Rabu, 29 Maret 2017

9 DARI 10 PINTU RIZKI ADA DI PERDAGANGAN

01.29.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Ada sebuah hadits yang sering tersebar di kalangan orang awam sebagai motivasi untuk berbisnis atau menjadi pedagang. Namun disayangkan hadits ini belum diteliti akan keshohihannya. Walaupun mungkin makna perkataan tersebut benar dan sah² saja. Akan tetapi sangat tidak tepat jika kita menyandarkan suatu perkataan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau tidak pernah mengatakannya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bersabda,

مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka silahkan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari no.1291 dan Muslim no.3).

Hadits yang ane maksudkan di atas adalah hadits berikut ini,

تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ

“Sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada dalam perdagangan”.

Sekarang kita akan meneliti shahih ataukah tidak hadits tersebut.

Perkataan Para Ulama Pakar Hadits

Dalam Al Istidzkar (8/196), Al Hafizh Ibnu Abdil Barr mengisyaratkan bahwa hadits ini dho’if.

Dalam Al Mughni ‘an Hamlil Asfar, Al Hafizh Al Iroqi pada hadits no.1576 membawakan hadits,

عليكم بالتجارة فإن فيها تسعة أعشار الرزقة

“Hendaklah kalian berdagang karena berdagang merupakan sembilan dari sepuluh pintu rizki.”

Diriwayatkan oleh Ibrahim Al Harbi dalam Ghorib Al Hadits dari hadits Nu’aim bin Abdirrahman,

تِسْعَةُ أَعْشَارِ الرِزْقِ فِي التِّجَارَةِ

“Sembilan dari sepuluh pintu rejeki ada dalam perdagangan”.

Para perowinyatsiqoh (kredibel). Nu’aim di sini dikatakan oleh Ibnu Mandah bahwa dia hidup di zaman sahabat, namun itu tidaklah benar. Abu Hatim Ar Rozi dan Ibnu Hibban mengatakan bahwa hadits ini memiliki taabi’ (penguat), sehingga haditsnya dapat dikatakan mursal.

Hadits mursal adalah hadits yang dikatakan oleh seorang tabi’in langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa menyebut sahabat. Hadits mursal adalah di antara hadits dho’if yang sifat sanadnya terputus (munqothi’).

Dalam Dho’if Al Jaami’ no.2434, terdapat hadits di atas. Takrij dari Suyuthi: Dari Nu’aim bin Abdirrahman Al Azdi dan Yahya bin Jabir Ath Tho’i, diriwayatkan secara mursal. Syech Al Albani berkomentar hadits tersebut dho’if.

Hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Ibnu Abid Dunya dalam Ishlah Al Maal (hal.73), dari Nu’aim bin Abdirrahman.

Conclusion: Dengan demikian, Maka Hadits tersebut adalah dho’if sehingga tidak bisa disandarkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam walaupun maknanya mungkin saja benar. Wallahu a’lam bish showab..

Penjelasan Syech Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin

Beliau ditanya, “Apakah hadits ini shahih, yaitu ‘perdagangan adalah sembilan dari sepuluh pintu rizki’ sebagaimana yang selama ini sering kami dengar?”

Syech rahimahullah menjawab, “Aku tidak mendapati hadits tersebut dalam kitab² hadits seperti Jaami’ Al Ushul, Majma’ Az Zawaid, At Targhib wa At Tarhib dan semacamnya. Abu Abdillah Muhammad bin Abdirrahman Al Washobi menyebutkan dalam kitabnya “Al Barokah fis Sa’yil Harokah” hal.193, beliau menegaskan bahwa hadits tersebut marfu’ (sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Beliau juga menyebutkan beberapa hadits dho’if, namun beliau tidak melakukan takhrij terhadapnya. Sebenarnya hadits tersebut tidak diriwayatkan dalam kitab shahih, kitab sunan, maupun musnad yang masyhur. Yang nampak jelas, hadits tersebut adalah hadits dho’if. Mungkin saja hadits tersebut mauquf (sampai pada sahabat), maqthu’ (hanya sampai pada tabi’in) atau hanya perkataan para ahli hikmah. Perkataan tersebut boleh jadi adalah perkataan sebagian orang mengenai keuntungan dari seseorang yang mencari nafkah lewat perdagangan.

Sebenarnya telah terdapat beberapa hadits dalam masalah berdagang yang menyebutkan keutamaanya dan juga menyebutkan bagaimana adab²nya sebagaimana disebutkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib, yang disusun oleh Al Mundziri, juga dalam kitab lainnya. Di antara hadits yang memotivasi untuk berdagang adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Orang yang bertransaksi jual beli masing² memilki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Juga pada hadits,

أَطْيَبُ الْكَسْبِ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ

“Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad, Al Bazzar, Ath Thobroni dan selainnya, dari Ibnu Umar, Rofi’ bin Khudaij, Abu Burdah bin Niyar dan selainnya). Wallahu a’lam.

Wallahu Waliyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

DO'A MEMINTA AMPUNAN VERSI ABU BAKAR

01.08.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Di antara do’a yang ringkas namun penuh makna adalah do’a yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Abu Bakar. Do’a tersebut adalah: 

"ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR RAHIIM.."

Artinya:
"Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa² kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.."

Dari Abu Bakar Ash Shiddiq, beliau berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

عَلِّمْنِى دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِى صَلاَتِى . قَالَ « قُلِ  :اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَثِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ ، وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ »

“Ajarkanlah aku suatu do’a yang bisa aku panjatkan saat shalat!” Maka Beliau pun berkata, “Bacalah: ‘ALLAHUMMA INNII ZHOLAMTU NAFSII ZHULMAN KATSIIRAN WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUBA ILLAA ANTA FAGHFIRLII MAGHFIRATAN MIN ‘INDIKA WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFUURUR RAHIIM.. (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa² kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).” (HR. Bukhari no.834 dan Muslim no.2705)

Faedah dari hadits ini:

Pertama: Dianjurkan untuk membaca do’a ini sebelum salam. Syech Muhammad bin Sholih Al Utsaimin mengatakan bahwa do’a ini bisa jadi dibaca ketika sujud atau setelah tasyahud akhir (sebelum salam).

Kedua: Setiap orang pasti memiliki kekurangan, sampai pula pada orang yang disifati Shiddiq semacam Abu Bakar. Oleh karena itu, tidak selayaknya seorang pun lalai dari beristighfar atau memohon ampunan pada Allah.

Ketiga: Ketika bertaubat dan memohon ampunan Allah hendaklah disertai dengan mengakui setiap dosa yang telah dilakukan.

Keempat: Dianjurkannya mencari ilmu dari orang alim sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kelima: Hendaklah ketika memulai do’a dimulai dengan pengakuan terhadap keadaan dirinya yang faqir (butuh pada Allah) dan penuh dosa. Inilah di antara wasilah dalam berdo’a. Sebagaimana pula dilakukan oleh Nabi Musa alaihis salam sebagaimana disebutkan dalam ayat,

رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

“Ya Rabbku, sesungguhnya aku sangat faqir yaitu memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku” (QS. Al Qoshshosh: 24)

Keenam: Yang mengampuni dosa hanyalah Allah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ

“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah?” (QS. Ali Imron: 135)

Seandainya seluruh manusia bersatu untuk mengampuni satu dosa saja dari seorang hamba, tentu mereka tidak mampu. Karena yang mengampuni dosa hanyalah Allah.

Ketujuh: Meminta ampunan dan rahmat Allah berkaitan dengan nama Allah Al Ghofur (Maha Pengampun) dan Ar Rohiim (Maha Penyayang). Oleh karena itu, ketika berdo’a hendaklah permintaan dalam do’a tersebut disesuaikan dengan nama dan sifat Allah yang sesuai.

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang bermanfaat'..

FAEDAH SURAT AL MULK: KEADAAN NERAKA DAN PENGHUNINYA

01.00.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Berikut adalah lanjutan dari tafsir surat Al Mulk. Saat ini kita akan membahas tafsir dan faedah surat Al Mulk ayat 6-11. Semoga kita tidak bosan²nya mengkaji Al Qur’an..

Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (6) إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11

“ Dan orang² yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak, hampir² (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang² kafir), penjaga² (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni² neraka yang menyala-nyala”. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni² neraka yang menyala-nyala. ” (QS. Al Mulk: 6-11)

Jahannam, Seburuk-buruk Tempat Kembali

Allah Ta’ala berfirman,

وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan orang² yang kafir kepada Rabbnya, memperoleh azab Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. Al Mulk: 6).

Ayat ini adalah ancaman untuk orang yang kufur terhadap Allah baik dari setan dan selainnya. Mereka diancam dengan siksaan jahannam. Dan ancaman ini bukan hanya ditujukan untuk setan sebagaimana konteks dari ayat kelima surat Al Mulk yang membicarakan tentang setan yang mencuri berita langit lalu mereka dilempar. Namun ayat ini mencakup setiap orang yag kufur dan menentang Allah. Jahannam adalah sejelek-jelek tempat kembali bagi mereka.

Neraka Begitu Dalam

Mengapa neraka disebut jahannam?

Jahannam berarti sesuatu yang dasarnya amat dalam (ba’idatul qo’ri), sebagaimana disebutkan dalam Al Qomus. Begitulah keadaan neraka, ia begitu dalam. Abu Hurairah mengatakan,

كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ سَمِعَ وَجْبَةً فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « تَدْرُونَ مَا هَذَا ». قَالَ قُلْنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « هَذَا حَجَرٌ رُمِىَ بِهِ فِى النَّارِ مُنْذُ سَبْعِينَ خَرِيفًا فَهُوَ يَهْوِى فِى النَّارِ الآنَ حَتَّى انْتَهَى إِلَى قَعْرِهَا ».

“Kami dulu pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba² terdengar suara sesuatu yang jatuh. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bertanya, “Tahukah kalian, apakah itu?” Para sahabat pun menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menjelaskan, “Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak 70 tahun yang lalu dan batu tersebut baru sampai di dasar neraka saat ini.”

Subhanallah.. begitu luar biasa dalamnya neraka..

Dalam ayat selanjutnya, Allah Ta’ala akan menceritakan keadaan siksaan di neraka, semoga Allah melindungi kita semua darinya.

Sifat Neraka: Neraka Berteriak dan Mendidih

Allah Ta’ala berfirman,

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak.” (QS. Al Mulk: 7).

Ayat ini menceritakan keadaan orang kafir ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.

Apa yang dimaksud syahiqo dalam ayat di atas?

Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahwa makna syahiq adalah suara yang keluar dari bagian dalam tubuh dengan sangat kuatnya seperti suara keledai. Atau ringkasnya syahiq bermakna teriakan.

Maksudnya adalah ketika orang kafir itu dilemparkan ke dalam neraka, neraka pun akan teriak. Lantas bagaimanakah lagi siksaan neraka bagi orang² kafir tersebut?/

Apa yang dimaksud dengan tafuur?

Ibnu Jarir Ath Thobari mengatakan bahwa makna tafuur adalah mendidih. Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Neraka itu mendidih gara² orang kafir yang masuk di dalamnya. Gambaran mendidihnya adalah seperti sebuah biji yang jumlahnya sedikit mendidih dalam air yang jumlahnya banyak.”

Itulah keadaan neraka yang berteriak dengan kencangnya dan mendidih gara² orang kafir yang masuk di dalamnya.

Sifat Neraka: Neraka Marah

Allah Ta’ala berfirman,

تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ

“Hampir² (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah.” (QS. Al Mulk: 8).

Ibnu Abbas mengatakan bahwa neraka hampir² saja terpecah lantaran marah.

Yang memiliki perkataan serupa dengan Ibnu Abbas adalah Adh Dhohak dan Ibnu Zaid rahimahumullah. Allah marah terhadap orang yang bermaksiat pada-Nya dan murka pada Allah.

Syech Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata, “Neraka hampir² saja terpecah lantaran marah pada orang² kafir. Lantas bagaimana tanggapanmu, apa yang akan dilakukan neraka pada orang² kafir tersebut ketika mereka berada dalam neraka?!”

Seperti itulah neraka. Ketika orang kafir masuk ke dalamnya saja, ia begitu marah. Lantas bagaimana lagi siksaan yang menimpa mereka?! Semoga Allah melindungi kita dari siksaan yang pedih ini.

Sudahkah Datang Kepada Orang Kafir Pemberi Peringatan?

Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman,

كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ

“Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang² kafir), penjaga² (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS. Al Mulk: 8).

Maksudnya, penduduk neraka ditanya apakah di dunia sudah datang pada mereka pemberi peringatan tentang adzab neraka yang mereka alami saat ini?

Orang² kafir lantas menjawab,

بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ

“Benar ada”, sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. ” (QS. Al Mulk: 9)

Lihatlah jawaban orang kafir:

• Mereka mendustakan pemberi peringatan yang diutus pada mereka.

• Mereka mendustakan secara umum yaitu dengan mengatakan bahwa mereka tidak diturunkan wahyu sedikit pun.

Namun tidak berhenti sampai di situ, mereka pun menyesat-nyesatkan para rasul yang memberi peringatan. Padahal para rasul adalah orang yang memberi petunjuk dan diberi petunjuk oleh Allah.

Tidak cukup hanya menyesatkan para rasul. Mereka pun menyatakan bahwa para rasul telah berada dalam kesesatan yang besar.

Adakah penentangan, kesombongan dan kezholiman yang menyerupai kelakuan orang kafir ini?! Na’udzu billahi min dzalik.

Seseorang Akan Disiksa Jika Telah Datang Peringatan padanya

Faedah lain dari surat Al Mulk ayat 8 dan 9 adalah menunjukkan keadilan Allah Ta’ala. Yaitu seorang hamba tidaklah disiksa melainkan setelah ditegakkan hujjah pada dirinya dan telah diutus seorang Rasul padanya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam ayat lainnya,

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا

“Dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Isro’: 15)

حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِ رَبِّكُمْ وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا بَلَى وَلَكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ الْعَذَابِ عَلَى الْكَافِرِينَ

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu²nya dan berkatalah kepada mereka penjaga²nya: “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul² di antaramu yang membacakan kepadamu ayat² Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab: “Benar (telah datang)”. Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang² yang kafir. ” (QS. Az Zumar: 71)

Penjelasan ini adalah untuk keadaan di akhirat nanti yaitu seseorang tidak akan disiksa sampai datang padanya seorang Rasul atau pemberi peringatan. Namun untuk di dunia, seseorang dihukumi sesuai dengan agama yang dia menyandarkan dirinya padanya. Jika saat ini seseorang menyandarkan dirinya pada agama Yahudi dan Nashrani, maka status orang tersebut kafir. Namun apakah ia mendapatkan hukuman di akhirat? Ini tergantung dari telah sampai pada dirinya peringatan ataukah tidak.

Orang Kafir Begitu Menyesal

Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“ Dan mereka berkata: “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni² neraka yang menyala-nyala” (QS. Al Mulk: 10)

Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang² yang mendapat petunjuk, yaitu pendengaran dan akal mereka bisa mengambil manfaat terhadap wahyu yang Allah turunkan dan Rasul yang datang di tengah² mereka. Namun mereka tidak memanfaatkan pendengaran dan akal. Hal ini jauh berbeda dengan orang yang mendapatkan petunjuk yang memanfaatkan pendengaran dan akal mereka untuk mengilmui dan mengamalkan ilmu.

Akhirnya, Orang Kafir Mengakui Kesalahan Mereka

Allah Ta’ala berfirman,

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni² neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 11).

Akhirnya, orang² kafir itu mengakui dosa² mereka. Sebagaimana hal ini terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَنْ يَهْلِكَ النَّاسُ حَتَّى يُعْذِرُوا مِنْ أَنْفُسِهِمْ

“Seorang tidak akan merasa dirinya binasa hingga ia pun mengakui kesalahan² yang dirinya lakukan sendiri.”

Lihat pula hadits dari Abu Hurairah berikut..

لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ النَّارَ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً

“Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya.”

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..