

Perhatikan, ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta lauk, yang ada hanyalah cuka. Maka beliau pun tetap menyantapnya, bahkan memujinya. Inilah yang dimaksud memuji makanan.

Jadi, di antara petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jika beliau dapati makanan yang disenangi, maka dipuji. Begitu pula hadits Jabir mengajarkan untuk bersederhana dalam makan. Kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa tidak semua yang disenangi jiwa mesti dituruti, kadangkala keinginan semacam itu ditahan seperti diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini.

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

JATAH MAKAN DAN TEMPAT BERMALAM UNTUK SETAN

00.56.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Apa bisa makan dan tidur bersama setan? Iya bisa saja. Ketika seseorang tidak menyebut nama Allah saat makan dan saat akan memasuki rumahnya, maka setan akan mendapatkan tempat bermalam dan dapat jatah makan malam.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

“Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman²ya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.” Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan pun mengatakan (pada teman²nya), “Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.” Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, “Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.” (HR. Muslim no.2018).

Kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (13: 173), “Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir pada Allah ketika memasuki rumah dan ketika makan.”

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1. Segala sesuatu yang disebut nama Allah di dalamnya, maka setan akan menjauh darinya.

2. Setan selalu mendekati manusia dalam setiap amalnya dan aktivitasnya. Jika sampai seseorang itu lalai, maka setan akan mendekatinya.

3. Setan akan bermalam di rumah orang yang tidak menyebut nama Allah ketika memasukinya. Begitu pula setan akan memakan makanan yang tidak disebutkan nama Allah saat mulai makan.

Ketika makan, kita diperintahkan membaca bismillah, Ketika memasuki rumah, kita diperintahkan mengucapkan salam. Sedangkan ucapan do’a masuk rumah “bismillahi walajnaa wa bismillah khorojnaa wa ‘alallahi robbanaa tawakkalnaa.." diriwayatkan oleh Abu Daud dalam sunannya namun sanadnya dho’if (lemah).

4. Setan memiliki pengikut dan penolong yang mendengar berita gembira darinya dan mengikuti perintahnya.

Syech Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berkata, “Jika seseorang menyebut nama Allah ketika memasuki rumah, namun tidak menyebutnya saat makan, maka setan akan berserikat dengannya saat makan. Jika seseorang menyebut nama Allah ketika makan, namun tidak saat memasuki rumahnya, maka setan akan berserikat dengannya di tempat bermalamnya. Sedangkan jika saat masuk rumah dan saat makan malam, ia menyebut nama Allah, maka setan akan menjauhi tempat bermalam dan jatah makannya. Wallahul muwaffiq.” (Syarh Riyadhis Sholihin 4: 191).

Jadi, jangan lupakan membaca bismillah saat mulai makan. Jangan pula lupakan mengucapkan salam saat memasuki rumah.
Semoga makanan dan rumah kita penuh berkah..

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..