Senin, 19 September 2016

DUNIA ITU PENJARA BAGI ORANG MUKMIN

01.43.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Dunia itu penjara bagi orang beriman. Apa maksudnya?

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ »

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim no.2392)

Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan, “Orang mukmin terpenjara di dunia karena mesti menahan diri dari berbagai syahwat yang diharamkan dan dimakruhkan. Orang mukmin juga diperintah untuk melakukan ketaatan.

Ketika ia mati, barulah ia rehat dari hal itu. Kemudian ia akan memperoleh apa yang telah Allah janjikan dengan kenikmatan dunia yang kekal, mendapati peristirahatan yang jauh dari sifat kurang.
Adapun orang kafir, dunia yang ia peroleh sedikit atau pun banyak, ketika ia meninggal dunia, ia akan mendapatkan azab (siksa) yang kekal abadi.”

Al Munawi rahimahullah dalam Mirqah Al Mafatih menjelaskan, “Dikatakan dalam penjara karena orang mukmin terhalang untuk melakukan syahwat yang diharamkan. Sedangkan keadaan orang kafir adalah sebaliknya sehingga seakan-akan ia berada di surga.”

Jadi bersabarlah dari maksiat dengan menahan diri. Karena dunia ini adalah penjara bagi kita di dunia. Di akhirat kita akan peroleh balasannya..

"Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat"

DIGIGIT ULAR DI LUBANG YANG SAMA DUA KALI

01.30.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Seorang mukmin yang cerdas tak mungkin digigit ular di lubang yang sama dua kali. Apa maksudnya?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

“Tidak selayaknya seorang mukmin dipatuk ular dari lubang yang sama sebanyak dua kali.” (HR. Bukhari no.6133 dan Muslim no.2998)

Imam Nawawi menyatakan bahwa Al-Qadhi Iyadh berkata, cara baca “yuldagu” ada dua cara:

Pertama:
Yuldagu dengan ghainnya didhammah. Kalimatnya menjadi kalimat berita. Maksudnya, seorang mukmin itu terpuji ketika ia cerdas, mantap dalam pekerjaannya, tidak lalai dalam urusannya, juga tidak terjatuh di lain waktu di lubang yang sama. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa ia tergelincir dalam urusan agama (akhirat).

Kedua:
Yuldagi dengan ghainnya dikasrah. Kalimatnya menjadi kalimat larangan. Maksudnya, janganlah sampai lalai dalam suatu perkara. (Syarh Shahih Muslim 12: 104)

Ibnu Hajar berkata, “Seorang muslim harus terus waspada, jangan sampai lalai, baik dalam urusan agama maupun urusan dunianya.” (Fath Al-Bari 10: 530)

Kesimpulannya, muslim yang cerdas tak mungkin berbuat dosa yang sama dua kali. Ketika ia sudah berbuat kesalahan, ia terus hati-hati jangan sampai digigit lagi di lubang yang sama. Semoga kita demikian..

Wallahu waliyyut taufiq..
Hanya Allah lah yang memberikan taufiq dan hidayah..

"Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat"

CASING BAGUS

01.19.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Casing bagus belum tentu menunjukkan dalamnya juga ikut bagus.
Ibaratnya seperti kita memilih hape. Casingnya kita lihat bagus, menarik, kinclong. Namun jeroannya (bagian dalamnya) belum tentu demikian. Bagian dalam handphone tersebut belum tentu sebaik casingnya.

Terus, kita dapat menilai hape tersebut baik bagaimana?
Yah tentu, tanya-tanya orang yang sudah pernah menggunakan hape tersebut. Pasti dia bisa memberi komentar.
“Ooh, hape ini baterainya gak kuat, gak bisa bertahan lama.”
“Hape ini, loadingnya lambat.”
“Hape tersebut, RAM-nya kecil.”
“Hape ini kameranya kurang bagus hasilnya.”
Orang yang pernah menggunakan hape semacam itu akan mudah sekali dalam memberikan penilaian.

Casing Manusia

Casing manusia juga demikian adanya.
Kita memang hanya bisa tahu seseorang dari tampilan luarnya atau lahiriyahnya. Untuk dalamnya, niat hatinya, kita tak tahu. Hatinya suka bermaksiat, kita tidak bisa tahu. Kegemarannya yang suka bermaksiat kala sendiri pun, kita tak tahu.

Terus bagaimana kita menilainya? Hal ini sangat dibutuhkan oleh seseorang yang ingin mencari pasangan hidup, mencari suami atau istri.
Bisa saja diketahui dari orang-orang yang pernah bersama dengannya.
Mereka akan bisa beri penilaian. Namun sulit bagi kita bertanya pada orang yang memproduksi, karena pasti orang yang akan dinilai selalu dapat penilaian positif dan sisi negatif selalu ditutup-tutupi.

Karenanya tanyalah pada teman karibnya. Tanyalah pada teman kosnya. Tanyalah pada teman kampusnya. Tanyalah pada seorang alim yang dekat dengannya. Mereka² tadi akan lebih tahu isi casing tersebut.

Karena kadang kita temui..
Ada orang yang terlihat alim dilihat dari penampilan, tak tahunya punya hubungan gelap dengan perempuan.
Ada orang yang terlihat berjubah, tak tahunya berpemahaman sesat.
Ada orang yang lantunan bacaan qurannya bagus, tak tahunya kelakuannya sering tonton video yang vulgar.
Ada orang yang terlihat biasa², eehh … malah dialah yang lebih mulia di sisi Allah.

Allah Nilai Hati

Yang jelas Allah menilai hati kita, bukan casing kita. Kita tak perlu pamerkan casing kita yang bagus, berusahalah terus memperbaiki hati kita.

Dari Abu Hurairah ‘Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ». وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ

“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat pada tubuh kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati kalian.” Beliau berisyarat menunjuk dadanya dengan jari-jemarinya. (HR. Muslim no.2564)

Cara Menilai Orang

Kala menilai orang..
Kita hukumi orang sebatas lahiriyah, tak bisa kita hukumi batinnya. Namun kadang kita bisa tahu jeleknya seseorang dari komentar orang yang pernah dekat dengannya atau ada bukti aktual yang membongkar kejelekannya sendiri.

Tak Perlu Berlebihan Menilai

Dari sini kita bisa ambil pelajaran, jangan berlebihan dalam menilai dan memuji casing yang bagus karena dalamnya kita tak tahu.
Al Qurthubi memaparkan dalam Al Mufhim limaa Asykala min Talkhish Kitab Muslim (6: 539), “Kalau hati itu yang memperbagus amalan lahiriyah dan amalan hati adalah suatu yang ghaib bagi kita, maka janganlah menebak-nebak hal batin seseorang dengan mudah karena cuma sekedar melihat dari casing luar dari ketaatan atau kesalahan yang dilakukan.
Siapa saja yang menjaga amalan baik secara lahiriyah, Allah-lah yang mengetahui bagaimana sifat jelek atau tercela yang ada dalam hatinya.

Sebaliknya, siapa pun yang melihat seseorang berbuat jelek dan itu nampak, maka barangkali ada sifat baik dalam hatinya yang menyebabkan kesalahannya diampuni.
Karenanya amalan lahiriyah hanya jadi sangkaan kuat, namun tak menunjukkan secara tegas isi hati seseorang baik ataukah tidak.
Sehingga kita tidak boleh berlebihan dalam mengagungkan orang yang kita lihat secara lahiriyah nampak gemar beramal shalih. Begitu pula jangan sampai menganggap hina orang muslim yang secara lahiriyah dilihat jelek. Kita tetap mencela perbuatan jelek yang dilakukan, namun bukan mencela individunya untuk selamanya.
Perhatikanlah masalah ini perbedaannya sangatlah tipis.”

Ingat hati manusia itu bisa berbolak-balik. Bisa jadi saat ini ia sesat dan gemar maksiat, namun keesokan hari, ia berubah menjadi shalih. Bisa jadi pula malah sebaliknya. Sungguh Hati manusia di antara jari-jemari Ar Rahman..

Hati Manusia di antara Jari-Jemari Ar Rahman

Dari ‘Amr bin Al-‘Ash, ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ »

“Sesungguhnya seluruh manusia hatinya di antara jari-jemari Ar Rahman, seperti satu hati. Sekehendak-Nya hati itu dibolak-balikkan.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengucapkan do’a,
“Allahumma musharrifal qulub sharrif quluubanaa ‘ala tho’atik
(artinya: Ya Allah, Yang Maha Membolak-Balikkan hati, tetapkanlah hati kami terus dalam ketaatan pada-Mu).” (HR. Muslim no.2654)

Semoga Allah senantiasa terus meneguhkan hati kita dalam ketaatan kepada-Nya..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin..

"Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat"

BANDINGAN SIFAT DUNIA DAN AL BAQIYAT ASH SHALIHAT

01.11.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Mau tahu bandingan sifat perhiasan dunia yang kita temui saat ini dengan al baqiyat ash shalihat?

Dunia tentu saja begitu menawan di mata kita saat ini di dunia. Namun ada amalan shalih yang kekal abadi yang disebut al baqiyat ash shalihat yang lebih manfaat untuk kehidupan akhirat..

Allah Ta’ala berfirman,

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan² yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al Kahfi: 46)

Di ayat lain, Allah menceritakan keindahan dunia dalam firman-Nya,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita², anak², harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang² ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran: 14)

Sifat dunia yang disebutkan dalam ayat di atas lebih jelas lagi diterangkan dalam ayat,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآَخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)

Sifat dunia yang diterangkan dalam surat Al Hadid ayat 20 ada delapan:

1. La’ib, artinya dunia hanyalah permainan, maksudnya cuma mendatangkan keletihan pada badan.

2. Lahwu, artinya membuat hati lalai.

3. Perhiasan, artinya nikmat dunia hanya digunakan untuk berhias diri.

4. Saling berbangga dengan kesenangan.

5. Saling berlomba dalam memperbanyak harta dan anak.

6. Dunia benar-benar membuat orang takjub seperti tanam-tanaman yang mengagumkan petani.

7. Dunia akan fana dengan cepatnya.

8. Dunia tidak kekal.
Sifat dunia demikian adanya. Benar-benar kita temui di tengah-tengah kita, banyak yang menyikapi dunia seperti itu.

Namun ingatlah yang lebih manfaat adalah al baqiyat ash-shalihat. Itu yang dianggap lebih baik di sisi Allah dan jadi pengharapan orang-orang beriman di akhirat kelak.

Apa itu Al baqiyat ash shalihat?

Al baqiyat ash shalihat diterangkan oleh Ibnu ‘Abbas dan Sa’id bin Jubair serta sebagian salaf lainnya menyatakan bahwa al baqiyat ash shalihat adalah shalat lima waktu.
Shalat lima waktu berarti benar² manfaat untuk simpanan di akhirat.

Sedangkan ‘Atha’ bin Abi Rabbah dan Sa’id bin Jubair mengatakan dari Ibnu ‘Abbas bahwa yang dimaksud al baqiyat ash shalihaat adalah bacaan:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَاللهُ أَكْبَرُ

“Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar.” (HR. Ath Thabari, dengan sanad hasan)

‘Utsman bin ‘Affan ditanya mengenai al baqiyat ash shalihaat, maka ia menjawab, yang dimaksud adalah bacaan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله، وَسُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ للهِ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِالله العَلِيِّ العَظِيْمِ

“Laa ilaha illallah wa subhanallah walhamdulillah wallahu akbar wa laa hawla wa laa quwwata illa billah ‘aliyyil ‘azhim.” (HR. Imam Ahmad)

Kesimpulannya, al baqiyat ash shalihat adalah:
Subhanallah Alhamdulillah Laa ilaha illallah Allahu akbar Laa hawla wa laa quwwata illa billah ‘aliyyil ‘azhim.

Al baqiyat ash shalihat sebenarnya bisa mencakup segala macam dzikir. Dari Al-‘Aufi, Ibnu ‘Abbas dalam perkataan lain mengatakan,

هُنَّ الكَلاَمُ الطَّيِّبُ

“Al baqiyat ash shalihat adalah setiap kalimat yang baik.” (HR. Ath-Thabari dengan sanad dha’if dari jalur Al-‘Aufi)

Al baqiyat ash shalihat bisa amalan shalih secara umum. ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menyatakan bahwa yang dimaksud adalah:

هِيَ الأَعْمَالُ الصَّالِحَةُ كُلُّهَا

“Al-baqiyat ash-shalihat adalah amalan shalih seluruhnya.” (HR. Ath-Thabari dengan sanad shahih dari jalur ‘Abdullah bin Wahab bin ‘Abdurrahman)

Kalimat yang paling mencakup semua makna seperti yang disebut dalam Al-Muktashar fi At-Tafsir (hlm.299),

كُلُّ عَمَلٍ صَالِحٍ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ يَبْقَى لِلآخِرَةِ

“Al baqiyat ash shalihat adalah setiap amal shalih dari perkataan dan perbuatan yang tetap terus ada hingga akhirat.”

Lebih jelas lagi amalan tersebut disebutkan oleh Syech As Sa’di rahimahullah di mana ia berkata, al baqiyat ash shalihaat adalah setiap bentuk ketaatan baik yang wajib maupun yang sunnah dari kewajiban pada Allah dan kewajiban terhadap sesama. Bentuknya bisa jadi adalah shalat, zakat, sedekah, haji, umrah, bacaan tasbih, tahmid, tahlil dan takbir. Begitu pula membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu yang bermanfaat, memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari yang mungkar. Termasuk pula silaturahim, berbakti pada orang tua, menunaikan kewajiban antara pasangan suami istri, begitu pula terhadap hamba sahaya dan hewan ternak. Juga termasuk berbuat baik pada sesama.
Semua itu termasuk al baqiyat ash shalihaat. (Taisir Al Karim Ar Rahman, hlm.502)

Seharusnya al baqiyat ash shalihat yang kita pentingkan daripada terus mengejar dunia. Karena hidup di dunia adalah sementara.

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ , أَوْ عَابِرُ سَبِيْلٍ

“Hiduplah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara.” (HR. Bukhari no.6416)

Ath-Thibiy mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memisalkan orang yang hidup di dunia ini dengan orang asing (al-gharib) yang tidak memiliki tempat berbaring dan tempat tinggal. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan lebih lagi yaitu memisalkan dengan pengembara. Orang asing dapat tinggal di negeri asing. Hal ini berbeda dengan seorang pengembara yang bermaksud menuju negeri yang jauh, di kanan kirinya terdapat lembah-lembah, akan ditemui tempat yang membinasakan, dia akan melewati padang pasir yang menyengsarakan dan juga terdapat perampok. Orang seperti ini tidaklah tinggal kecuali hanya sebentar sekali, sekejap mata.” (Dinukil dari Fath Al-Bari 18: 224)

Apakah dengan mengetahui nasihat ini kita masih mementingkan dunia yang fana dari negeri akhirat yang kekal abadi?

Wallahu Waliyyut Taufiq..
Hanya Allah lah yang memberikan taufiq dan hidayah..

"Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat"