Selasa, 15 November 2016

MENGERJAKAN SHALAT QADHA, SEBAB DAN WAKTUNYA

02.35.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Melanjutkan pertanyaan dari Akhi Achmad Saikhu Zein di Depok yang menanyakan mengenai Ada tidaknya shalat Qadha, dan dalil yang menjadi dasar hukumnya, berikut penjelasannya..

Mungkin banyak orang belum mengetahui mengenai shalat Qadha ini. Sesuai dengan namanya Qadha, shalat ini memang shalat pengganti, mengqadha (mengganti) shalat yg sdh terlewatkan pelaksanaannya pada waktunya.

Hal ini berdasarkan hadits shahih berikut ini..

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ نَامَ عَنْ صَلاَةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ

Artinya: “Barangsiapa tertidur atau kelupaan untuk melaksanakan shalat (pada waktunya), maka hendaknya ia melaksanakannya ketika ia ingat, (karena) tiada pengganti (penebus) untuk sholat (yang telah lewat waktunya) itu kecuali dengan melaksanakannya (ketika ia ingat).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari-Muslim)

Dan disebutkan di dalam riwayat yg lain bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah tertidur dari melaksanakan shalat subuh berjamaah pada waktunya. Dan beliau terbangun ketika matahari telah terbit (yakni waktu sholat Subuh telah lewat). Maka beliau memerintahkan salah seorang sahabat (Bilal bin Robah radhiyallahu anhu) agar mengumandangkan adzan, lalu beliau shalat sunnah Qobliyah subuh 2 rakaat terlebih dahulu, lalu dikumandangkan iqomat shalat, dan beliau shalat subuh berjamaah dengan para sahabat radhiyallahu anhum.

Jadi, berdasarkan dua hadits di atas, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting dan faedah ilmiyah, diantaranya:

  1. Bahwa mengqadha shalat itu ada tuntunannya dalam agama Islam.
  2. Sebab yang membolehkan Qadha shalat ialah KETIDURAN atau KELUPAAN dari melaksanakan shalat pada waktunya.
  3. Waktu mengqadha shalat ialah pada saat seseorang terbangun dari tidurnya atau ketika ia INGAT bahwa ia belum melaksanakan shalat wajib.
  4. Shalat sunnah Qobliyah subuh 2 raka’at merupakan salah satu shalat sunnah yg tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, baik ketika mukim maupun safar.


Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..

TIGA SEBAB UTAMA DOA TERKABUL

02.23.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Ada tiga sebab utama doa itu terkabul.

Yahya bin Mu’adz berkata, “Siapa yang Allah mudahkan baginya untuk menghadirkan hati dalam do’a, maka do’anya takkan tertolak.”

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah lantas mengatakan,
“Siapa yang menghadirkan hati dalam do’a, pas keadaan darurat (genting) ia meminta, dan kuat rasa harapnya, maka hampir² do’anya sulit untuk ditolak.” (Al Fawaid hlm.78)

Berarti kesimpulannya, ada tiga sebab utama do’a itu terkabul:

1. Hati tidak lalai dalam do’a, benar² menghayati saat memanjatkan do’a.

2. Benar² butuh, membuat kondisi genting saat meminta.

3. Menaruh harapan besar terkabulnya do’a.

Dalil yang mendasari tiga hal di atas adalah sebagai berikut..

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no.3479. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Sedangkan kenapa keadaan genting atau sangat butuh pada Allah akan menjadikan doa tersebut cepat terkabul adalah hadits berikut ini..

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?“ (HR. Muslim no.1015)

Keadaan dia yang genting sebenarnya membuat doanya terkabul namun dikarenakan ia mengonsumsi yang haram yang mengakibatkan doanya sulit terkabul.

Semoga Allah Ta'alaa senantiasa mengabulkan setiap doa² kita..

Aamiin Yaa Allah Yaa Mujibas Saailiin'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..

SURAT ULAMA PADA SAHABATNYA

02.05.00 Posted by Admin No comments


Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Dibawakan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa-nya, Sufyan bin ‘Uyainah pernah berkata,

كَانَ الْعُلَمَاءُ فِيمَا مَضَى يَكْتُبُ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْضٍ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ

Para ulama di masa silam biasa menuliskan surat pada yang lainnya dengan untaian kalimat berikut:

Pertama:

مَنْ أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ

Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, Allah pun akan memperbaiki amalan lahiriyahnya.

Kedua:

وَمَنْ أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ

Barangsiapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia.

Ketiga:

وَمَنْ عَمِلَ لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ

Barangsiapa yang beramal demi tujuan akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.

(Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7/9-10)

Nasehat di atas mengandung beberapa pelajaran:

1.Berusaha selaras antara amalan batin dan lahir. Karena di antara bentuk tidak ikhlas adalah apa yang ada di batin berbeda dengan yang ditampakkan.

2.Dahulukan menunaikan hak Allah dengan bertauhid dan menjauhi kesyirikan. Bagaimana mungkin seseorang bisa dikatakan berakhlaq dengan baik sedangkan terhadap Allah ia benar² durhaka (enggan shalat, bahkan terjerumus dalam kesyirikan), meskipun ia dikenal berjiwa sosial dan bermuka manis di hadapan orang lain.

3.Beramallah untuk tujuan akhirat, jangan mencari tujuan dunia semata. Jika seseorang beramal untuk  tujuan akhirat, dunia pun akan diperoleh dengan sendirinya tanpa ia cari².

Wallahu Waliyyut Taufiq'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang manfaat'..