Senin, 22 Agustus 2016

TIDAK PERLU MENCARI TANDA MALAM LAILATUL QADAR

23.41.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Sebenarnya kita tidak perlu mencari tanda malam lailatul qadar. Kita cukup banyak ibadah saja di sepuluh malam hari terakhir bulan Ramadhan, maka kita akan mendapatkan keutamaan malam yang ada.
Tanda malam lailatul qadar nampak pun setelah malam tersebut berlalu.

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata,

وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي

“Ada beberapa dalil yang membicarakan tanda-tanda lailatul qadar, namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fathul Bari, 4: 260)

Di antara yang menjadi dalil perkataan beliau di atas adalah hadits dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762).

Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Jaami’ul Ahadits 18: 361, Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih, Shahihul Jaami’ no. 5475).
Tanda ini pun sama dengan sebelumnya barulah muncul setelah lailatul qadar berlalu.
Jika demikian, maka tidak perlu mencari-cari tanda lailatul qadar karena kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi. Yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, niscaya akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut. (Shahih Fiqh Sunnah, 2: 149-150)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mencari-cari tanda, namun beliau memperbanyak ibadah saja di akhir-akhir Ramadhan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat lebih rajin di akhir Ramadhan lebih dari hari-hari lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka mampu. (Latho-if Al Ma’arif, hal. 331)

Lalu jangan lupa perbanyak doa ampunan pada Allah di akhir-akhir Ramadhan. Dari Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

“Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang mesti aku ucapkan saat itu?” Beliau menjawab, ”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6: 171, shahih)

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

KALO TIDAK ITIKAF DI MASJID, APA BISA MENDAPATKAN MALAM LAILATUL QADAR

23.32.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Ada yang nanya, KALO TIDAK ITIKAF DI MASJID, APA BISA MENDAPATKAN MALAM LAILATUL QADAR'?

Ada yang berkecil hati karena tidak bisa melakukan i’tikaf di masjid, lantas ia menilai bahwa ia tidak bisa mendapatkan keutamaan lailatul qadar. Apakah benar sangsi nya demikian?

Perlu dipahami, para ulama salaf berpendapat bahwa keutamaan lailatul qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya di malam tersebut.
Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif (hal. 341) membawakan hadits dalam musnad Imam Ahma, sunan An Nasai, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.” (HR. An Nasai no. 2106, shahih)

Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan malam lailatul qadar.
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”

Ibnu Rajab menasehatkan, “Wahai saudaraku … Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras badan. Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir pada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).”

Anugerah Allah itu begitu besar. Karunia tersebut tidak terbatas pada segelintir orang. Maka sudah seharusnya kita terus ibadah di akhir-akhir Ramadhan, semoga kita mendapatkan anugerah malam Qadar dan semoga kita semua mendapatkan kemuliaan di malam lailatul qadar tersebut..

Aamiin ya Allah'..
"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

CARA MENDAPATKAN MALAM LAILATUL QADAR

16.01.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Akhie Ukhtie, sebenarnya bagaimanakah cara agar kita bisa mendapatkan malam Lailatul Qadar? Apa sajakah ibadah yang dilakukan pada malam tersebut?

Perlu diketahui bahwa Lailatul Qadar itu terjadi dari waktu malam dimulai yaitu tenggelamnya matahari hingga terbit fajar shubuh.
Dalil akan hal ini adalah firman Allah Ta’ala,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 3-5)

Bagaimana Cara Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam.

Ada ulama yang mengatakan bahwa menghidupkannya bisa hanya sesaat.
Sebagaimana dinukil oleh Imam Asy-Syafi’i dalam Al-Umm dari sekelompok ulama Madinah dan dinukil pula sampai pada Ibnu ‘Abbas disebutkan,

أَنَّ إِحْيَاءَهَا يَحْصُلُ بِأَنْ يُصَلِّيَ العِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ وَ يَعْزِمُ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ

“Menghidupkan lailatul qadar bisa dengan melaksanakan shalat Isya’ berjamaah dan bertekad untuk melaksanakan shalat Shubuh secara berjama’ah.”

Dikatakan oleh Imam Malik dalam Al-Muwatha’, Ibnul Musayyib menyatakan,

مَنْ شَهِدَ لَيْلَةَ القَدْرِ ـ يَعْنِي فِي جَمَاعَةٍ ـ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

“Siapa yang menghadiri shalat berjama’ah pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari menghidupkan malam Lailatul Qadar tersebut.”

Dalam perkataan Imam Syafi’i yang qadim (yang lama),

مَنْ شَهِدَ العِشَاءَ وَ الصُّبْحَ لَيْلَةَ القَدْرِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظِّهِ مِنْهَا

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya’ dan shalat Shubuh pada malam Lailatul Qadar, maka ia telah mengambil bagian dari malam tersebut.”

Semua perkataan di atas diambil dari Lathaif Al-Ma’arif, hal. 329.
Apa yang dikatakan oleh Imam Syafi’i dan ulama lainnya di atas sejalan dengan hadits dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an.
Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

Bisa juga kita mengamalkan do’a yang pernah diajarkan oleh Rasul kita shallallahu ‘alaihi wa sallam jikalau kita bertemu dengan malam Lailatul Qadar yaitu do’a: “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni” (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513 dan Ibnu Majah no. 3850.
Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Berarti amalan pada malam lailatul qadar bisa dengan:

•Perbanyak shalat sunnah
•Perbanyak do’a: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni
•Perbanyak tilawah Al-Qur’an
•Perbanyak dzikir

Semoga kita dimudahkan meraih keutamaan Lailatul Qadar yang ibadah di dalamnya dapat dilipatgandakan hingga 1000 bulan ibadah..

Aamiin Ya Mujibbas Sa'illin..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

DOA YANG MENGGEGERKAN PENDUDUK LANGIT

15.35.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..
Dalam hidup ane, ane udeh kenyang di iriin orang, di fitnah, di musuhin, di khianatin..
Tapi itulah Allah, Dzat yang maha pengasih dan penyayang yang selalu memberikan ane kekuatan buat ngehadapin nye dengan berbagai macam cara-Nya..
Diantaranye selalu ngasih semangat ane lewat wejangan² dan nasehat dengan melalui perantara²-Nya..

Berikut salah satu wejangan atau nasehat dari guru² ane yang pernah di kasih beliau berupa kisah yang mudah²an bisa jadi pegangan kita juga buat penyemangat hidup di ini dunia'..

DOA YANG MENGGEGERKAN PENDUDUK LANGIT

Pada suatu hari seorang shaleh keluar untuk berburu. Tiba-tiba ia bertemu seekor ular yang berlari ketakutan dan beteriak : “Tolong selamatkan aku dari kejaran musuh yang mengejarku”.

Orang shaleh setuju untuk melindungi ular itu, namun ular tidak merasa yakin dan berkata: Orang yang mengejarku akan tetap tahu dengan cara begitu. Orang shaleh berkata : “lalu apa yang harus saya lakukan”. Si Ular berkata :” Jika kamu ingin berbuat baik, biarkan aku masuk dalam tubuhmu”.

Orang shaleh keberatan : “Aku takut terjadi sesuatu. Namun si ular meyakinkannya dan berkata: “Aku adalah juga umat Muhammad dan saya berjanji tidak akan menyakitimu. Setelah itu si Ular langsung melompat masuk kedalam tubuh orang shaleh”.

Tiba-tiba datang orang yeng membawa pedang dan menanyakan tentang keberadaan ular itu kepada orang shaleh. “Saya tidak melihat ular itu, Jawab orang shaleh.

Setelah suasana aman dan pemburu ular itu berlalu, orang shaleh beristighfar 100 kali, orang shaleh berharap ular itu keluar.  Namun ternyata ular itu mengingkari janjinya tidak bersedia keluar dari tubuh orang shaleh malah berkata: Sekarang pilih bagimu salah satu cara kematianmu, aku gigit jantungmu atau saya lubangi hatimu?

Orang shaleh terperanjat: “Maha suci Allah, mana janji yang telah kau ucapkan ? Si ular berkata: “Aku tidak pernah menemui orang yang lebih bodoh daripada kamu, mau menyelamatkan aku. “Lupakah perseteruanku dengan nenek moyangmu, sehingga dia dikeluarkan dari surga?  Dan apa yang mendorongmu melakukan kebaikan kepada hal yang tidak semestinya mendapatkan kebaikan seperti aku?

Orang shaleh menyadari kesalahannya dan pasrah, lalu berkata: Baiklah bila aku memang harus mati, berilah aku waktu untuk berjalan kearah gunung dan berdoa. Si Ular menjawab: “Boleh”. Lalu orang shaleh berdoa:

"Wahai dzat yang penuh kasih, kasihanilah aku dengan kasihMu yang lembut, wahai Dzat yang maha pengasih lagi maha kuasa, aku mohon kepadaMu, demi kekuasaanMu menegakkan singgasana, sementara  singgasana tersebut tidak tahu dimana Engkau menetap. Wahai Dzat yang maha bijak, maha tahu, maha tinggi, maha agung, maha hidup, maha kuat, Ya Allah tidak ada yang dapat menyelamatkanku dari ular ini melainkan Engkau."

Lalu ia berjalan ke arah gunung, tiba-tiba muncullah kakek tua yang wajahnya bersinar, harum dengan pakaiannya yang bersih. Ia memberikan dedaunan warna hijau dan meminta orang shaleh segera memakannya. Setelah dimakan, tiba-tiba keluarlah ular itu dalam keadaan sudah mati, tubuhnya terpotong-potong dan seketika itu hilanglah rasa sakitnya.

Orang shaleh bertanya kepada kakek itu: Siapakah engkau wahai penyelamatku? . Kakek tua itu menjawab:

Ketika kamu berdoa kepada Allah, maka para malaikat di langit menjadi ribut. Kemudian Allah berfirman: Demi keagungan dan kemulianKu. Aku telah melihat apa yang dilakukan ular itu kepada hambaKu. Lalu Allah mengutusku pergi ke surga untuk mengambil daun pohon Thuba agar diberikan kepadamu.

Sesungguhnya aku adalah malaikat bernama Ma’ruf (kebaikan) dan tempatku adalah di langit. TERUSLAH BERBUAT BAIK, KARENA ITU AKAN MENJAGAMU, WALAUPUN KEBAIKAN ITU DI KHIANATI DAN DI SIA²KAN OLEH ORANG YANG KITA BERI KEBAIKAN. TETAPI INGATLAH ALLAH TIDAK AKAN PERNAH MENYIA-NYIAKAN NAMANYA SEBUAH KEBAIKAN.

Masya Allah.. Tidak ada kebaikan di mata Allah yang sia-sia, Semoga kisah diatas bisa memberikan inspirasi bagi kita agar selalu berbuat baik kepada orang lain'..

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"

AYAT QUR'AN YANG DAPAT MENGHADIRKAN MALAIKAT UNTUK MEMBANTU KITA DALAM KESULITAN

15.22.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhie Ukhtie..

Pernahkah mengalami suatu kesulitan yang menghujam dari segala penjuru? Apakah dada terasa sesak hingga sulit bernapas seolah-olah tiada jalan keluar dari masalah yang dihadapi? Daripada berkeluh kesah tanpa solusi, lebih baik baca ayat di ini dikala sulit, niscaya Allah utus malaikat untuk membantu.

Berikut ini ada sebuah kisah yang bisa diambil hikmahnya berkaitan dengan kesulitan seorang hamba dan secara kontan langsung Allah tolong dengan cara yang menakjubkan.

Alkisah, ada seorang lelaki yang hendak pergi ke luar kota Damaskus menuju kota Zabadani. Di tengah perjalanan ia dihentikan oleh laki-laki asing yang mengatakan bahwa ia hendak menyewa keledainya. Maka diizinkannya laki-laki asing tersebut menyewa keledainya dan mereka pun pergi beriringan.

Sampailah keduanya di percabangan jalan. “Lebih baik kita lewat jalan ini,” kata laki-laki penyewa keledai tersebut.

“Tidak ah, lebih baik kita lalui jalan yang satunya lagi, karena aku belum pernah menempuh jalan yang lain selain jalan ini”. Jawab si pemilik keledai.

“Tenang saja, tidak usah takut tersesat, akulah yang akan menjadi petunjuk jalan. Lagi pula jalan ini lebih mudah dilalui dan lebih dekat”. Rayu sang penyewa keledai.

Setelah menimbang-nimbang agak lama, akhirnya pemilik keledai mau menuruti saran laki-laki yang menyewa keledainya. Mereka pun mulai melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak yang disarankan si penyewa.

Tak berselang lama, tibalah keduanya di jalan terjal nan curam sehingga sukar dilalui. Tanpa disangka, laki-laki penyewa keledai turun sambil menodongkan sebilah pedang padanya.
Dalam takutnya, pemilik keledai berkata: “Bebaskanlah aku, silahkan ambil saja keledai kepunyaanku”.

“Tentu...., tentu saja aku akan mengambil keledaimu. Namun aku juga tidak berniat melepaskanmu!” Ujar si penyewa dengan bengisnya.

“Lepaskanlah aku, ingatlah bahwa dosa membunuh sesama manusia amatlah besar” Ujar pemilik keledai.

“Sudah diamlah, perkataanmu sia-sia saja bagiku”. Bantah si penyewa.

“Jika demikian, saya mohon izinkan saya untuk mendirikan shalat 2 rakaat terlebih dahulu”. Tutur pemilik keledai.

“Baiklah akan kukabulkan permintaan terakhirmu, tapi awas jangan lama-lama”. Bentaknya.
Takdir Allah, mendadak saja si pemilik keledai lupa akan semua hafalannya, sehingga ia lama mengingat-ingat. Maka si penyewa keledai pun membentak dan menyuruhnya untuk segera bergegas.

Akhirnya ia ingat 1 ayat, ia membaca firman Allah SWT yang artinya:

“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah selain Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya)”. (QS. An Naml: 62)

Seketika itu, dari mulut lembah datang seorang penunggang kuda yang membawa sebuah tombak. Dilemparkannya tombak tersebut tepat menancap di dada laki-laki jahat penyewa keledai tadi. Laki-laki itu pun langsung tersungkur bersimbah darah tak bernyawa lagi.

Dalam heran bercampur kaget dan haru, pemilik keledai bertanya: “Siapakah gerangan engkau?”
“Akulah penjaga ayat “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan....”

Subhanallah Maha Suci Allah, Lihatlah bagaimana Allah secara kontan memberikan bantuan kepada hambaNya yang mau berdoa dengan kerendahan hati. Yakinlah bahwa apapun masalah yang tengah dihadapi, akan ada jalan keluarnya.

Kisah menakjubkan ini dituturkan pula oleh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi R.A dalam kitabnya Fadhail A’mal.

"Semoga jadi ilmu yang manfaat"