Kamis, 08 September 2016

MEMUJI DIRI SENDIRI

02.52.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum, sore Akhi Ukhti'..
Maap dah tadi ada kesalahan tehnis soal postingan tauziah nye, sampe tadi harus 2x di kirim..
Maksud ane tadi, tauziah ini yang mau ane share, buat melanjutakan ngebahas soal pujian yang ane udeh siapin tadi siang'..

Akhi Ukhti, Hati² memuji diri sendiri. “Saya itu seperti ini dan seperti itu, yang lain tidak bisa.”
Hati-hati dan waspada dari memuji dan mentazkiyah diri sendiri.

Al-‘Izz ibnu ‘Abdis Salam berkata, “Engkau memuji dirimu sendiri lebih parah daripada engkau memuji orang lain. Karena kesalahan seseorang di matanya sendiri lebih ia tahu banyaknya dibanding mengetahui kesalahan orang lain. Kecintaanmu pada sesuatu itu membutakan dan menulikan. Dan memang betul, tidak ada yang disukai kecuali diri sendiri.
Oleh karena itu, kita lebih suka melihat ‘aib (kekurangan) orang lain daripada memperhatikan kekurangan diri sendiri. Juga kita lebih mudah memberi toleransi jika diri kita kurang, namun tidak bagi yang lain.”

Allah Ta’ala berfirman,

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يُزَكُّونَ أَنْفُسَهُمْ بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 49)

Tidak boleh seseorang memuji dirinya sendiri kecuali jika ada hajat untuk hal itu, Misalnya:

Pertama: Ingin melamar seorang wanita dan ia mengemukakan keistimewaan dirinya.

Kedua: Ingin memperkenalkan kemampuan dirinya dalam memenage pemerintahan dan mengurus agama seperti yang terjadi pada Nabi Yusuf ‘alaihis salam.

Yusuf berkata,

اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

“Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf: 55)

Ketiga: Boleh memuji diri sendiri agar bisa dicontoh. Tentu ini bagi orang yang benar² niatannya untuk dicontoh orang lain dan aman dari penyakit riya’ dan sum’ah.

Seperti Nabi kita sendiri pernah berkata,

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ وَبِيَدِى لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِىٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَائِى وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ

“Aku adalah pemimpin (sayyid) anak Adam pada hari kiamat. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Di tanganku ada bendera Al Hamdi. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri. Tidak ada seorang nabi pun, tidak pula Adam, juga yang lainnya saat itu melainkan berada di bawah benderaku. Aku orang pertama yang keluar dari kubur. Aku katakan ini bukan untuk menyombongkan diri.” (HR. Tirmidzi no.3148; Ibnu Majah no.4308. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

"Semoga bisa menjadi ilmu yang manfaat"

0 komentar: