Kamis, 15 Desember 2016

BERAMALLAH YANG RUTIN DAN RAJIN MUHASABAH DIRI (NASEHAT PADA HANZHALAH)

00.34.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Kita diperintahkan beramal continue atau rutin walau perlahan-lahan. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Hanzhalah, di mana Hanzhalah salah seorang sahabat yang menjadi juru tulis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beramal yang continue walau sedikit ini adalah amalan yang paling disukai Allah. Juga kisah Hanzhalah berikut mengajarkan pada kita untuk rajin² muhasabah atau introspeksi diri.

 عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِىِّ قَالَ – وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – لَقِيَنِى أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا. فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَمَا ذَاكَ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ

Dari Hanzhalah Al Usayyidiy (beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam), ia berkata, “Abu Bakar pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakar berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?” Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan surga sampai² kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak² kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakar pun menjawab, “Kami pun begitu.”

Kemudian aku dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai² seolah-olah surga dan neraka itu benar² nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau continue dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim no.2750).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

  1. Dianjurkan bertanya pada saudara kita sesama muslim mengenai keadaannya.
  2. Sudah sepantasnya bagi seseorang untuk mendekatkan dirinya pada Allah dan bersungguh-sungguh dalam ibadah.
  3. Boleh mengucapkan “subhanallah” karena takjub pada sesuatu.
  4. Seorang yang berilmu hendaklah mendorong yang didakwahi untuk selalu memperhatikan hatinya dan bagaimana cara mengaturnya.
  5. Terlalu tersibukkan dengan dunia benar² akan membuat kita lupa akan alam akhirat. Namun siapa yang bisa mengatur hatinya dan tidak terlalu tersibukkan dengan kenikmatan dunia, maka dialah yang nanti akan selamat.
  6. Keadaan hati manusia bisa berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain.
  7. Manusia tidak bisa melihat malaikat dalam wujud aslinya di dunia.
  8. Continue dalam beramal menjadi sifat para malaikat dan sifat ini adalah sifat yang terpuji.
  9. Hendaklah setiap muslim pintar membagi waktunya, yaitu ada waktu untuk bermunajat dengan Allah, ada waktu untuk mengintrospeksi diri, ada waktu yang digunakan untuk merenungkan nikmat Allah, juga waktu untuk mengurus hajat makan dan minumnya.
  10. Islam adalah agama yang pertengahan antara sikap berlebihan dan memandang remeh, juga pertengahan dalam hal memperhatikan maslahat dunia dan akhirat, begitu pula pertengahan dalam memperhatikan lahiriyah dan perihal batin.
  11. Yang disebut munafik asalnya adalah menampakkan sesuatu yang berbeda dengan kejelekan yang ada di batin. Inilah bentuk kemunafikan yang dikhawatirkan Hanzhalah. Lalu yang disebutkan oleh Hanzhalah tidaklah disebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai munafik.


Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

CEPAT DALAM MELANGKAH DAN TERGESA-GESA

00.26.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Tergesa-gesa biasa berujung tidak baik. Namun cepat² atau bersegera dalam bertindak ini berbeda. Bahkan cepat² kadang juga masih memiliki ketenangan. Namun di sini bukan berarti ane memaksudkan untuk shalat dengan sangat cepat sehingga tidak ada thuma’ninah sebagaimana kelakuan keliru sebagian jama’ah yang di bulan Ramadhan melakukan shalat tarawih. Itu bukan maksud ane.
Dalam shalat tetap harus ada thuma’ninah atau sikap tenang karena thuma’ninah bagian dari rukun shalat. Namun kalau seseorang bergerak cepat dalam beramal, itu bisa jadi terpuji sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam suatu waktu.

Hadits berikut ini dibawakan oleh Imam Nawawi dalam karya beliau Riyadhus Sholihin dalam Bab “Bersegera dalam kebaikan dan anjuran kepada orang yang menuju kebaikan supaya menghadapinya dengan sungguh² tanpa keragu-raguan“. Berikut salah satu hadits yang beliau rahimahullah bawakan..

Dari Abu Sirwa’ah yaitu ‘Uqbah bin Al Harits radhiyallahu ‘anhu, ia pernah berkata,

صَلَّيْتُ وَرَاءَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – بِالْمَدِينَةِ الْعَصْرَ فَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ مُسْرِعًا ، فَتَخَطَّى رِقَابَ النَّاسِ إِلَى بَعْضِ حُجَرِ نِسَائِهِ ، فَفَزِعَ النَّاسُ مِنْ سُرْعَتِهِ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ ، فَرَأَى أَنَّهُمْ عَجِبُوا مِنْ سُرْعَتِهِ فَقَالَ « ذَكَرْتُ شَيْئًا مِنْ تِبْرٍ عِنْدَنَا فَكَرِهْتُ أَنْ يَحْبِسَنِى ، فَأَمَرْتُ بِقِسْمَتِهِ »

“Aku pernah shalat Ashar di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah. Ketika salam, beliau dengan cepat berdiri. Lalu beliau melangkahi leher para jama’ah untuk menuju ke sebagian kamar istri² beliau. Para sahabat pun terkejut dengan gerak cepatnya Nabi shalllallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun keluar. Beliau pun mengetahui bahwa mereka itu heran atas cepat geraknya beliau. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Aku itu teringat akan sepotong emas (yang belum dibentuk)  yang kami miliki (dan diniatkan untuk disedekahkan). Aku tidak suka ditahan lama². Oleh karenanya, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagikan.” (HR. Bukhari no.851).

Al Jauhari mengatakan bahwa “tibr” yang disebutkan dalam hadits tidak dimaksudkan dalam hadits tidak dimaksudkan kecuali pada emas sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Al Fath 2: 337. Imam Nawawi dalam Riyadhus Sholihin mengatakan bahwa “tibr” adalah potongan emas atau perak.

Faedah Hadits

Berikut beberapa faedah dari Ibnu Hajar yang disebutkan dalam Fathul Bari (2: 337)..

1. Diam sebentar setelah salam dalam shalat tidaklah wajib sebagaimana dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, beliau tidak berdzikir setelah shalat ketika itu.

2. Melangkahi para jama’ah lainnya ketika ada hajat (keperluan) masih dibolehkan.

3. Berpikir tentang perkara lain di luar shalat tidak mencacati shalat dan tidak mengurangi kesempurnaan shalat sebagaimana Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam kepikiran akan sedekah yang belum dibagikan saat itu.

4. Bertekad di pertengahan shalat untuk melakukan hal lain setelah shalat dirampungkan juga tidak mencacati shalat.

5. Mewakilkan pada yang lain untuk membagikan sedekah atau zakat padahal mampu melakukan sendiri masih dibolehkan.

Syaikh Salim bin ‘Ied memberikan faedah lainnya sebagai berikut..

1. Bolehnya heran atau takjub pada orang yang mengerjakan sesuatu yang tidak biasanya sebagaimana herannya para sahabat pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang baru kali ini terlihat bergerak cepat.

2. Barangsiapa yang lihat sesuatu yang aneh di mata para sahabatnya, maka hendaklah ia menghilangkan syubhat atau keanehan tersebut.

3. Bersegera melakukan amalan kebajikan sebagaimana dicontohkan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak mau menunda-nunda pembagian sedekah.

4. Disunnahkan untuk berlepas diri dari hal² yang mengganggu pikiran yang bisa memalingkan dari dekat pada Allah.

5. Melangkah cepat bukan berarti tidak tenang.

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..