Minggu, 04 September 2016

HUKUM DAN ADAB YANG TERKAIT DENGAN ORANG YANG BERQURBAN

23.19.00 Posted by Admin No comments

Assalamu'alaikum Akhi Ukhti'..

Besok hari sabtu tanggal 3 September 2016 dalam kalender islam sudah masuk 1 Dzulhijjah 2016.
Berikut akan ane jelaskan mengenai Hukum dan adab berqurban..

Hukum dan Adab Yang Terkait Dengan Orang Yang Mau Berqurban :

1. Syariat berqurban adalah umum, mencakup lelaki, wanita, yang telah berkeluarga, lajang dari kalangan kaum muslimin, karena dalil-dalil yang ada adalah umum.

2. Diperbolehkan berqurban dari harta anak yatim bila secara kebiasaan mereka menghendakinya. Artinya, bila tidak disembelihkan qurban, mereka akan bersedih tidak bisa makan daging qurban sebagaimana anak² sebayanya. (Asy Syarhul Mumti’ 3/427)

3. Diperbolehkan bagi seseorang berhutang untuk berqurban bila dia mampu untuk membayarnya. Sebab berqurban adalah sunnah dan upaya menghidupkan syi’ar Islam. (Syarh Bulugh, 6/84)

Al Lajnah Ad Da`imah juga mempunyai fatwa tentang diperbolehkannya menyembelih qurban walaupun belum dibayar harganya. (Fatawa Al Lajnah 11/411 no.11698)

4. Dipersyaratkan hewan tersebut adalah miliknya dengan cara membeli atau yang lainnya. Adapun bila hewan tersebut hasil curian atau ghashab lalu dia sembelih sebagai qurbannya, maka tidak sah.

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ‏‎ ‎إلاَّ طَيِّبًا

“Sesungguhnya Allah itu Dzat yang baik tidak menerima kecuali yang baik.” (HR. Muslim no.1015 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Begitu pula bila dia menyembelih hewan orang lain untuk dirinya, seperti hewan gadaian, maka tidak sah.

5. Bila dia mati setelah men-ta’yin hewan qurbannya, maka hewan tersebut tidak boleh dijual untuk menutupi hutangnya. Namun hewan tersebut tetap disembelih oleh ahli warisnya.

6. Disunnahkan baginya untuk menyembelih qurban dengan tangannya sendiri dan diperbolehkan bagi dia untuk mewakilkannya. Keduanya pernah dikerjakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana hadits:

ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ

“Rasulullah menyembelih kedua (kambing tersebut) dengan tangannya.” (HR. Al Bukhari no.5565 dan Muslim no.1966)

Juga hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu yang telah lewat, di mana beliau diperintah oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menangani unta-untanya.

Disunnatkan baginya agar menyembelih sendiri binatang qurbannya. Dan kalau bukan dia yang melakukan, karena uzur atau lainnya, maka hendaklah menyaksikan penyembelihannya. Karena, menurut riwayat al-Hakkn (4/222) dengan isnad shahih:

 اَنَّهُ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِفَطِمَةَ رَضِى اللهُ عَنْهَا: قُوْمِى اِلَى اُضْحِيَتِكَ فَاشْهَدِيَهَا فَاِنَّهُ بِاَوَّلِ قَطْرَةٍ مِنْ دَمِهَا يَغْفِرُلَكَ مَاسَلَفَ مِنْ ذُنُوبِكِ، قَالَتْ: يَارَسُوْلُ اللهِ، هَذَا لَنَا اَهْلِ الْبَيْتِ خَاصَّةً، اَوْلَنَا وَلِلْمُسْلِميْنَ عَامَّةً، قَالَ بَلْ لَنَا وَلِلْمُسْلِميْنَ عَامَّةً

Bahwasanya Nabi SAW berkata kepada Fathimah RA:
"Berdirilah kamu wahai fatimah di sisi binatang kurbanmu lalu saksikanlah (penyembelihan) nya. Karena sesungguhnya, dengan tetesan pertama dari darahnya, kamu mendapat ampunan atas dosa-dosamu yang telah lewat." Fathimah Hartanya: "Ya Rasul Allah, apakah ini khusus bagi kami Ahlulbait, ataukah bagi kita dan kaum muslimin seluruhnya?" Jawab Rasub "Bahkan bagi kaum muslimin lain nya"

7. Disyariatkan bagi orang yang berqurban bila telah masuk bulan Dzulhijjah untuk tidak memotong rambut dan kukunya hingga hewan qurbannya disembelih.

Diriwayatkan dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ وَأَرَادَ‏‎ ‎أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلاَ‏‎ ‎يَأْخُذْ مِنْ شَعْرِهِ وَلاَ مِنْ‏‎ ‎أَظْفَارِهِ شَيْئًا حَتَّى‎ ‎يُضَحِّيَ

“Apabila telah masuk 10 hari pertama (Dzulhijjah) dan salah seorang kalian hendak berqurban, maka janganlah dia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun hingga dia menyembelih qurbannya.” (HR. Muslim no.1977)

Dalam lafadz lain:

وَلاَ بَشَرَتِهِ

“Tidak pula kulitnya.”

Larangan dalam hadits ini ditujukan kepada pihak yang berqurban, bukan pada hewannya. Sebab mengambil bulu hewan tersebut untuk kemanfaatannya diperbolehkan sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya.

Juga, dhamir (kata ganti) هِ‏‎ pada hadits di atas kembali kepada orang yang hendak berqurban. Larangan dalam hadits ini ditujukan khusus untuk orang yang berqurban.

Adapun keluarganya atau pihak yang disertakan, tidak mengapa mengambil kulit, rambut dan kukunya. Sebab, yang disebut dalam hadits ini adalah yang berqurban saja.

• Bila dia mengambil kulit, kuku, atau rambutnya sebelum hewannya disembelih, maka qurbannya sah, namun berdosa bila dia lakukan dengan sengaja. Tetapi bila dia lupa atau tidak sengaja maka tidak mengapa.

• Bila dia baru mampu berqurban di pertengahan 10 hari pertama Dzulhijjah, maka keharaman ini berlaku saat dia niat dan ta’yin qurbannya.

• Orang yang mewakili penyembelihan hewan qurban orang lain, tidak terkena larangan di atas.

• Larangan di atas dikecualikan bila terjadi sesuatu yang mengharuskan dia mengambil kulit, kuku, atau rambutnya..

8. Disyariatkan untuk memakan sebagian dari hewan qurban tersebut. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَكُلُوا مِنْهَا

“Maka makanlah sebagian darinya.” (Al-Hajj: 28)

Juga tindakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memakan sebagian dari hewan qurbannya.

9. Diperbolehkan menyimpan daging qurban tersebut walau lebih dari tiga hari. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنِ‏‎ ‎ادِّخَارِ لُحُوْمِ اْلأَضَاحِي‎ ‎فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَأَمْسِكُوا مَا‎ ‎بَدَا لَكُمْ

“Dahulu aku melarang kalian menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari. (Sekarang) tahanlah (simpanlah) semau kalian.” (HR. Muslim no.1977 dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu)

10. Disyariatkan untuk menyedekahkan sebagian dari hewan tersebut kepada fakir miskin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ‏‎ ‎الْفَقِيْرَ

“Berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (Al-Hajj: 28)

Juga firman-Nya:

وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ‏‎ ‎وَالْمُعْتَرَّ

“Beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (Al-Hajj: 36)

Yang dimaksud dengan ‎الْبَائِسَ الْفَقِيْرَ adalah orang faqir yang menjaga kehormatan dirinya tidak mengemis padahal dia sangat butuh. Demikian penjelasan Ikrimah dan Mujahid.

Adapun yang dimaksud dengan ‎الْقَانِعَ adalah orang yang meminta-minta daging qurban. Sedangkan الْمُعْتَرَّ adalah orang yang tidak meminta-minta daging, namun dia mengharapkannya. Demikian penjelasan Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullahu.

11. Diperbolehkan memberikan sebagian dagingnya kepada orang kaya sebagai hadiah untuk menumbuhkan rasa kasih sayang di kalangan muslimin.

12. Diperbolehkan memberikan sebagian dagingnya kepada orang kafir sebagai hadiah dan upaya melembutkan hati. Sebab qurban adalah seperti shadaqah sunnah yang dapat diberikan kepada orang kafir. Adapun shadaqah wajib seperti zakat, maka tidak boleh diberikan kepada orang kafir.

Dan yang dimaksud dengan kafir di sini adalah selain kafir harbi. Al-Lajnah Ad-Da`imah mengeluarkan fatwa tentang hal ini (11/424-425, no. 1997).

13. Diperbolehkan membagikan daging qurban dalam keadaan mentah ataupun masak. Diperbolehkan pula mematahkan tulang hewan tersebut.

"Semoga bisa menjadi ilmu dan amalan yang manfaat"

0 komentar: