Kamis, 18 Mei 2017

PELAJARAN DARI AYAT WUDHU DAN TAYAMUM (Bag.4)

00.40.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Islam itu membawa kemudahan dalam bersuci, wudhu dan tayamum..

Kali ini adalah pembahasan terakhir mengenai ayat wudhu dan tayamum. Kita bisa ambil pelajaran penting bagaimanakah kemudahan pada setiap hukum Islam. Renungkanlah!

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Hai orang² yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 6)

Beberapa faedah yang bisa diambil dari ayat di atas yang ane gali dari penjelasan Syech As Sa’di rahimahullah:

18. Air yang berubah karena kemasukan benda suci, walau berubahnya itu banyak, maka air tersebut boleh lebih didahulukan daripada tayamum.

Karena firman Allah Ta’ala,

فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً

“Lalu kamu tidak memperoleh air”, bentuk kata air dalam ayat ini disebut dengan kata nakiroh dan terletak dalam konteks kalimat penafian, maka maknanya menurut ulama ushul fiqih menunjukkan keumuman. Maksudnya, mencakup air mana saja, selain air najis.

19. Sebagian ulama berdalil dan pendalilan di sini sangatlah baik bahwa siapa yang berada di suatu tempat yang tidak terdapat air, lalu di dekatnya terdapat air walau ia masih bimbang akan keberadaannya, maka ia diperintahkan mencarinya sebelum beralih pada tayamum. Karena ayat yang menyebutkan,

فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً

“Lalu kamu tidak memperoleh air”, berarti ada pencarian terlebih dahulu jika memungkinkan tanpa menyusahkan diri.

20. Ketika tayamum harus ada niat.
Untuk bersuci dengan air, Allah berfirman,

إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا

“apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah”, sedangkan untuk tayamum,

فَتَيَمَّمُوا

“maka bertayamumlah”, yaitu berniatlah dengan menggunakan,

صَعِيدًا طَيِّبًا

“dengan tanah yang suci.” Seperti itu diterangkan adanya niat di dalamnya.

21. Hukum yang telah Allah syari’atkan bagi hamba-Nya, ini menunjukkan besarnya kasih sayang Allah. Dari ibadah inilah bertujuan supaya hamba dapat menggapai kebahagiaan dan Allah ingin agar nikmat dapat disempurnakan dengan menjalankan perintah syar’i yang tidak ada kesulitan di dalamnya. Dari situ akan tercapai karunia yang besar dari Allah.

22. Walau pada tayamum tidak nampak kebersihan secara kasat mata, namun di situ ada thaharah maknawi yang muncul dari menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.

23. Kesulitan itu ternafikan dari syariat Allah. Dalam syariat tidak ada kesulitan. Karena Allah telah menyebutkan,

مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu”. Jadi ibadah itu dibangun di atas kemudahan bagi yang menjalankannya.

Ketika ada ketidakmampuan, sakit atau udzur (halangan) lainnya, maka syariat memberikan keringanan sesuatu kesulitan yang diderita saat itu.

24. Hukum dan syariat Islam lainnya menunjukkan akan baiknya ajaran Islam yang memberikan manfaat bagi hati, badan dan akhlak. Syariat ini dijalankan untuk mendekatkan diri pada Allah dan untuk menggapai pahala yang segera atau tertunda.

Semua hukum menunjukkan akan baiknya ajaran Islam. Di dalam ajaran ini terdapat kebaikan dan perbaikan. Kebahagiaan di dunia dan akhirat digapai pula dari menjalankan syariat ini.

Cobalah renungkan pada setiap hukum Allah pasti ada rahasia, manfaat dan tidak adanya bahaya di dalamnya.

Semoga kajian tafsir ayat wudhu dan tayamum ini bisa menambah ilmu kita dalam penyempurnaan ibadah kepada Allah Ta'alaa..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

BUKAN MENGIKUTI ORANG, NAMUN MENGIKUTI KEBENARAN

00.34.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Ikutilah kebenaran, bukan mengikuti orang.

Salah satu guru ane, Syech Shalih Al Fauzan hafizahullah (ulama senior di Kerajaan Saudi Arabia saat ini) berkata:

Jika mereka tidak berada di atas kebenaran, maka kami tidak mengikuti mereka, walau mereka itu manusia yang terbaik. (Syarh Al Manzhumah Al Haiah hlm.54)

‏الشيخ العلامة صالح الفوزان حفظه الله:
‏«إذا كانوا على غير حق فإننا لا نتبعهم ولو كانوا من أفضل الناس»
‏[شرح المنظومة الحائية ص54] ‏
‏⁧ ⁩
Ibnu Mas’ud berkata,

الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك

“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” (Al Lalikai dalam Syarh I’tiqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah 160 dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 2/ 322/13).

Sebagian salaf mengatakan,

عليك بطريق الحق ولا تستوحش لقلة السالكين وإياك وطريق الباطل ولا تغتر بكثرة الهالكين

“Hendaklah engkau menempuh jalan kebenaran. Jangan engkau berkecil hati dengan sedikitnya orang yang mengikuti jalan kebenaran tersebut. Hati²lah dengan jalan kebatilan. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang mengikuti yang kan binasa.”
(Madarijus Salikin 1: 22).

Orang yang berpegang teguh pada ajaran Islam yang murni, itulah yang selalu teranggap asing. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنَ سَنَّةَ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيباً ثُمَّ يَعُودُ غَرِيباً كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنِ الْغُرَبَاءُ قَالَ « الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

Dari Abdurrahman bin Sannah. Ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam itu akan datang dalam keadaan asing dan kembali dalam keadaan asing seperti awalnya. Beruntunglah orang² yang asing.” Lalu ada yang bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai ghuroba’, “Mereka memperbaiki manusia ketika rusak.” (HR. Ahmad 4: 74. Berdasarkan jalur ini, hadits ini dho’if. Namun ada hadits semisal itu riwayat Ahmad 1: 184 dari Sa’ad bin Abi Waqqosh dengan sanad jayyid)

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ ». فَقِيلَ مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنَاسٌ صَالِحُونَ فِى أُنَاسِ سَوْءٍ كَثِيرٍ مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ »

“Beruntunglah orang² yang asing.” “Lalu siapa orang yang asing wahai Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang² yang sholeh yang berada di tengah banyaknya orang² yang jelek, lalu orang yang mendurhakainya lebih banyak daripada yang mentaatinya.”
(HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan lighoirihi, kata Syech Syu’aib Al Arnauth)

Walau terasa asing, namun begitu indahnya bisa berada di atas kebenaran yang dianut sebelumnya oleh Rasul dan para sahabat, yang jauh dari kesyirikan.

Semoga hari ini penuh berkah bagi kita semua, terus mengikuti kebenaran walau sendirian..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..