Minggu, 22 Januari 2017

TIDAK SEDIH JIKA ANAK TIDAK SHALEH, NAMUN SEDIH BILA ANAK TAK RAIH DUNIA

00.50.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Beberapa orang tua begitu sedih kala anaknya tak jadi Polisi atau PNS seperti yang dicita-citakan orang tuanya. Ini yang ane saksikan sendiri di tengah masyarakat. Namun.., Apakah kesedihan yang sama akan ada jika anak tidak bisa membaca Al Qur'an, tidak bisa shalat, atau tidak paham agama?

Padahal jadi polisi atau PNS bukanlah jaminan masuk surga. Bahkan banyak orang tua mencita-citakan anaknya jadi seperti itu, malah sang anak mengecewakan orang tua dan itu tak sedikit.

Anak shaleh, semua sudah tahu bagaimana akhirnya. Anak shaleh akan bermanfaat bagi dirinya dan orang tuanya pula. Anak shaleh akan terus mendoakan orang tuanya. Bahkan amalan shalehnya akan bermanfaat untuk orang tuanya, meski tidak ia niatkan untuk kirim pahala.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seorang manusia mati maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari tiga hal, dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim no.1631).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِى صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ

“Sesungguhnya yang akan selalu menemani orang beriman adalah ilmu dan kebaikannya. Setelah matinya ada ilmu yang ia ajarkan dan ia sebarkan, begitu pula anak shaleh yang ia tinggalkan, juga ada di situ mushaf yang ia wariskan atau masjid yang ia bangun, atau rumah untuk ibnus sabil yang ia bangun, atau sungai yang ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia sehat dan semasa hidupnya. Itu semua akan menemaninya setelah matinya.” (HR. Ibnu Majah no.242. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Syech Al Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan).

Adapun sisi pendalilan bahwa amalan anak yang shalih akan bermanfaat untuk orang tuanya adalah dari ayat,

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS. An Najm: 39).

Di antara yang diusahakan oleh manusia adalah anak yang shaleh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ

“Sesungguhnya yang paling baik dari makanan seseorang adalah hasil jerih payahnya sendiri. Dan anak merupakan hasil jerih payah orang tua.” (HR. Abu Daud no.3528 dan An Nasa’i no.4451. Al Hafizh Abu Thahir menyataan hadits ini shahih).

Ini berarti amalan dari anaknya yang shaleh masih tetap bermanfaat bagi orang tuanya walaupun sudah berada di liang lahat karena anak adalah hasil jerih payah orang tua yang pantas mereka nikmati.

Jadi, Kita bisa menaruh pilihan bagaimanakah anak kita nantinya. Apakah hanya bangga jika anak raih dunia. Ketika tak raih akhirat, tidakkah sedih. Itu pilihan kita sebagai orang tua.

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..

0 komentar: