Rabu, 05 April 2017

JANGAN TERLALU GAMPANG MENGUCAP BID'AH

00.16.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Bulan Rajab merupakan bulan mulia, banyak amalan yang bisa kita amalkan di bulan Rajab ini. Di antaranya berpuasa, sebab pertama yang harus kita ketahui bahwa bulan Rajab adalah salah satu dari empat  bulan yang diagungkan oleh Allah Ta'alaa yaitu Rajab, Dzulqadah, Dzulhijjah dan Muharram.

Sangat banyak di dalam hadits yang menyebutkan tentang kemuliaan dan keistimewaan Asyhurul Hurum, yaitu empat bulan yang diagungkan dan bagaimana dianjurkan untuk beramal ibadah di dalamnya antara lain puasa, shadaqah, taubat, dan lain sebagainya.

Terdapat di dalam Riwayat, dahulu ketika Rasul SAW ditanya oleh salah seorang sahabat apakah Rasul benar berpuasa di bulan Rajab, maka beliau SAW menjawab “betul”. Beliau SAW berpuasa di bulan Rajab dan beliau pun mengagungkan dan mengistimewakannya, maka begitu pun kita dianjurkan berpuasa.

Ada beberapa riwayat walaupun hadits Dho’if akan tetapi sebagian besar  ulama Ahli hadits mengatakan bahwasanya hadist Dho’if sangat boleh untuk diamalkan dengan beberapa syarat.

Sebagian ulama ahli hadits menyatakan bahwasanya hadist yang Dho’if itu boleh diamalkan, boleh dijalankan dan boleh dipraktekkan dengan beberepa syarat yaitu bukan dipraktekkan sebagai hukum, sebab hukum hanya diambil dari Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Hadits Dho’if boleh dipraktekkan dalam perkara fadha’ilal amal yaitu amal ibadah yang bila kita kerjakan maka akan mendapat pahala dari Allah SWT. Maka kita kerjakanlah amal ibadah tersebut demi untuk meraih pahala yang tidak terdapat Halal Haram di dalamnya namun hanya anjuran untuk mengerjakannya. kata para ulama silahkan mengerjakannya..

Puasa hari pertama di bulan suci Rajab banyak hadits Dho’if yang meriwayatkan namun kita lihat puasanya itu. Hukum puasa ada di dalam hadits shahih yang menyatakan puasa adalah bagian dari agama dan bukan perkara yang haram. Hadist Dho’if ini menganjurkan untuk puasa sedangkan dalam hadits shahih, puasa memang dianjurkan. Jadi silahkan kerjakan puasa itu..

Istighfar pun bagian dari agama. Dinyatakan dalam hadits² yang Shahih. Di bulan suci Rajab juga dianjurkan untuk banyak beristighfar kepada Allah SWT dengan mengambil hadist Dho’if tersebut sebagai fadha’ilal amal, tidak dilarang oleh para ulama sebab seorang mukmin itu haus akan kebaikan, haus akan pahala dan kita pun demikian dan tidak ada orang yang bisa membatasi karunianya Allah.

Begitupun puasa di  empat bulan yang agung ini juga diberi pahala besar dari Allah SWT. Yang bisa kita lakukan maka lakukanlah. Dan bulan Rajab adalah bulan pengampunan Allah, bulan istighfar, minta ampun kepada Allah. Makanya guru² kita mengajarkan kepada kita selama bulan Rajab perbanyak istighfar kepada Allah. Biasanya dilakukan setelah sholat Subuh, Maghrib atau isya. guru² kita mengajarkan membaca "Rabbigfirli warhamni Watub’alayya.."

Kita berdo’a setiap hari sebanyak 70 kali memohon kepada Allah “Rabbigfirli warhamni Watub’alayya” (Ya Allah ampuni saya, Rahmati saya, terima taubat saya).

Terkadang ane merasa heran dengan sebagian orang jika kita beristighfar 70 kali sehabis maghrib, Isya dan Subuh di bulan Rajab dikatakan “ini Bid’ah, kullu bid’atin dholalahwa kullu dholalatin finnaar”. Mungkin mereka berbicara seperti itu karena mereka tidak punya dosa, kalau kita banyak dosa, mereka suci dari dosa, dan kita beristighfar kepada Allah bukan hanya bulan Rajab, dzikir kita bukan hanya di bulan Rajab, setiap waktupun kita berdzikir kepada Allah, namun secara khusus bulan Rajab, guru² kita mengajarkan kita demikian.

Bulan Rajab adalah bulan pengampunan Allah, bulan baik, bulan yang besar anugerah dari Allah SWT dan tidak ada larangan mengkhususkan istighfar di bulan Rajab. Tidak bisa mengharamkan sesuatu berdasarkan hawa nafsu, tidak bisa seperti itu sebab agama ini bukan milik muslim yang merasa sok paling benar. Bila ada sebagian pihak yang tidak mau istighfar, jangan mengganggu orang yang ingin beristighfar. Hargailah mereka yang punya dalil, untuk melakukan amalan di bulan Rajab.

Di bulan Rajab ini bulan diterimanya perintah shalat oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT, baguskan sholat kita, perintahkan sanak keluarga kita untuk sholat 5 waktu berjamaah di Masjid. Selain itu, bulan Rajab adalah bulan tempat mengharap ridho Allah, keberkahan dari Allah, pertolongan dari Allah bahkan untuk seluruh umat Islam, sebab ketika itu pintu langit dibuka oleh Allah, do’a diijabah oleh Allah, kita minta kepada Allah semoga hajat² kita diijabah dan dikabulkan oleh Allah SWT lebih dari apa yang kita harapkan.

Dahulu ulama² kita duduk di majelis mereka dengan membawakan hadits²nya Rasulullah SAW seperti Al Imam Malik bin Anas, beliau duduk di masjid Nabawi di hadapan makamnya Rasul SAW sambil membawakan hadits² Rasulullah SAW. Semua ulama duduk di situ mendengarkan mereka datang dari berbagai penjuru untuk mendengarkan hadits yang disampaikan oleh Al Imam Malik bin Anas, setelah  berlalu masa Imam Malik datang para ulama yang lainnya. Imam Bukhari pun demikian beliau duduk di kursinya beliau membawakan hadits²nya Rasulullah SAW.

Terkadang sekali duduk dibawakan sekitar seribu sampai sepuluh ribu hadistnya Nabi Muhammad SAW, yang di dalamnya ada ucapan, bimbingan, dan sejarah hidupnya nabi Muhammad SAW dibacakan. Dan belum pernah ada seorang pun yang mengatakan bahwasanya perkumpulan hadits Nabi Muhammad SAW itu adalah bid’ah!! Tidak ada orang mengatakan itu, termasuk mereka yang sering  membid’ah kan. Anehnya kenapa Maulid di bid’ah kan? Padahal isinya juga kan hadits² tentang lahirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sejarah hidupnya Rasulullah SAW, kenapa dibid’ah kan?

Nabi SAW terkadang menganjurkan ketika wudhu 3 kali, 2 kali dan kadang 1 kali usapan. Kenapa? Karena ingin mengajarkan kepada umatnya bahwa wudhu ini luas. Kita ingin wudhu 3 kali? Boleh, sempurna. Kita ingin wudhu 2 kali? Boleh! Kita ingin wudhu sekali? Boleh! Intinya apa? Ini agama luas.

Nabi terkadang sholatnya di awal waktu, kadang di pertengahan waktu dan kadang di akhir waktu. Di satu waktu, Nabi SAW sholat dengan suara yang pelan, beberapa sahabat dengar bacaan mereka mengikuti, Ini agama luas maka jangan dipersempit..

ketika di pertempuran Khandak Nabi pernah berkata kepada para sahabat “Hendaknya tidak ada seorang pun dari kalian yang sholat Ashar hari ini, melainkan di perkampungan bani Quraidhah”. Para sahabat langsung bergegas menuju ke perkampungan Bani Quraidhah. Beberapa dari mereka yang telat, rombongan ini diperjalanan matahari hampir terbenam sedangkan mereka belum Sholat Ashar. Terjadilah perselisihan antara mereka. Satu kelompok berkata ”kita harus shalat Ashar sekarang sebentar lagi matahari terbenam dan kita belum sholat Ashar”.

Dan satu lagi berkata ”tidak ada urusan mau matahari terbenam atau terbit lagi yang jelas Nabi menyuruh kita sholat Ashar di bani Quraidhah dan kita belum sampai di bani Quraidhah”. Mereka mengikuti ucapan Nabi apa adanya. Akhirnya satu kelompok shalat Ashar di situ dan kelompok yang lain menunggu tidak sholat Ashar disitu. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan hingga mereka tiba di bani Quraidhah dan berjumpa dengan Rasulullah. Lalu mereka menceritakan kepada Rasulullah.

Mendengar hal itu, Nabi SAW merestui keduanya. Yang sholat di tengah jalan silahkan, yang sholat di bani Quraidhah setelah keluar waktu silahkan. Ini punya hujjah dan yang ini juga punya hujjah. Ini punya dalil dan yang ini punya dalil, Jadi Hargailah..

Yang menjadi masalah jika kita memaksakan “Saya tidak suka Istighfar Rajab, yang lain tidak boleh istighfar, yang istighfar dia bid’ah masuk ke dalam neraka”. Kalau memang ada yang tidak mau istighfar ya silahkan. Dalam hal ini tidak ada paksaan, yang ada kita hanya ingin beristighfar.

Kita saling sayang saling menghormati satu sama lain inilah agama kita mengajarkan “laa yukallifullahu nafsan illa wus‘aha”. Dalam ayat yang lain Allah SWT mengatakan “Laa iqraha fiddini” tidak ada paksaan dalam beragama islam. Ini agama luas. Syariat nabi Muhammad SAW untuk setiap zaman, setiap waktu, setiap tempat, setiap generasi dan setiap keadaan beda², tidak semua sama.

Lalu apa kesimpulan dari penjelasan di atas?

Intinya perselisihan pendapat dalam masalah ibadah itu akan selalu ada sampai kiamat nanti. Yang jelas yang perlu di ingat adalah setiap amalan baik yang di kerjakan karena Allah, tidak ada kata yang sia²..

Allah Ta’ala berfirman,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Al Zalzalah : 7-8)

Mudah²an hati kita dibersihkan oleh Allah SWT. Masalah sebenarnya adalah penyakit hati dan ini yang perlu dibersihkan. Sikap fanatik yang berlebihan itu yang mesti dibuang. Semoga kita semua dibimbing oleh Allah SWT agar senantiasa selalu berada di jalan yang benar dan lurus yang Allah ridhoi'..

Wallahu Waliyyut Taufiq Was Sadaad'..

Semoga bisa menjadi ilmu dan renungan yang bermanfaat'..

0 komentar: