Senin, 31 Oktober 2016

WAKTU AMAT BERHARGA DIBANDING MENONTON BOLA

07.18.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Seharusnya seorang muslim bersemangat untuk memanfaatkan waktunya dalam kebaikan. Hendaklah ia menyibukkan waktunya untuk banyak mengingat Allah, terus melakukan ketaatan kepada-Nya, dan mencari ilmu agama yang bermanfaat untuknya.

Ingatlah nasehat Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ  ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ ، وَغِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ ، وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrok, 4/341, dari Ibnu ‘Abbas. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

Ingatlah pula bahwa setiap orang akan ditanya mengenai kebaikan dan kejelekan yang ia lakukan dan semuanya akan diperhitungkan (dihisab).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no.2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Syech Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, ulama senior dan anggota Komisi Fatwa Saudi Arabia ditanya,
“Apa hukum menonton pertandingan sepakbola dan selainnya?”

Jawaban Syech hafizhohullah,
Ketahuilah bahwa waktu manusia amatlah berharga. Janganlah sampai waktu tersebut disia-siakan hanya dengan menonton pertandingan bola. Karena aktivitas semacam itu sungguh melalaikan dari mengingat Allah. Awalnya hanya menonton, namun kadang sampai menyeret seseorang untuk melakukannya keesokan harinya sehingga waktunya terbuang sia². Menonton semacam itu sungguh membuat kita lalai dari amalan yang lebih bermanfaat. Jadinya kita seringnya melakukan hal yang tidak berfaedah.
[As-ilah Al Manahij Al Jadiidah, Syech Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, hal.132]

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Al Fawaid berkata,

اِضَاعَةُ الوَقْتِ اَشَدُّ مِنَ الموْتِ لِاَنَّ اِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالموْتِ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَاَهْلِهَا

“Menyia-nyiakan waktu itu lebih parah dari kematian. Karena menyia-nyiakan waktu memutuskanmu dari (mengingat) Allah dan negeri akhirat. Sedangkan kematian hanya memutuskanmu dari dunia dan penghuninya.”

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa memudahkan kita untuk memanfaatkan setiap nafas dan waktu kita dalam hal yang bermanfaat dalam urusan dunia dan akhirat kita, dan semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sering menyia-nyiakan waktu dan umur kita..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..

HASBUNALLAH WA NI'MAL WAKIIL

07.00.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Kalimat ini termasuk dzikir yang sederhana, namun mengandung makna yang luar biasa. Dzikir ini menandakan bahwa seorang hamba hanya pasrah pada Allah dan menjadikan-Nya sebagai tempat bersandar.

Allah Ta’ala menceritakan mengenai Rasul dan sahabatnya dalam firman-Nya,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“(Yaitu) orang² (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang² yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “hasbunallah wa ni’mal wakiil [cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung]“. ” (QS. Ali ‘Imron: 173)

Kata sahabat Ibnu ‘Abbas, ia berkata bahwa “hasbunallah wa ni’mal wakiil” adalah perkataan Nabi ‘Ibrahim ‘alaihis salaam ketika beliau ingin dilempar di api. Sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kalimat tersebut dalam ayat,

إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (HR. Bukhari no.4563)

Renungkanlah Maknanya!

Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir berkata bahwa maksud “hasbunallah” ialah Allah-lah yang mencukupi segala urusan mereka. Sedangkan “al wakiil“, kata Al Faro’ berarti orang yang mencukupi. Demikian pula kata Ibnul Qosim.

Sedangkan Ibnu Qutaibah berkata bahwa makna “al wakiil” adalah yang bertanggung jawab (yang menjamin).

Al Khottobi berkata bahwa “al wakiil” adalah yang bertanggung jawab memberi rizki dan berbagai maslahat bagi hamba.

Dalam tafsir Al Jalalain disebutkan makna dzikir di atas ialah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar dalam segala urusan.

Syech As Sa’di dalam kitab tafsirnya memaparkan, “Maksud ‘hasbunallah‘ adalah Allah-lah yang mencukupi urusan mereka dan ‘ni’mal wakiil’ adalah Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar segala urusan hamba dan yang mendatangkan maslahat.”

Syech Al Imam Al ‘Arif rahimahullah berkata bahwa dalam hadits di atas adalah isyarat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada para sahabatnya agar mereka rujuk (kembali) pada Allah Ta’ala, bersandar pada-Nya, sadar bahwa tidak ada daya dan kekuatan melainkan dari-Nya. …

Kalimat “hasbunallah” adalah tanda bahwa hamba benar² butuh pada Allah dan itu sudah amat pasti. Lalu tidak ada keselamatan kecuali dari dan dengan pertolongan Allah. Tidak ada tempat berlari kecuali pada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. ” (QS. Adz Dzariyat: 50) (Bahrul Fawaid karya Al Kalabadzi)

Allah-lah Yang Mencukupi

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).

Al Qurtubhi rahimahullah menjelaskan pula tentang surat Ath Tholaq ayat 3 dengan mengatakan, “Barangsiapa yang menyandarkan dirinya pada Allah, maka Allah akan beri kecukupan pada urusannya.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ

“Barangsiapa menyandarkan diri pada sesuatu, maka hatinya akan dipasrahkan padanya” (HR. Tirmidzi no.2072, hadits ini hasan kata Syech Al Albani).

Artinya di sini, barangsiapa yang menjadikan makhluk sebagai sandaran hatinya, maka Allah akan membuat makhluk tersebut jadi sandarannya. Maksudnya, urusannya akan sulit dijalani. Hati seharusnya bergantung pada Allah semata, bukan pada makhluk. Jika Allah menjadi sandaran hati, tentu segala urusan akan semakin mudah. Karena Allah-lah yang mendatangkan berbagai kemudahan dan segala sesuatu akan menjadi mudah jika dengan kehendak-Nya.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..

BERSYUKUR DENGAN YANG SEDIKIT

06.48.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Setiap saat kita telah mendapatkan nikmat yang banyak dari Allah, namun kadang ini terus merasa kurang, merasa sedikit nikmat yang Allah beri. Allah beri kesehatan yang jika dibayar amatlah mahal. Allah beri umur panjang, yang kalau dibeli dengan seluruh harta kita pun tak akan sanggup membayarnya. Namun demikianlah diri ini hanya menggap harta saja sebagai nikmat, harta saja yang dianggap sebagai rizki. Padahal kesehatan, umur panjang, lebih dari itu adalah keimanan, semua adalah nikmat dari Allah yang luar biasa.

Syukuri Yang Sedikit

Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad, 4/278. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no.667).

Hadits ini benar sekali. Bagaimana mungkin seseorang dapat mensyukuri rizki yang banyak, rizki yang sedikit dan tetap terus Allah beri sulit untuk disyukuri? Bagaimana mau disyukuri? Sadar akan nikmat tersebut saja mungkin tidak terbetik dalam hati.

*Kita Selalu Lalai Dari 3 Nikmat*

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa nikmat itu ada 3 macam..

Pertama, adalah nikmat yang nampak di mata hamba.

Kedua, adalah nikmat yang diharapkan kehadirannya.

Ketiga, adalah nikmat yang tidak dirasakan.

Ibnul Qoyyim menceritakan bahwa ada seorang Arab menemui Amirul Mukminin Ar Rosyid. Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin. Semoga Allah senantiasa memberikanmu nikmat dan mengokohkanmu untuk mensyukurinya. Semoga Allah juga memberikan nikmat yang engkau harap² dengan engkau berprasangka baik pada-Nya dan continue dalam melakukan ketaatan pada-Nya. Semoga Allah juga menampakkan nikmat yang ada padamu namun tidak engkau rasakan, semoga juga engkau mensyukurinya.” Ar Rosyid terkagum-kagum dengan ucapan orang ini. Lantas beliau berkata, “Sungguh bagus pembagian nikmat menurutmu tadi.” (Al Fawa’id, Ibnul Qayyim, terbitan Darul ‘Aqidah, hal.165-166).

Itulah nikmat yang sering kita lupakan. Kita mungkin hanya tahu berbagai nikmat yang ada di hadapan kita, semisal rumah yang mewah, motor yang bagus, gaji yang wah, dsb. Begitu juga kita senantiasa mengharapkan nikmat lainnya semacam berharap agar tetap istiqomah dalam agama ini, bahagia di masa mendatang, hidup berkecukupan nantinya, dsb. Namun, ada pula nikmat yang mungkin tidak kita rasakan, padahal itu juga nikmat.

Kesehatan Juga Nikmat

Bayangan kita barangkali, nikmat hanyalah uang, makanan dan harta mewah. Padahal kondisi sehat yang Allah beri dan waktu luang pun nikmat. Bahkan untuk sehat jika kita bayar butuh biaya yang teramat mahal. Namun demikianlah nikmat yang satu ini sering kita lalaikan.

Dua nikmat ini seringkali dilalaikan oleh manusia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no.6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”  (Dinukil dari Fathul Bari 11/230)

Rizki Tidak Hanya Identik Dengan Uang

Andai kita dan seluruh manusia bersatu padu membuat daftar nikmat Allah, niscaya kita akan mendapati kesulitan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ(  إبراهيم

“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34).

Bila semua yang ada pada kita, baik yang kita sadari atau tidak, adalah rizki Allah tentu semuanya harus kita syukuri. Namun bagaimana mungkin kita dapat mensyukurinya bila ternyata mengakuinya sebagai nikmat atau rejeki saja tidak?

Akhi Ukhti, kita pasti telah membaca dan memahami bahwa kunci utama langgengnya kenikmatan pada diri kita ialah sikap syukur nikmat. Dalam ayat suci Al Qur’an yang barangkali kita pernah mendengarnya disebutkan,

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (QS. Ibrahim: 7).

Alih² mensyukuri nikmat, menyadarinya saja tidak. Bahkan dalam banyak kesempatan bukan hanya  tidak menyadarinya, akan tetapi malah mengingkari dan mencelanya. Betapa sering kita mencela angin, panas matahari, hujan dan berbagai nikmat Allah lainnya?

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan bahwa Al Fudhail bin ‘Iyadh mengisahkan: “Pada suatu hari Nabi Dawud ‘alaihissalam berdoa kepada Allah: Ya Allah, bagaimana mungkin aku dapat mensyukuri nikmat-Mu, bila ternyata sikap syukur itu juga merupakan kenikmatan dari-Mu? Allah menjawab doa Nabi Dawud ‘alaihissalam dengan berfirman: “Sekarang engkau benar² telah mensyukuri nikmat-Mu, yaitu ketika engkau telah menyadari bahwa segala nikmat adalah milikku.” (Dinukil dari Tafsir Ibnu Katsir)

Imam As Syafii berkata, “Segala puji hanya milik Allah yang satu saja dari nikmat-Nya tidak dapat disyukuri kecuali dengan menggunakan nikmat baru dari-Nya. Dengan demikian nikmat baru tersebutpun harus disyukuri kembali, dan demikianlah seterusnya.”  (Ar Risalah oleh Imam As Syafii 2)

Wajar bila Allah Ta’ala menjuluki manusia dengan sebutan “sangat lalim dan banyak mengingkari nikmat, sebagaimana disebutkan pada ayat di atas dan juga pada ayat berikut,

وَهُوَ الَّذِي أَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ إِنَّ الْإِنسَانَ لَكَفُورٌ

“Dan Dialah Allah yang telah menghidupkanmu, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (lagi), sesungguhnya manusia itu, benar² sering mengingkari nikmat.” (QS. Al Hajj: 66)

Artinya di sini, rizki Allah amatlah banyak dan tidak selamanya identik dengan uang. Hujan itu pun rizki, anak pun rizki dan kesehatan pun rizki dari Allah.

Surga dan Neraka pun Rizki yang Kita Minta

Sebagian kita menyangka bahwa rizki hanyalah berputar pada harta dan makanan. Setiap meminta dalam do’a mungkin saja kita berpikiran seperti itu. Perlu kita ketahui bahwa rizki yang paling besar yang Allah berikan pada hamba-Nya adalah surga (jannah). Inilah yang Allah janjikan pada hamba²-Nya yang sholeh. Surga adalah nikmat dan rizki yang tidak pernah disaksikan oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah tergambarkan dalam benak pikiran. Setiap rizki yang Allah sebutkan bagi hamba²-Nya, maka umumnya yang dimaksudkan adalah surga itu sendiri. Hal ini sebagaimana maksud dari firman Allah Ta’ala,

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

“Supaya Allah memberi Balasan kepada orang² yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. mereka itu adalah orang² yang baginya ampunan dan rezki yang mulia.” (QS. Saba’: 4)

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللهُ لَهُ رِزْقًا

“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga² yang mengalir di bawahnya sungai², mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 11)

Teruslah bersyukur atas nikmat dan rizki yang Allah beri, apa pun itu meskipun sedikit. Yang namanya bersyukur adalah dengan meninggalkan maksiat dan selalu taat pada Allah. Abu Hazim mengatakan, “Setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah, itu hanyalah musibah.” Mukhollad bin Al Husain mengatakan, “Syukur adalah dengan meninggalkan maksiat.” (‘Iddatush Shobirin hal.49, Mawqi’ Al Waroq)

Wallahu Waliyyut Taufiq..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..

Jumat, 28 Oktober 2016

WALI MAJDUB (MAJDZUB)

14.35.00 Posted by Admin 5 comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Melanjutkan pertanyaan dari Akhi Ahmad Saikhu Zein di Kelapa Dua Depok yang menanyakan soal Wali Majdzub, berikut penjelasan nya..

Wali Majdzub yang biasa juga di sebut wali Majdub merupakan salah satu tingkatan wali yang memiliki sifat Jadzb. Istilah Jadzb ini mungkin bagi sebagian orang awam yang belum mengetahui dunia atau ilmu tasawuf, masihlah sangat asing terdengar. Sifat Jadzb dalam kehidupan sehari² boleh dikatakan sifat yang nyeleneh yang terkadang cenderung seperti orang yang kehilangan akal sehatnya.

Majdzub secara bahasa adalah berarti tertarik, terhisap atau lebih mudah lagi adalah tenggelam dalam keasyikan pd suatu hal. Misalnya seorang yg asyik siang malamnya melupakan segala²nya bahkan makan dan minum, bahkan lupa pada semuanya, karena ia asyik dengan istrinya, maka ia dinamakan "MAJDZUBUZZAUJAH", demikian pula ada sekelompok orang yg lupa dengan segala²nya kecuali Allah SWT, maka ia dinamakan "MAJDZUBURRAHMAAN", demikian istilah para sufi.

Dan dalam kepribadiannya ia biasanya berusaha untuk menutupi kesholehannya, dengan berpakaian kotor dan berlaku seperti orang gila, hal ini tidak disukai oleh para Ulama dan Ahlilma/’rifah billah. Namun mereka tak mau merendahkannya, sebagaimana peringatan Rasulullah SAW agar jangan merendahkan mereka sebagaimana dalam hadits beliau SAW : "Barangkali orang yg berpakaian rombeng dan kumal yg diusir² di pintu² rumah itu, bila bersumpah dan berdoa kepada Allah, Dia segera mengabulkannya" (HR Muslim).

Orang seperti ini bukanlah panutan kita, namun tidak boleh pula kita menghinakannya..

Waliyullah yang Majdzub bukanlah orang gila sekalipun berkelakuan nyeleneh atau tidak lazim di kehidupan sehari².
Salah seorang yang merupakan wali majdzub adalah Al Habib Syechan bin Musthofa Al Bahar, seorang yang sering sekali di sebut² oleh para ulama² dan para habaib sebagai waliyullah yang majdzub (nyeleneh) yang sering menghilang jika sudah karomahnya terlihat di suatu tempat.

Beliau sangat susah di cari karena sering berpindah² tempat dengan cepat. Bahkan Al Habib Umar bin Hafidz (Ulama Yaman) terkadang di sela asiknya mengajar santri di Tarim Yaman sering berkata "Kita kedatangan seorang waliyullah Wan Sechan tapi tidak terlihat oleh para jemaah"..

Di antara karomah Al Habib Syechan bin Musthofa Al Bahar adalah :

• Suatu ketika sebut saja Si A bersama Jama’ah mau berangkat ke acara Maulidan lalu sambil lewat menyapa sang habib: “Habib ayo kita ke Maulidan nanti kemaleman”.
Maka Si Habib Syechan menjawab sambil marah², ”Sudah sana berangkat, Heh Kyai ente aja duluan ! nanti ane nyusul, berisik aja loe..!”
Tapi Begitu Si A tiba di majelis betapa kagetnya, ternyata entah lewat mana sang Habib Syechan itu, ternyata beliau sudah berada dideretan jama’ah terdepan bersama para Habaib dan Ulama lainnya. Si A hanya berkata dalam Hati.
“Subhanallah..“
Sambil senyum senyum dan geleng² kepala.
Kemudian sang habib itu menyalami para jemaah sambil peluk, sambil berkata.
"Ahlan Wa Sahlan Hehehe… barokah afwan ane sampe duluan ente belakangan, hiihiihiihii... semuanya ayo... mari, tafaddhol...”

Setelah Selesai acara doa, dan hindangan sudah keluar, keunikan lagi terjadi.
Semua hidangan Yang ada diacak-acak oleh beliau, semua makanan dicomot dicobain.
Bagi yg belum tahu siapa beliau hanya bisa tercengang campur kaget.
Si A sempat memberitahu kepada mereka agar dibiarkan tingkahnya itu, dan para Ulama dan Habaib yang hadir saat itu hanya bisa tersenyum.
lalu Habib Syechan berdoa komat kamit... terdengar sebait. “barakallah...
Insyaallah”....
"Subhanallah"

• Ada suatu kejadian yang lebih mengherankan lagi Di waktu Adzan maghrib berkumandang tepat di depan Musholla, Sang Habib Syechan itu membawa gitar dan teriak teriak disaat jama'ah akan melangsungkan sholat maghrib.
maka tentu saja hal ini membuat marah sang Marbot Mushollah, maka dengan lantangnya sang Marbot itu mencaci maki Habib Syechan habis habisan.
Tiba² Habib Syechan menjepit leher Marbot tersebut dan di benamkan kedalam ketiaknya.
Dan tiba² Sang marbot itu menangis sambil mengatakan ”Saya lihat Masjidil Haram Di Makkah... Saya lihat Baitullah dan Ka’bah di Mekkah...". dan akhirnya si Marbot tersebut segera meminta maaf kepada Sang Habib Syechan..
"Subhanallah"

• Ada sebuah rumah dari seorang keluarga miskin, dia hanya pedagang kecil di siang hari, tiba² didatangi oleh sang habib Syechan, maka tanpa permisi terdahulu beliau langsung nyelonong masuk kerumahnya tampa minta izin terdahulu, beliau langsung menyantap makanan yang ada dimeja makan nya.
Akhirnya sang tuan rumah hanya bisa melongo tanpa berkata apapun.
kemudian setelah selesai menyantapnya sang Habib pun pamit, sambil berkata. “Terima kasih ya, assalamu'alaikum...” . Heran dan tak habis fikir tuan rumah hanya bisa melongo.
"SUBHANALLAH"
Anehya tak berapa lama kemudian si keluarga miskin pedagang lecil itu mendapatkan rezeki yang tak disangka sangka dan kini mereka menjadi pedagang besar dan kaya raya.
Menurut segelintir orang yang faham artinya, jika seandainya tuan rumah tadi marah² dan tak terima, maka tidak akan menjadi seperti sekarang, bisa menjadi orang yang kaya raya.
"Subhanallah"

• Kisah lain lagi, ada seorang tukang Es Cendol di Madrasah Al Wathoniah Klender Jakarta Timur, Es nya diambil segelas tanpa permisi apalagi bayar. Namun si tukang es hanya geleng² kepala tanpa komentar.
Sempat dia ingin mau marahi sang Habib Syechon itu, namun diberitahu oleh Satpam yang mengenal sang Habib itu, lalu si tukang Es hanya bisa diam.
Begitu selesai, tak berapa lama setelah sang Habib pergi, segerombolan orang entah dari mana memborong semua Es cendolnya dengan bayaran yang lebih, hingga dia tidak perlu lagi berjualan hingga larut malam. Benar² laris manis...barokah sang habib..

Karomah yang dimiliki para Wali adalah merupakan sesuatu perkara yang terjadi diluar kemampuan akal manusia biasa untuk memikirkan atau menciptakan.
Perkara itu (karomah) diberikan Allah kepada hamba pilihan-Nya. Setiap sikap perbuatan dan ucapannya serta keadaan hatinya selalu bergerak dalam khasanah Allah semata.
Oleh karena itu bagi Waliyullah dengan Karomahnya kadang² tampak keanehan² baik dalam sikap tindakan dan ucapan yang tidak begitu saja mudah bagi akal manusia biasa untuk memahaminya.

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa dapat mempertemukan kita dengan salah satu wali-Nya sekalipun itu mungkin cuma sekedar mencium tangan dan menjabat tangannya sebagai rasa Mahabbah dan cinta terhadap Ulama dan habaib.
Begitulah cara Allah menyembunyikan para kekasih-Nya..
Ada rahasia dibalik rahasia... Wallahu a’lam..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

BOLEHNYA DZIKIR BAGI ORANG YANG BERHADATS

06.54.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Melanjutkan pertanyaan dari Akhi Beny di Sidoarjo dan Akhi Lukman di Jakarta yang menanyakan soal Boleh tidaknya orang berdzikir bila dalam keadaan junub, Berikut penjelasan nya..

Dari penjelasan Imam An Nawawi rahimahullah dalam kitab beliau At Tibyan, An Nawawi rahimahullah mengatakan,
Para ulama kaum muslimin sepakat bahwa membaca tasbih, tahlil, tahmid, takbir, shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dzikir² lainnya diperbolehkan bagi orang yang junub dan wanita haidh.

Menurut para ulama Syafi’iyah mengatakan, “Jika orang yang junub atau wanita haidh mengatakan pada seseorang dengan panggilan yang serupa dengan ayat Al Qur’an,

يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ

“Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (QS. Maryam: 12), jika dimaksudkan bukan untuk membaca Al Qur’an, maka seperti ini diperbolehkan. Begitu pula perbuatan semacam ini.”

Begitu pula mereka para ulama Syafi’iyah mengatakan, “Diperbolehkan bagi wanita haidh dan orang yang junub mengucapkan,

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un..(QS. Al Baqarah: 156), ketika tertimpa musibah, namun jika dimaksudkan bukan untuk tilawab (membaca) Al Qur’an.”

Begitu pula para ulama Syafi’iyah yang berada di Khurosan mengatakan, “Diperbolehkan bagi seseorang ketika naik kendaraan mengucapkan,

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ

“Subhanalladzi Maha Suci Rabb yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. (QS. Az Zukhruf: 13).

Begitu pula diperbolehkan baginya membaca do’a,

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Baqarah: 201).”

Imam Al Haromain juga mengatakan, “Jika seseorang yang junub mengucapakan bismillah atau alhamdulillah dan memaksudkannya untuk membaca Al Qur’an, maka dia berdosa. Namun, jika dia membacanya dengan maksud dzikir atau tidak memaksudkan apa-apa (tidak memaksudkan membaca Al Qur’an), maka dia tidak berdosa.”

Maka dengan demikian dari penjelasan An Nawawi rahimahullah di atas dapat kita simpulkan bahwa jika seorang yang junub atau wanita haidh membaca sebagian ayat Al Qur’an namun dimaksudkan untuk dzikir seperti membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebelum tidur, atau dimaksudkan untuk berdo’a seperti do’a Rabbana atina fid funya hasanah …, ini semua diperbolehkan karena dimaksudkan bukan membaca Al Qur’an.

Begitu juga kalau wanita haidh dan orang yang junub membaca dzikir semacam bacaan tasbih, takbir, bismillah dan alhamdulillah, itu pun diperbolehkan. Wallahu a’lam..

Wallahu waliyyut taufiq..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

Kamis, 27 Oktober 2016

10 PELEBUR DOSA (Bag.3)

16.59.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Kesempatan kali ini adalah bahasan terakhir dari 10 Pelebur Dosa yang sebelumnya telah dibahas. Di antara sebab dosa bisa lebur adalah berkat syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi pelaku dosa besar, bisa pula karena musibah yang menimpa seorang muslim. Dan yang lebih besar dari itu semua adalah karena rahmat dan ampunan Allah.

Keenam: Syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya pada pelaku (dosa besar) di hari kiamat kelak.

ISebagaimana telah terdapat hadits mutawatir (dengan jalur periwayatan yang banyak) yang membicarakan tentang syafa’at.
Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih,

شَفَاعَتِي لِأَهْلِ الْكَبَائِرِ مِنْ أُمَّتِي

“Syafa’atku untuk pelaku dosa besar dari umatku.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

خُيِّرْت بَيْنَ أَنْ يَدْخُلَ نِصْفُ أُمَّتِي الْجَنَّةَ ؛ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْت الشَّفَاعَةَ لِأَنَّهَا أَعَمُّ وَأَكْثَرُ ؛ أَتَرَوْنَهَا لِلْمُتَّقِينَ ؟ لَا . وَلَكِنَّهَا لِلْمُذْنِبِينَ المتلوثين الْخَطَّائِينَ

“Separuh dari umatku akan dipilih untuk masuk surga atau akan diberi syafa’at. Maka aku pun memilih agar umatku diberi syafa’at karena itu tentu lebih umum dan lebih banyak. Apakah syafa’at itu hanya untuk orang bertakwa? Tidak. Syafa’at itu untuk mereka yang terjerumus dalam dosa (besar).”

Ketujuh: Musibah di dunia yang menjadi sebab terhapusnya dosa.

Sebagaimana disebutkan dalam shahihain (Bukhari-Muslim), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛ وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”

Kedelapan: Ujian di alam kubur, juga siksaan dan kenikmatan yang menjadi sebab terhapusnya dosa-dosanya

Kesembilan: Kengerian dan kesulitan pada hari kiamat.

Kesepuluh: Rahmat dan ampunan dari Allah tanpa sebab yang dilakukan oleh hamba.

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa memberikan kita taufiq dan hidayah-Nya serta menerima istighfar dan taubat kita, agar pada saat kita kembali kepada Allah, diri kita dalam keadaan bersih dan bisa di kumpulkan dengan golongan orang² yang Allah cintai..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

10 PELEBUR DOSA (Bag.2)

14.28.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Untuk menghapuskan dosa tidak hanya dengan taubat dan istighfar. Amalan sholeh yang dilakukan oleh orang beriman itu pun bisa menghapuskan dosa bahkan dikatakan oleh  Ibnu Taimiyah sampai bisa menghapuskan dosa besar.

Totalnya ada 10 amalan yang bisa melebur dosa atau menghindarkan hamba dari hukuman di akhirat kelak. Tulisan ini ane susun dari penjelasan Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa. Dalam kesempatan kali ini kita akan masuk pada pelebur dosa keempat dan kelima.

Keempat: Do’a sesama orang beriman kepada lainnya seperti melalui shalat jenazah

Dari ‘Aisyah dan Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَا مِنْ مَيِّتٍ يُصَلِّي عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ إلَّا شُفِّعُوا فِيهِ

“Tidaklah seorang mayit di shalati oleh sekelompok kaum muslimin yang jumlahnya hingga 100 orang, maka mereka semua akan memberikan syafa’at pada mayit tersebut”

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جِنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلًا لَا يُشْرِكُونَ بِاَللَّهِ شَيْئًا إلَّا شَفَّعَهُمْ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu ia dishalati (dengan shalat jenazah) oleh 40 orang di mana mereka tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun melainkan orang yang dishalati tadi akan mendapatkan syafa’at dari mereka.”

Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ini adalah do’a bagi seorang mukmin setelah ia mati. Tidak boleh dipahami bahwa ampunan bagi orang mukmin yang bertakwa ini disyaratkan jika ia menjauhi dosa besar, lalu dosa² kecilnya saja yang diampuni. Penjelasan ini menunjukkan bahwa dosa si mayit tadi diampuni menurut dua kubu yang berselisih.
Dari sini dipahami pula bahwa do’a merupakan sebab ampunan bagi si mayit.

Kelima: Amalan kebaikan yang ditujukan untuk mayit

Contohnya adalah sedekah. Amalan sedekah ini bermanfaat bagi mayit berdasarkan dalil yang shahih dan tegas serta berdasarkan kesepakatan para ulama. Begitu pula dengan memerdekakan dan haji bagi si mayit juga bermanfaat. Terdapat hadits shahih dalam Bukhari-Muslim yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang puasa, maka ahli warisnya yang  nanti mempuasakan dirinya.”

Terdapat pula hadits semisal itu mengenai puasa nadzar dari riwayat yang lain.
Amalan² tadi tidak bisa kita pertentangkan dengan ayat,

وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إلَّا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”

Hal ini disebabkan dua alasan:

1. Telah terdapat dalil² yang shahih yang mutawatir (lewat jalur yang banyak) ditambah dengan kesepakatan para ulama salaf bahwa seorang mukmin akan mendapatkan manfaat dari amalan yang bukan ia usahakan. Seperti dari do’a dan permintaan ampun dari para malaikat padanya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang² yang beriman.”

Begitu pula dengan firman Allah Ta’ala,

وَمِنَ الْأَعْرَابِ مَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَتَّخِذُ مَا يُنْفِقُ قُرُبَاتٍ عِنْدَ اللَّهِ وَصَلَوَاتِ الرَّسُولِ

“Di antara orang² Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul.”

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات

“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang² mukmin, laki-laki dan perempuan.”

Seperti juga do’a orang yang melaksanakan shalat jenazah pada si mayit dan bagi orang beriman berziarah ke kuburnya.

2. Ayat di atas (surat An Najm ayat 39) secara tekstual tidaklah menunjukkan bahwa manusia akan mendapatkan manfaat dari hasil usahanya saja. Tidaklah dipahami bahwa ia tidak memiliki atau tidak berhak selain dari yang ia usahakan atau usaha orang lain tidak akan ia peroleh manfaatnya. Yang tepat adalah Allah masih mungkin memberinya manfaat dan rahmat dari amalan orang lain dan itu tidak menghalangi sama sekali. Sebagaimana Allah merahmati hamba dengan memberinya sebab agar keluar dari kesempitan. Allah subhanahu wa ta’ala dengan hikmah dan rahmat-Nya menyayangi hamba dengan sebab yang ia lakukan dan ini akan mengokohkannya dan semakin merahmatinya.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِدَعْوَةِ إلَّا وَكَّلَ اللَّهُ بِهِ مَلَكًا كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ : آمِينَ وَلَك بِمِثْلِ

“Tidaklah seseorang mendoakan saudaranya dengan suatu do’a melainkan Allah akan mengutus malaikat yang bertugas ketika ia berdo’a kepada saudaranya, malaikat itu pun berkata, “Aamiin (semoga Allah kabulkan), engkau pun akan dapat semisalnya.”

Sebagaimana terdapat hadits, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى عَلَى جِنَازَةٍ فَلَهُ قِيرَاطٌ ؛ وَمَنْ تَبِعَهَا حَتَّى تُدْفَنَ فَلَهُ قِيرَاطَانِ ؛ أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ

“Barangsiapa yang shalat jenazah, maka ia akan mendapatkan satu qiroth. Barangsiapa yang menambah dengan mengikutinya hingga dikuburkan, maka ia akan mendapatkan dua qiroth. Minimal ukuran qiroth adalah semisal gunung Uhud.”

Sebagaimana Allah merahmati orang yang melaksanakan shalat jenazah lantas berdo’a untuk si mayit, demikian pula si mayit dirahmati dengan do’a orang yang masih hidup untuknya.

Pembahasan ini masih dilanjutkan pada pelebur dosa keenam s/d kesepuluh..

Insyaa Allah bersambung, Semoga Allah memberikan kemudahan untuk segala sesuatunya'..