Sabtu, 22 Oktober 2016

KESURUPAN DAN CARA MENGATASINYA DALAM PANDANGAN ISLAM

22.03.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Melanjutkan pertanyaan dari Akhi Beny di Sidoarjo juga yang menanyakan soal Kesurupan dan bagaimana cara mengatasinya dengan cara islami, berikut penjelasan nya..

Akhi Ukhti, Maha suci Allah atas seluruh ciptaan-Nya di muka bumi ini. Di antara semua ciptaan Allah di muka bumi, manusia adalah yang paling sempurna,

لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. at-Tin 95: 4)

Manusia dibekali dengan akal dan pikiran yang baik, diberi indra yang sempurna untuk melihat, merenungi, dan mensyukuri apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Dibalik kehebatan pemikiran yang menghasilkan karya dan teknologi yang hebat, ternyata masih banyak fenomena kasat mata yang ada di alam ini yang belum dapat dijawab hanya dengan penalaran logika saja.

Mungkin kita sudah lama mengenal fenomena kesurupan. Kesurupan atau kerasukan yang kita kenal adalah kondisi dimana raga manusia dikuasai oleh sesosok makhluk halus yang tak kasat mata alias tak tampak oleh mata.

Seorang yang sedang kesurupan menjadi tidak sadar diri dengan tindakan yang mereka lakukan. Biasanya orang yang sedang kesurupan suka bersikap aneh seperti meniru sesosok makhluk, entah itu hewan atau lainnya. Orang yang sedang kesurupan terlihat seperti memainkan peran yang bukan dirinya. Terkadang pula tampak meniru perilaku binatang seperti harimau ataupun ular.

Dalam dunia (ilmu) psikologi atau kepribadian manusia, fenomena kesurupan ini telah acap kali diteliti dan dikaji. Fenomena ini dikenal dengan nama Trans Possession, yaitu kondisi dimana jiwa kita dalam keadaan disosiasi yang menyebabkan hilangnya kemampuan diri kita untuk menyadari realitas di sekitar.

Di Indonesia, kesurupan massal sering kali kita temukan pada siswa SMA atau SMP. Biasanya mereka yang terkena kesurupan duduk di kelas 3. Karena di kelas 3 faktor stress karena tuntutan untuk lulus Ujian Nasional lebih bertambah dan terasa berat. Faktor stress juga bisa menjadi faktor utama orang mengalami fenomena kesurupan. Beban hidup serta kurangnya kedekatan dan ketawakalan kepada Allah SWT bisa mengakibatkan seorang muslim melemah imannya dan terserang oleh fenomena kesurupan ini.

Bagaimana Pandangan Islam Tentang Fenomena Kesurupan Ini?

Sebagai bagian dari umat Islam, kita harus meyakini akan adanya hal yang ghaib. Ghaib adalah segala sesuatu yang kasat mata atau tak tampak oleh mata.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur'an,

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.“ (QS. Al Baqarah : 3)

Kita harus meyakini dan mengimani bahwa ciptaan Allah SWT tidak hanya yang tampak dipandang mata saja. Fenomena kesurupan (masuknya makhluk halus golongan jin ke dalam tubuh manusia) bisa dikatakan sebagai salah satu godaan setan. Setan menyerang iman seorang muslim yang sedang goyah.

Allah SWT telah memeringatkan manusia dalam Al Quran:

يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُونَ

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memerlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut²nya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan² itu pemimpin² bagi orang² yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf 7: 27)

Menurut Ibnu Taimiyah, gangguan jin atau setan pada diri manusia terjadi pada celah² emosi, seperti syahwat, hawa nafsu, mabuk cinta, amarah, dan rasa takut. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan:

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia di tempat peredaran darah“. (HR. Al Bukhari dari Ali bin Husain, Shahih Al Bukhari IX/87, hadits no.7171 dan Muslim, Shahih Muslim VII/8, hadits no.5807 dari Anas bin Malik, dan hadits no.5808, dari Ali bin Husain)

Sebagian besar gangguan jin itu disebabkan oleh kebencian atau pembalasan dari pihak jin setelah disakiti oleh manusia. Tapi ada kalanya golongan mereka memang ingin menggangu manusia.

Gangguan jin terhadap manusia tidak hanya berupa kesurupan saja. Ada beberapa kriteria jenis gangguan yang disebabkan oleh jin.

1. Gangguan total, yaitu jin mengganggu dan menguasai seluruh tubuh manusia seperti yang kita lihat pada orang yang mengalami kesurupan.

2. Gangguan sektoral, dimana jin bisa mengganggu sebagian tubuh manusia yang bisa berakibat sakit, seperti pusing tanpa sebab ketika bangun tidur, ngantuk ketika kerja, dan rasa malas.

3. Gangguan berkepanjangan, dimana jin berada dalam tubuh manusia untuk mengganggu dalam jangka waktu yang lama, seperti ketika seseorang terkena teluh ataupun santet.

Biasanya gangguan ini terjadi ketika orang tersebut lemah imannya dan tidak meyakini serta mendalami apa yang telah Allah firmankan di dalam Al Quran.

4. Gangguan sejenak, terjadi ketika jin mengganggu hanya beberapa detik atau bisa disebut keisengan mereka dalam mengganggu hamba Allah. Gangguan sejenak ini seperti mimpi buruk yang pernah kita alami.
Oleh karena itu, kita harus selalu mengawali segala aktivitas dengan berdo’a, memohon perlindungan kepada Sang Penguasa Jagat Raya, Allah ‘Azza Wa Jalla.

Bagaimana Jin Bisa Memasuki Tubuh Manusia?

Dalam Al Quran disebutkan:

وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ

“Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS Ar Rahman : 15)

Menurut Ibnu Abbas, dalam kitab tafsirnya, Tanwir Al Miqbas, bahwa wujud api adalah wujud gejolak api, yaitu udara panas yang keluar dari api. Karena bisa menyerupai udara, maka makhluk jin bebas memasuki tubuh manusia yang sedang lemah imannya.

Kajian kedokteran modern mengatakan bahwa orang yang sedang kesurupan memiliki gelombang otak yang susah terdeteksi seakan-akan ada benda asing yang bersemayam di dalam otaknya. Orang yang kesurupan selalu lepas kontrol dan hilang kesadaran. Biasanya orang yang kesurupan akan mengalami perubahan nada suara. Misalnya perempuan yang kesurupan akan mengeluarkan suara menyerupai suara laki².

Bagaimana Cara Islam Dalam Menyembuhkan Orang Yang Kesurupan?

Ada beberapa kriteria bagi umat muslim yang bisa menyembuhkan seseorang yang sedang dalam kondisi kesurupan. Diantaranya adalah ia harus memiliki iman yang kuat, seorang muslim harus senantiasa mengingat Allah SWT, mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya. Orang yang bisa menyembuhkan kesurupan biasanya memiliki keyakinan yang kuat bahwa firman Allah SWT mempunyai pengaruh pada jin dan setan.

Pengobatan secara Islami bisa dilakukan dengan ruqyah sesuai dengan syariat Islam. Menurut Ibnu Taimiyah, ada beberapa ayat dalam Al Qur'an Al Karim yang dapat dibacakan ketika menghadapi orang yang sedang kesurupan. Di antara ayat² tersebut adalah: rangkaian ayat dalam surat Al Fatihah, Ayat Kursi (QS. Al Baqarah : 255), dan (QS.An Nisa’ : 14)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿١﴾ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿٣﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿٧﴾

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa² yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa² dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi [ilmu/kekuasaan] Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”

وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُّهِينٌ

“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan²-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan.”

Dalam surat dan ayat² tersebut tersebut, Allah memberi ancaman kepada siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.

Orang² yang musyrik telah menjadikan jin sebagai sekutu bagi Allah. Mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan jin² itu. Padahal dalam Al Quran sudah dijelaskan:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar² kezaliman yang besar’.” (QS Luqmân, 31: 13)

Ibnu Taimiyah juga mengingatkan, ketika orang dirasuki jin dan masih bisa berinteraksi sebaiknya kita mengingatkan jin tersebut akan larangan ia memasuki tubuh manusia. Pada dasarnya, seorang manusia tidak bisa diganggu oleh jin kecuali dalam keadaan sangat marah, sangat takut, atau pun sedang dalam keadaan bernafsu syahwat. Karena dalam kondisi tersebut, kita dalam keadaan lalai kepada Allah SWT. Akibatnya, jin pun akan selalu mengganggu kita.

Sebagai seorang muslim, kita harus selalu mendekatkan diri dan bertawakkal kepada Allah SWT. Semakin dekat kita kepada Allah, maka semakin kuat kita untuk memerangi musuh dan penggoda manusia, yaitu “setan”. Bila kita dapat mengendalikan diri dan selalu menjaga diri kita selalu di jalan Allah SWT, maka gangguan dari luar seperti kesurupan ataupun ‘santet’ dan apa pun namanya yang terkait dengan gangguan jin, tidak akan mampu menyentuh dan mengendalikan diri kita..

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa menjaga keimanan kita semua agar tidak terganggu dengan adanya gangguan makhluk² halus'..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..

PUASA HARI KELAHIRAN

21.35.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Melanjutkan pertanyaan dari Akhi Beny di Sidoarjo yang menanyakan soal Puasa kelahiran apakah ada syariatnya di dalam islam, berikut penjelasan nya..

Akhi Ukhti, Dalam satu pekan, ada beberapa hari yang disunnahkan kita untuk berpuasa, salah satunya ialah puasa hari Senin. Dasar disyariatkan nya puasa sunnah senin ialah karena Nabi Muhammad SAW melaksanakan itu, maka ini menjadi sunnah bagi ummatnya.

Rasulullah SAW ketika ditanya tentang puasa senin, beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ

"itu hari aku dilahirkan dan diturunkan kepadaku wahyu" (HR. Muslim)

Artinya, Rasulullah puasa pada hari senin karena beliau lahir di hari itu, lantas disyariatkan lah puasa sunnah pada hari itu. 
Kesimpulan hukumnya ialah kita disyariatkan puasa pada hari kelahiran beliau.

Namun yang jadi pertanyaan adalah, apakah berlaku juga buat ummat beliau, yakni disunnahkan berpuasa pada hari kelahiran'?/

Coba kita perhatikan isi hadits diatas, setelah Rasul menjelaskan bahwa pada hari senin itu beliau dilahirkan, beliau meneruskan bahwa pada hari itu juga diturunkan wahyu baginya. Berarti topik hadits tersebut ialah keutamaan hari senin. Bukan hari kelahiran seorang manusia biasa.

Sebab yang lahir di hari Senin itu bukan seorang Muhammad sebagai seorang anak dari manusia, melainkan yang lahir adalah seorang utusan Allah, pembawa risalah ketuhanan. Maka kita berpuasa di hari kelahiran seorang utusan Allah, bukan di hari kelahiran seorang manusia biasa.

Apa istimewanya kita sehingga disyariatkan puasa sunnah di hari itu?. Ingat, puasa termasuk Ibadah, dan ibadah dalam syariat itu harus Tauqify, tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil yang shahih baik dari Al qur'an dan sunnah. Dan tidak ada dalil yang mensyariatkan sunnahnya berpuasa pada hari kelahiran.

Rasulullah SAW bersabda :

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد  

"siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan perkara kami maka ia tertolak" (HR. Muslim).

Dan kalau kita menengok praktek para shahabat nabi yang mulia, kita tidak menemukan bahwa mereka masing² sibuk berpuasa di hari kelahiran mereka. Yang mereka lakukan adalah berpuasa di hari kelahiran nabi Muhammad SAW, yaitu hari Senin.

Di sinilah fungsi para shahabat, yaitu untuk dijadikan perbandingan dalam mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Kita memang diharuskan mengikuti sunnah Rasulullah SAW, namun terkadang kita sering kali salah duga dan salah kira. Maka praktek para shahabat nabi SAW bisa dijadikan guide pembanding, seperti apakah seharusnya ibadah yang kita lakukan dalam rangka mengikuti nabi Muhammad SAW? Maka kita lihat praktek para shahabat nabi SAW.

Karena itu, beliau SAW pun tidak lupa untuk memerintahkan kita untuk selain mengikuti praktek nabi, juga mengikuti praktek ibadah dari para shahabatnya itu..

Wallahu Waliyyut Taufiq..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

DULU BEJAT LALU MENJADI SHOLEH

07.22.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Tidak selamanya orang yang berada dalam kebaikan tidak pernah terjerumus dalam kesalahan, itu lebih baik. Yang dahulu kufur, yang dahulu bejat, lantas menjadi baik dan beriman dengan iman yang benar, bisa jadi ia lebih baik. Karena yang diperhatikan adalah kondisi akhir seorang muslim.

Ibnu Taimiyah rahimahullah memiliki perkataan menarik yang patut disimak:

Sebagian orang mengira bahwa seseorang yang lahir dalam keadaan Islam dan tidak pernah berbuat kekufuran sama sekali, itu yang lebih baik dari orang yang dulunya kafir kemudian masuk Islam. Anggapan ini tidaklah benar. Yang benar standarnya adalah siapa yang akhir hidupnya baik, yaitu siapa yang paling bertakwa kepada Allah di akhir masa hidupnya, itulah yang lebih baik.
Sudah kita ketahui bersama, saabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama kali masuk Islam) dari kaum Muhajirin dan Anshar yang dahulunya kufur lalu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka lebih baik dari anak² mereka atau selain anak mereka yang lahir dalam keadaan Islam.

Barangsiapa mengenal kejelekan dan ia merasakannya, lalu ia mengenal kebaikan dan merasakan nikmatnya, maka ia tentu lebih mengenal dan mencintai kebaikan tersebut serta membenci kejelekan daripada orang yang tidak mengenal dan melakukan kebaikan atau kejelekan sebelumnya. Bahkan orang yang hanya tahu perbuatan baik, ia bisa saja terjerumus dalam kejelekan karena tidak mengetahui itu perbuatan jelek. Ia bisa terjatuh di dalamnya atau ia tidak mengingkarinya. Hal ini berbeda dengan yang telah merasakan kejelekan sebelumnya.
[Al Majmu’ Al Fatawa 10: 300]

Sehingga jika seseorang yang dahulunya bejat lantas menjadi baik dan sholeh tidak selamanya kalah baiknya bahkan ia bisa jadi lebih baik dari orang yang sejak dahulunya adalah orang yang baik². Buktinya saja kita dapat saksikan banyak penjahat yang menjadi ulama dan orang sholeh, bahkan mengalahkan orang yang dahulunya telah beriman. Karena sekali lagi kondisi seorang muslim dilihat dari akhirnya.
Ada sebagian yang malah dahulu beriman dan sholeh, namun saat ini dan akhir hidupnya malah menjadi jelek.

Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، حَتَّى لاَ يَكُونُ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ إِلاَّ ذِرَاعٌ ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ ، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ ، حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ ، فَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

“Sesungguhnya ada salah seorang di antara kalian beramal dengan amalan penduduk surga, hingga antara ia dan surga tinggal satu hasta, lantas catatan takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan penduduk neraka, lantas ia memasukinya. Dan ada pula yang pernah beramal dengan amalan penduduk neraka, hingga antara ia dan neraka tinggal satu hasta, lantas catatann takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan penduduk surga, lantas ia memasukinya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Dari Sahl bin Sa’ad, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan itu tergantung dari akhirnya.” (HR. Bukhari)

Semoga Allah Ta'alaa menjadikan akhir hidup kita menjadi akhir hidup yang baik..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..