Jumat, 19 Agustus 2016

RUQYAH MASSAL

10.40.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Melanjutkan pertanyaan Mba Aty soal RUQYAH MASSAL, berikut penjelasan nye..

Sebagaimana yang pernah ane jelasin sebelomnye mengenai bahasan ruqyah, bentuk² ruqyah yang dipraktekkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, mereka membacakannya langsung kepada orang yang sakit dan dilakukan secara personal, tidak berjamaah..

Kita sangat tahu, para sahabat yang baru keluar dari tradisi jahiliyah, tentu tidak semuanya bebas dari muamalah dengan makhluk halus, yang mereka yakini sebagai roh pembantu. Terlebih kebanyakan mereka di masa jahiliyah punya hubungan dengan dukun.

Meskipun demikian, tidak kita jumpai adannya riwayat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun sahabat menyelenggarakan ruqyah jamaah.

Diantara riwayat yang menyebutkan bentuk ruqyah beliau,

Pertama, hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau ‎menceritakan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا ‏اشْتَكَى مِنَّا إِنْسَانٌ، مَسَحَهُ بِيَمِينِهِ، ثُمَّ قَالَ: «أَذْهِبِ الْبَاسَ، رَبَّ ‏النَّاسِ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لَا ‏يُغَادِرُ سَقَمًا‎»‎

Apabila ada di antara kami yang sakit ‎maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‎mengusapkan tangan kanan beliau, kemudian ‎membaca,

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أذْهِبِ البَاسَ، اِشْفِ أنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفاءَ إِلاَّ ‏شِفاؤُكَ شِفاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً

“Yaa Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah ‎sakit ini, sembuhkanlah, Engkaulah As-Syafi (Sang ‎Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali ‎kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak ‎meninggalkan penyakit.” ‎(HR. ‎Bukhari 5675 dan Muslim ‎‎2191)‎

‎Kedua, hadits tentang ruqyah Jibril kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sakit
Ruqyah ini pernah dibaca jibril untuk Nabi ‎Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ‎beliau sakit,

بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ، مِنْ كل شئ يُؤْذِيكَ، مِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ أو عَيْنٍ ‏حاسِدٍ، اللَّهُ يَشْفِيكَ، بِسْمِ اللَّهِ أرْقِيكَ

‎“Dengan nama Allah, aku meruqyahmu, dari semua ‎yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa dan ‎mata hasad, semoga Allah menyembuhkanmu, ‎Dengan nama Allah, aku meruqyahmu.”‎

Hadits selengkapnya:‎
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau ‎menceritakan,

أن جبريل أتى النبيَّ صلى الله عليه وسلم، فقال: “يا مُحَمَّدُ، ‏اشْتَكَيْتَ؟ قال: نَعَمْ، قال: بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ‎…‎

Jibril datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‎sallam, kemudian bertanya, “Wahai Muhammad, ‎kamu sakit?” beliau menjawab, “Ya.” Kemudian Jibril ‎membaca: BISMILLAAHI ARQII-KA, … dst sampai ‎akhir doa”. (HR. Muslim 2186, Turmudzi 972, Ibnu ‎Majah 3523)

Ketiga, ruqyah untuk luka

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau ‎menceritakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‎apabila ada sahabat yang mengadukan sakitnya atau ‎luka di tubuhnya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‎sallam melakukan hal semacam ini dengan jari ‎beliau. [Sufyan – perawi hadis – meletakkan jari ‎telunjuknya ke tanah], kemudian beliau ‎mengangkatnya dan membaca kalimat,

بِسْمِ اللَّهِ تُرْبَةُ أرْضِنا بِرِيقَةِ بَعْضِنا يُشْفَى بِهِ سَقِيمُنا بإذْنِ رَبِّنا

“Bismillah (dengan nama Allah), debu tanah kami, ‎dengan sedikit ludah kami, bisa menjadi sebab ‎sembuhnya sakit kami, dengan izin Rabb kami.” ‎(HR. ‎Bukhari 5745 dan Muslim 2194)‎
Tentu saja yang luka ketika perang sangat banyak, namun beliau tidak membuka praktek ruqyah massal setelah perang.

Semua riwayat di atas, dijadikan dasar para ulama untuk memfatwakan larangan ruqyah secara massal. Karena semacam ini tidak ada tuntunannya dalam Islam.

Berikut ane sebutkan beberapa fatwa ulama kontemporer yang menjumpai praktek ruqyah massal.

Pertama, fatwa Lajnah Daimah yang ketika itu diketuai Imam Ibnu Baz,

Tanya: Bolehkah ruqyah dengan mikrofon, atau melalui telepon dari jauh, atau secara masal di waktu yang sama?

Jawab:
الرقية لا بد أن تكون على المريض مباشرة، ولا تكون بواسطة مكبر الصوت، ولا بواسطة الهاتف؛ لأن هذا يخالف ما فعله رسول الله صلى الله عليه وسلم وأصحابه رضي الله عنهم وأتباعهم بإحسان في الرقية، وقد قال صلى الله عليه وسلم: «من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Ruqyah harus dibacakan langsung kepada orang yang sakit. Tidak bisa dilakukan dengan media pengeras suara, apalagi melalui telepon. Karena ini tidak sesuai dengan apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum, serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam tata cara ruqyah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Siapa yang membuat hal baru dalam agama, yang tidak ada dalilnya, maka itu tertolak.’ (Fatwa Lajnah Daimah, no. 20361).

Kedua, Keterangan Imam Ibnu Utsaimin

القراءة الجماعية على المصابين ليست طريقاً مأثوراً ولا موروثاً عن السلف، بل هو حادث. .

Membacakan al-Quran secara massal kepada orang yang terkena penyakit, bukan cara yang memiliki dalil, tidak pula dipraktekkan dari para salaf. Namun ini hal baru.. (Majmu’ Fatawa wa Rasail al-Utsaimin, 17/33).

Ketiga, fatwa Syech Abdul Muhsin al-Abbad

نفع الناس طيب، ولكن ليس بهذا التوسع وبهذا الابتذال الذي قد حصل، فهذا التوسع غير جيد، حتى أن بعضهم بسبب كثرة المتعالجين عنده يقرأ على عدة أشخاص! فهذا لا وجه له، وكونه يبيع الماء المرقي هذا توسع غير جيد

Membantu orang yang kesulitan termasuk amal baik, namun tidak bisa dengan cara semaunya. Bermudah-mudah dalam hal ini tidak bagus. Hingga ada sebagian tukang ruqyah, disebabkan seking banyaknya yang minta diobati, dia melakukan ruqyah massal! Ini tidak ada dasarnya. Termasuk menjual air ruqyah, ini aturan semaunya. (Syarh Sunan Abu Daud, al-Abbad, 12/391)

Jadi dengan adanye penjelasan yang ane udeh jabarin, maka yang namanye Ruqyah massal itu TIDAK BOLEH..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

DOA DOA PEMBUKA PINTU RIZKI

10.33.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Ada beberapa doa yang bisa menjadi pembuka pintu rezeki yang ane dapet dari guru² ane. Doanye mudah dan semoga mudah pula mendapatkan keluasan rizki yang Allah kasih..

Pertama:

Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca do’a berikut,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kedua:

Do’a dari hadits ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak."

Artinya:
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Ketiga:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاهْدِني ، وَعَافِني ، وَارْزُقْنِي

Allahummaghfirlii, warhamnii, wahdinii, wa ‘aafinii, warzuqnii."

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku, berilah petunjuk padaku, selamatkanlah aku (dari berbagai penyakit), dan berikanlah rezeki kepadaku.”

Dari Thoriq bin Asy-yam –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata,

كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أسْلَمَ عَلَّمَهُ النَّبيُّ – صلى الله عليه وسلم – الصَّلاَةَ ثُمَّ أمَرَهُ أنْ يَدْعُوَ بِهؤلاَءِ الكَلِمَاتِ : (( اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاهْدِني ، وَعَافِني ، وَارْزُقْنِي )) .

“Jika seseorang baru masuk Islam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan pada beliau shalat, lalu beliau memerintahkannya untuk membaca do’a berikut: “Allahummaghfirlii, warhamnii, wahdinii, wa ‘aafinii, warzuqnii.” (HR. Muslim no. 35, 2697)

Dalam riwayat lain, dari Thariq, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –dan ketika itu beliau didatangi seorang laki-laki-, lalu laki-laki tersebut berkata,

يَا رسول اللهِ ، كَيْفَ أقُولُ حِيْنَ أسْأَلُ رَبِّي ؟ قَالَ : (( قُلْ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَعَافِني ، وارْزُقْنِي ، فإنَّ هؤلاَءِ تَجْمَعُ لَكَ دُنْيَاكَ وَآخِرَتَكَ )) .

“Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan ketika aku ingin memohon pada Rabbku?” Beliau bersabda, “Katakanlah: Allahummaghfir lii, warhamnii, wa ‘aafinii, warzuqnii”, karena do’a ini telah mencakup dunia dan akhiratmu. (HR. Muslim no. 36, 2697)

Dalam hadits Ibnu ‘Abbas disebutkan do’a duduk antara dua sujud yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي.

“Robbighfirlii warahmnii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii (artinya: Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku).” (HR. Ahmad 1: 371. Syech Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa haditsnya hasan).

Keempat:

اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي

Allahumma ak-tsir maalii wa waladii, wa baarik lii fiimaa a’thoitanii wa athil hayaatii ‘ala tho’atik wa ahsin ‘amalii wagh-fir lii.”

Artinya:
“Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku.”

Doa² yang ane jabarin di atas adalah intisari dari dalil-dalil yang telah disebutkan di atas. (Intisari dari doa pada Anas dan hadits Abdurrahman bin Abi Bakrah di sini)

Semoga bermanfaat dan semoga bisa diamalkan, semoga Allah mudahkan pintu rezeki untuk kita semua'..

"Semoga jadi ilmu dan amalan yang manfaat"

KUNCI PEMBUKA PINTU RIZKI

10.23.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Berikut KUNCI PEMBUKA PINTU RIZKI yang ane dapet dari guru² ane..

1. Perbanyak Istighfar

Allah Ta’ala berfirman,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.

أَنَّ رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ هَذِهِ الْآيَة

“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al-Hasan tentang musim paceklik yang terjadi. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan (kebunnya). Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki anak. Lalu Al-Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.

Kemudian setelah itu Al-Hasan Al-Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar di Fath Al-Bari, 11: 98)

2. Menjalin silaturahim

Silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat yang pernah putus atau terus menjalin yang telah selama ini ada.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Kata Imam Nawawi dilapangkan rezeki adalah diluaskan atau diperbanyak rezekinya. Juga bisa maksudnya adalah Allah berkahi rezekinya. (Syarh Shahih Muslim, 16: 104)
Ibnu Hajar dalam Al-Fath menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.”

3. Memperbanyak sedekah

Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim, no. 2588)

Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:
Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Secara inderawi dan realita bisa dirasakan.
Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim, 16: 128)

4. Bertakwa pada Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا , وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan kita penjelasan menarik mengenai pengertian takwa. Beliau rahimahullah berkata,
“Takwa adalah seseorang beramal ketaatan pada Allah atas cahaya (petunjuk) dari Allah karena mengharap rahmat-Nya dan ia meninggalkan maksiat karena cahaya (petunjuk) dari Allah karena takut akan siksa-Nya. Tidaklah seseorang dikatakan mendekatkan  diri pada Allah selain dengan menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan dan menunaikan hal-hal yang sunnah. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib yang Aku cintai. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya.” Inilah hadits shahih yang disebut dengan hadits qudsi diriwayatkan oleh Imam Bukhari.” (Majmu’ Al-Fatawa, 10: 433)

5. Melakukan haji dan umrah

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِى الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ

“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak.” (HR. An-Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1: 387. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

6. Memperbanyak doa minta rezeki

Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari hadits Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia menyatakan:
Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca do’a berikut,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا

Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.
Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Juga do’a lainnya dari hadits ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengajarkan doa berikut,

اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika ‘amman siwaak.
Artinya:
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Selanjutnya insyaa Allah akan ane jabarin juga DOA² PEMBUKA PINTU RIZKI yang ane dapet dari guru² ane'..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

HAL YANG DAPAT MENGHILANGKAN KEBERKAHAN RIZKI

10.11.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Beberapa waktu kemaren, ane udeh ngejelasin soal Keberkahan rizki, Syarat² adanya keberkahan rizki, dan Amalan² sholeh yang dapat mendatangkan keberkahan rizki..
Buat ngelengkapin bahasan soal keberkahan rizki, berikut akan ane jelasin juga HAL² YANG DAPAT MENGHILANGKAN KEBERKAHAN RIZKI itu sendiri'..

Akhie Ukhtie, banyak orang tanpa disadari perbuatan yang ia lakukan telah menghalangi keberkahan dalam hidupnya karena godaan dari setan sehingga apa yang ia lakukan tidak memberikan manfaat dalam hidupnya, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

"orang yang paling berat disiksa pada hari kiamat ialah orang yang dipandang ada kebaikanya padahal sebenarnya tidak ada kebaikannya sama sekali.”
(HR Ad-Dailami)

Berikut hal hal yang dapat menghalangi keberkahan rizki seseorang :

1.Berbuat maksiat dan dosa
Sebetulnya manusia menyadari berbuat maksiat dan dosa dapat menghalangi keberkahan pada hidupnya. Hanya saja kita sering tidak berdaya dengan rayuan setan.  Sehingga , menganggap dosa dan maksiat yang kita kerjakan adalah hal yang sudah maklum bagi kehidupan manusia.
Ingatlah Allah tidak akan mengazab suatu negeri jika penduduknya beriman. Dan Allah akan menurunkan keberkahan ke Suatu negeri jika penduduknya itu bertaqwa. Allah berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
(QS: Al-A'raf Ayat: 96)

2. Bersumpah, berbohong dan menipu
Selanjutnya hal-hal yang menghalangi keberkahan adalah banyak bersumpah ketika melakukan jual beli.  Nabi pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Abu hurairah bahwa ia mendengar nabi berkata “Sumpah itu melariskan dagangan jual beli, namun menghilangkan keberkahan”. (HR Bukhari dan Muslim)

Begitu juga jika jual beli dilakukan atas dasar saling menipu dan berbohong.  Allah pasti akan mencabut keberkahan di dalamnya.  Nabi bersabda “ Orang yang bertransaksi jual beli masing-masing memiliki hak khiyar (membatalkan dan melanjutkan transaksi) selama keduanya belum berpisah. Jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya akan mendapatkan keberkahan dalam jual beli, tapi jika keduanya  berdusta dan tidak terbuka, maka keberkahan jual beli antara keduanya akan hilang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Tidak diawali dengan Bismillah
Nabi pernah bersabda bahwa segala sesuatu yang tidak diawali dengan bismillah akan tertolak.  Umar bin Abi Salamah pernah mendengar Nabi bersabda “ jika seseorang masuk ke dalam rumahnya, kemudian dia menyebut nama Allah saat masuk dan hendak makan, berkatalah setan ‘tidak ada tempat menginap untuk kalian (bangsa setan) maupun makan malam’.  Jika seseorang masuk ke dalam rumah tanpa menyebut nama Allah saat masuk kedalamnya ‘ kalian mendapat tempat menginap’.  Dan jika seseorang tidak menyebut nama Allah saat menyantap makanan setan berkata ‘ kalian mendapat tempat menginap dan makan malam”. (HR. Muslim)

4. Menafkahkan dan menyedekahkan harta yang buruk
An-Nasai meriwayatkan dalam As Sunan dari Wa’il bin Hujr dia berkata” Sesungguhnya Nabi mengutus seorang petugas mengambil zakat, lalu ia mendatangi seseorang dan orang itu memberikan seekor anak unta sapihan yang kurus, maka nabi bersabda ‘kami telah mengutus seorang petugas mengambil zakat utusan Allah dan Rasulnya, dan sungguh si fulan telah memberikan seekor anak unta sapihan yang kurus’.  “Ya Allah janganlah Engkau berikan kerkah kepadanya dan jangan pula kepada untanya’.  Lalu berita itu sampai kepada orang tersebut maka ia datang dengan membawa unta yang  baik seraya berkata ‘ saya bertaubat kepada Allah dan kepada Nabi-Nya’.  Maka Nabi berkata ‘ Ya Allah berikanlah berkah kepadanya dan kepadaq untanya’.  (HR An-Nasai)

5. Menjual harta tidak bergerak
Dari Said bin Huraits dia berkata “ Saya mendengar Nabi bersabda ‘ Barang siapa menjual rumah atau harta tidak bergerak lainya.  Kemudian ia tidak menggunakan harganya untuk membeli yang semisalnya, maka sudah sepantasnya, ia tidak mendapat keberkahan padanya’.” (HR Ahmad)

6. Memakan barang haram dengan berbagai bentuk dan caranya
Diantara barang haram yang paling besar adalah riba. Ia sama sekali mempunyaikeberkahan maupun kebaikan.  Allah berfirman :

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
(QS: Al-Baqarah Ayat: 276)

7. Menolak mengeluarkan zakat
Dalam suatau riwayat Abdullah bin Ummar pernah mendengar Nabi bersabda “ Wahai kaum muslimin !  Ada lima perkara yang akan ditimpakan kepada kalian.  Tetapi aku memohon perlindungan kepada Allah, jangan sampai kalian tertimpa olehnya.  “ Kemudian beliau menyebut diantaranya “ Dan tidaklah mereka menolak dikeluarkan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit akan dihentikan dari mereka.  Andaikan bukan karena binatang ternak mereka, tidak akan diberi hujan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

8. Tidak puas terhadap rezeki yang diberikan
Dalam riwayat Ahad bin Sulaim pernah melihat Nabi berkata “ Sesungguhnya Allah Yang  Maha Agungdan Maha Tinggi menguji hamba dengan pemberian yang diberikan kepadanya.  Barang siapa ridha terhadap pemberian Allah. Maka, Allah akan memberkahi pemberian itu dan
melapangkannya.  Tetapi, barang siapa tidak ridha, maka Allah tidak akan memberkahinya pada pemberian itu”. (HR Ahmad)

Demikian beberapa hal yang menyebabkan berkah terhalang dalam hidup kita.  Waspadalah selalu terhadap tipu daya setan.  Ingatlah Allah dimana saja anda berada, bersyukurlah dengan segala nikmat yang diberi.  Insya Allah kita akan mendapatkan berkah dari Allah..

Dan untuk ulasan selanjutnya, insyaa Allah ane akan ngejabarin mengenai
KUNCI² PEMBUKA PINTU RIZKI..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

SIHIR

09.57.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Semakin akhir zaman yang namanye sihir makin akan merajalela'..
Bagaimakah persiapan kita agar tidak terkena sihir tersebut'?

Dulu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai kesempatan menyampaikan kepada para sahabatnya untuk melakukan ruqyah dzatiyah, yaitu seorang mukmin melakukan penjagaan terhadap diri sendiri dari berbagai macam gangguan jin dan sihir. Hal ini lebih utama dari pada meminta diruqyah org lain. Dan pada dasarnya setiap orang beriman dapat melakukan ruqyah dzatiyah.

Beberapa hadits berikut adalah anjuran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang beriman untuk melakukan ruqyah dzatiyah

“من قرأ آية الكرسي في دبر الصلاة المكتوبة كان في ذمة الله إلى الصلاة الأخرى”

“Siapa yg membaca ayat Al-Kursi setelah shalat wajib, maka ia dalam perlindungan Allah sampai shalat berikutnya” (HR At-Tabrani).

عن عبد الله بن خُبَيْبٍ عن أَبيهِ قالَ: “خَرَجْنَا في لَيْلَةٍ مَطِيرَةٍ وظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلم يُصَلّي لَنَا قالَ فأَدْرَكْتُهُ فقالَ: قُلْ. فَلَمْ أَقُلْ شَيْئاً. ثُمّ قالَ: قُلْ فَلَمْ أَقُلْ شَيْئاً. قالَ قُلْ فَقُلْتُ مَا أقُولُ قال قُلْ: قُلْ {هُوَ الله أَحَدٌ} وَالمُعَوّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِي وتُصْبِحُ ثَلاَثَ مَرّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلّ شَيْء”.

Dari Abdullah bin Khubaib dari bapaknya berkata,

”Kami keluar di suatu malam, kondisinya hujan dan sangat gelap, kami mencari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengimami kami, kemudian kami mendapatkannya.”

Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ” Katakanlah”. “ Saya tidak berkata sedikit pun”.

Kemudian beliau berkata, “Katakanlah.”

“Sayapun tidak berkata sepatahpun.”

“Katakanlah, ”

Saya berkata, ”Apa yang harus saya katakan?“

Rasul bersabda, ”Katakanlah, qulhuwallahu ahad dan al-mu’awidzatain ketika pagi dan sore tiga kali, niscaya cukup bagimu dari setiap gangguan.” (HR Abu Dawud, At-tirmidzi dan an-Nasa’i)

مَنْ قَرَأَ بِالْآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ

“Siapa yang membaca dua ayat dari akhir surat Al-Baqarah setiap malam, maka cukuplah baginya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

مَنْ نَزَلَ مَنْزلاً ثُمَّ قالَ: أعُوذُ بِكَلِماتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرّ مَا خَلَقَ، لَم يَضُرُّهُ شَيْءٌ حَتى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذلكَ”.‏

“Siapa yang turun di suatu tempat, kemudian berkata, ‘A’udzu bikalimaatillahit taammaati min syarri maa khalaq’, niscaya tidak ada yang mengganggunya sampai ia pergi dari tempat itu.” (HR Muslim)

Oleh karena itu orang beriman harus senantiasa melakukan ruqyah dzatiyah dalam kesehariannya. Hal-hal yang harus dilakukan dengan ruqyah dzatiyah adalah:

1. Memperbanyak dzikir dan doa yang ma’tsur dari Nabi SAW, khususnya setiap pagi, sore dan setelah selesai shalat wajib.
2. Membaca Al-Qur’an rutin setiap hari
3. Meningkatkan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah.
4. Menjauhi tempat-tempat maksiat
5. Mengikuti majelis ta’lim dan duduk bersama orang-orang  sholeh..

Terus bagaimana soal penentuan biaya yang sudah di tentukan oleh sang peruqyah'?
Akhie Beny, untuk urusan penentuan biaya yang sudah di tentukan oleh si peruqyah sebenernya itu tidak boleh, karena tentu akan lebih memberatkan lagi beban si pasien'..
Dengan penyakitnya saja si pasien sudah Allah kasih ujian yang lumayan berat, ye masa kita harus ngeberatin lagi dengan biaya² yang memang akan menambah beban bagi si pasien..

Namun para ulama sepakat membolehkan mengambil upah dari mengobati dengan cara ruqyah syar’iyah tapi bukan dengan menentukan berapa besarnya sendiri. Bahkan dalam hadits terkenal tentang para sahabat yang meruqyah kepala suku yang terkena bisa ular, Abu Sa’id Al-Khudri berkata, “ Saya tidak bersedia meruqyah sampai kalian memberiku upah”. Sehingga dalam kitab Shahih Al-Bukhari, salah satunya memasukkan hadits ini dalam bab al-ijarah. Dalam ujung hadits Abu Said Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ

“Bagilah (upah itu), dan beri aku satu bagian.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan upaya menjadikan pengobatan ruqyah sebagai usaha rutin dan tafarrugh, maka hukumnya sama dengan mengambil upah dari pengobatan yang lainnya. Hal ini karena pengobatan ruqyah membutuhkan waktu yang cukup dan dilakukan secara profesional. Begitu juga para peruqyah dituntut senantiasa meningkatkan ilmu dan keikhlasan.

Namun demikian karena pengobatan ruqyah adalah bagian dari fardhu kifayah dan kebutuhan ummat, maka sebaiknya jangan dijadikan sarana komersial atau bisnis murni, demikian halnya dengan pengurusan jenazah, khutbah, imam shalat, adzan dan iqomah, mengajarkan Al-Qur’an, bimbingan haji dan lain-lain..

Sampe sini jelas ye'..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"