Kamis, 25 Mei 2017

KESYIRIKAN PADA PELET DAN SUSUK PEMIKAT HATI

06.30.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Pelet dan susuk adalah solusi yang telah banyak dicoba oleh beberapa orang untuk membuat wanita atau pria yang mereka sukai menjadi jatuh cinta kepadanya. Tapi tau kah bahwa selain lebih banyak mudhorotnya, susuk dan pelet itu hukumnya haram dalam islam.

Kesyirikan pada Susuk dan Pelet

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

“Sesungguhnya mantera², jimat² dan pelet adalah syirik.” (HR. Abu Daud no.3883, Ibnu Majah no.3530 dan Ahmad 1: 381. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Tiwalah yang dimaksud dalam hadits ini adalah sesuatu yang dibuat dan diklaim bisa membuat perempuan lengket pada suami dan sebaliknya (Kitab Tauhid, Syech Muhammad At Tamimi).

Jadi bisa saja tiwalah itu berupa pelet, jimat, susuk, dan bulu perindu. Namun sebagian ulama mengatakan bahwa tiwalah yang dimaksud adalah jika berasal dari sihir (Syarh Kitab Tauhid, hal.62).

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa tiwalah ini diperoleh dari jalan sihir (Fathul Bari, 10: 196).

Sehingga jika pemikat hati atau pemikat cinta berupa susuk, jimat dan bulu perindu, maka termasuk dalam kategori tamimah (jimat²). Dan jimat² itu terlarang sebagaimana telah disebutkan pula dalam hadits di atas.

Memakai pelet termasuk syirik karena di dalamnya ada keyakinan untuk menolak bahaya dan mendatangkan manfaat dari selain Allah Ta’ala (Fathul Majid, 139).

Syech Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata, “Tiwalah tergolong syirik karena tiwalah bukanlah sebab syar’i (yang didukung dalil) dan bukan pula sebab qodari (yang dibuktikan melalui eksperimen).”

Cincin Kawin yang Berbuah Petaka

Cincin kawin bisa termasuk terlarang jika diyakini bahwa jika cincin tersebut jika dilepas dari pasangan bisa mendatangkan bahaya. Artinya, cincin kawin bisa jadi masalah besar jika disertai keyakinan keliru. Rumah tangga bisa abadi atau tidak tergantung dikenakannya cincin tersebut, ini keyakinan keliru.

Syech Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah berkata, “Jika cincin kawin tersebut diyakini bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya. Jika ada keyakinan bahwa cincin tersebut masih ada di tangan suami, maka ikatan pernikahan akan terus terjalin. Jika tidak dikenakan, maka akan rusak. Jika niat seperti ini yang ada ketika menggunakan cincin kawin, maka termasuk syirik ashgor (kecil).

Jika niat seperti ini tidak ada dan tidak mungkin ia berniat seperti itu (cuma sekedar memakai cincin kawin), maka cincin kawin masih tetap terlarang karena termasuk bentuk tasyabuh (meniru-niru adat non muslim).

Jika cincin kawin yang dikenakan berasal dari emas, maka terlarang dikenakan oleh pria. Ini sisi terlarang ketiga dari cincin tersebut.

Intinya cincin kawin bisa berbuah masalah yaitu bisa termasuk syirik, bisa menyerupai adat Nashrani (non muslim), atau bisa terlarang karena berasal dari emas dan digunakan oleh pria. Jika terlepas dari tiga masalah tadi (tidak ada unsur syirik, tidak ada unsur  tasyabbuh, tidak menggunakan cincin dari emas tetapi dari logam lainnya), maka boleh.” (Al Qoulul Mufid 1: 182).

Jodoh Tak Kan Ke Mana

Jodoh jelas tidak akan ke mana. Yang Allah telah takdirkan, itulah yang kita peroleh dan tidak akan luput dari kita.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”  (HR. Muslim no.2653, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash).

Dalam hadits dalam kitab Sunan disebutkan,

أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ

“Apa saja yang ditakdirkan akan menimpamu, maka tidak akan luput darimu. Apa saja yang ditakdirkan akan luput darimu, maka tidak akan menimpamu.” (HR. Abu Daud no.4699. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.”

Lantas mengapa mesti memikat pasangan atau jodoh dengan pelet dan susuk? Ini tanda kurang percaya pada takdir ilahi. Cuma kita saja yang berusaha dengan cara yang halal.

Bagaimana Memikat Hati Pasangan?

Cara ampuh bagi yang sudah memiliki pasangan agar tetap lengket kayak perangko dengan pasangannya tidak ada jalan lain selain melakukan kewajibannya sebagai suami atau istri. Mengapa mesti ke dukun untuk minta suami dipelet, tetapi di rumah tidak pernah berdandan cantik di hadapan suami dan tidak pernah melakukan kewajiban lainnya. Cobalah jadi istri yang taat, maka ia akan mendapatkan keutamaan berikut ini..

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul² menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar² taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syech Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dalam hadits lain disebutkan mengenai perintah bagi wanita untuk selalu berpenampilan cantik di hadapan suaminya,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR. An Nasai no.3231 dan Ahmad 2: 251. Syech Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Cobalah lihat bagaimana jika istri taat pada Allah dengan rajin ibadah dan selalu berpenampilan istimewa di hadapan suami, tentu akan membuat suami semakin lengket.

Sedangkan bagi yang belum dapat jodoh, teruslah perbaiki diri menjadi lebih baik. Dan perbanyaklah do’a, maka jodoh pun tak kan ke mana. Do’a yang bisa dipanjatkan untuk mendapatkan jodoh adalah do’a sapu jagad, karena do’a ini mencakup kebaikan dunia dan akhirat. Termasuk di dalamnya adalah jodoh. Do’a tersebut adalah,

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al Baqarah: 201).

Walau Ampuh, Tidak Bisa Dikatakan Halal

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al Fatawa (1: 264) memberikan pelajaran bahwa walau tercapainya tujuan dalam sebagian cara, tidak bisa menghalalkan cara tersebut. Begitu pula dalam hal ini, walau pelet dan susuk terlihat ampuh dan terbukti bagi sebagian orang, maka tidak menunjukkan perbuatan tersebut halal. Syirik jelas saja terlarang walaupun tercapai maksud.

Seperti dicontohkan oleh Ibnu Taimiyah mengenai tercapainya tujuan tidak menunjukkan halalnya cara yang dilakukan,

. وَلَيْسَ مُجَرَّدُ كَوْنِ الدُّعَاءِ حَصَلَ بِهِ الْمَقْصُودُ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ سَائِغٌ فِي الشَّرِيعَةِ فَإِنَّ كَثِيرًا مِنْ النَّاسِ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ الْكَوَاكِبِ وَالْمَخْلُوقِينَ وَيَحْصُلُ مَا يَحْصُلُ

“Tidaklah tercapainya do’a yang dimaksud menunjukkan sesuatu itu boleh menurut syari’at. Lihatlah tidak sedikit yang berdo’a pada selain Allah, seperti meminta pada bintang² dan meminta do’a pada makhluk (bukan pada Allah), do’anya terkabul (padahal perbuatannya keliru dan termasuk syirik).”  (Majmu’ Al Fatawa 1: 264).

Semoga Allah Ta'alaa menyelamatkan kita dan keluarga kita dari berbagai macam bentuk penghambaan kepada selain Allah serta menjauhkan kita dari berbagai kesyirikan..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..

TAFSIR SURAT ASY SYARH (3): BERSAMA KESULITAN ADA KEMUDAHAN

06.19.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Pelajaran berikutnya dari Surat Asy Syarh, bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

Allah Ta’ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyrah: 1-8)

Ada hadits dari Anas, ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dan sekelilingnya ada lubang.

Beliau bersabda,

لَوْ جَاءَ العُسْرُ فَدَخَلَ هَذَا الحُجْرَ لَجَاءَ اليُسْرُ حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ فَيُخْرِجُهُ

“Seandainya kesulitan itu datang dan masuk dalam lubang ini, maka akan datang kemudahan dan ia turut masuk ke dalam lubang tersebut sampai ia mengeluarkan kesulitan tadi.” Lantas turunlah potongan ayat yang disebutkan di atas. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 2: 255. Sanad hadits ini dha’if karena terdapat A’idz bin Syuraih)

Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Alam Nasyrah ayat 5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أبْشِرُوا أتاكُمُ اليُسْرُ، لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”

Perkataan yang sama disampaikan oleh Qatadah. Qatadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,

لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ

“Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Riwayat² ini adalah riwayat mursal, dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thabari dalam kitab tafsirnya. Tafsir Ath-Thabari 24: 496, Dar Hijr. Riwayat mursal adalah riwayat yang terputus sanadnya pada akhir sanad, yaitu setelah tabi’in. Riwayat ini dha’if (lemah) sebagaimana dikatakan oleh Syech Al Albani dalam Dha’if Al Jaami’ no.4784)

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

كَانُوا يَقُوْلُوْنَ: لاَ يَغْلِبُ عُسْرٌ وَاحِدٌ يُسْرَيْنِ اِثْنَيْنِ

“Para sahabat dahulu berkata bahwa satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.” (Disebutkan dalam Tafsir Al Qur’an Al Azhim 7: 598. Sanad riwayat ini hasan)

Ibnu Katsir menjelaskan perkataan di atas dengan kaedah ilmu bahasa Arab,

“Kesulitan (Al-‘usru) menggunakan isim ma’rifah di dua keadaan (artinya: terlihat didahului alif laam), maka kesulitan pertama dan kedua dianggap satu atau dianggap sama. Sedangkan kemudahan (yusrun) menggunakan isim nakirah (artinya: tidak terdapat alif laam), sehingga KEMUDAHAN itu berbilang, bukan hanya satu. Oleh karenanya disebut, “Satu kesulitan mustahil mengalahkan dua kemudahan.” Kesulitan pertama yang disebut dalam ayat sama dengan kesulitan kedua, berarti kesulitan itu hanya satu. Sedangkan kemudahan itu berbilang.” (Tafsir Al Qur’an Al Azhim 7: 598)

Solusinya adalah Sabar..

Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah. Imam Syafi’i pernah berkata dalam bait syair,

صَبرا جَميلا ما أقرَبَ الفَرجا … مَن رَاقَب الله في الأمور نَجَا …

مَن صَدَق الله لَم يَنَلْه أذَى … وَمَن رَجَاه يَكون حَيثُ رَجَا …

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.

Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.

Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.

Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan. (Tafsir Al Qur’an Al Azhim 7: 598)

Faedah dari Ayat

Syech Abu Bakr Jabir Al Jazairi berkata, “Bersama kesulitan itu ada kemudahan seterusnya dan selamanya. Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan. Harapan seorang mungkin tentunya ingin bahagia selamanya.” (Aysar At Tafasir hlm.1482)

Dalam Al Mukhtashor fii At Tafsir (hlm.596) disebutkan bahwa ayat ini mengingatkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa di balik kesulitan itu ada kemudahan. Jika telah mengetahui hal itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tak perlu khawatir dengan gangguan kaumnya. Jangan pula mengendorkan semangat untuk terus berdakwah pada Allah.

Dari situ, setiap da’i yang berdakwah seharusnya bisa mencontoh keadaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas.

Demikian pelajaran berharga dari dua ayat lanjutan dari Surat Asy Syarh..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu yang bermanfaat'..